Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhenti Kerja
*Aku harus bagaimana sekarang*.
Bude Lastri baru datang dari berbelanja, Ia memanggil- manggil Arsy agar membantu membawakan barang belanjaannya.
" Kok nggak ada suaranya ya Pak Bejo. "
Kedua orang itu nampak heran namun Bude Lastri lebih ke khawatir, Pak Bejo menawarkan diri untuk mengangkut barang belanjaan mereka ke dalam rumah. Bude Lastri pun mengiyakan nya, toh hanya sebentar saja.
Hari ini Joko ijin tidak bekerja karena istrinya yang akan lahiran terjadi pendarahan, untuk itulah harus di larikan segera ke rumah sakit.
Tuan Arkan pun sudah mengetahuinya dan beliau sendiri yang memberi ijin serta berjanji menanggung semua biaya lahirannya nanti.
Bude Lastri mencari keberadaan keponakan kesayangan nya itu, menyerukan namanya beberapa kali.
Hingga terdengar gemericik air di dalam kamar mandi.
" Arsy sayang, kamu di dalam ya. "
Arsy terkesiap mendengar seruan Bude Lastri di pintu, Ia berusaha meredam emosi dan juga tangisnya agar Bude nya itu tidak khawatir.
" Iya Bude, Arsy sedang mandi. Bude sudah pulang, bentar Arsy sebentar lagi selesai nanti Arsy bantuin Bude. "
" Alhamdulillah. " Batin Bude Lastri.
" Ah tidak apa- apa Nak, kamu lanjutkan saja mandinya. Barang- barangnya juga sudah di angkat sama Pak Bejo. "
Mereka kembali melanjutkan aktivitas nya seperti biasa, hingga menjelang sore hari Arsy memberanikan diri berbicara pada Bude Lastri.
Ia sudah memikirkan masak- masak semuanya, masih terngiang jelas saat Pria itu menandainya sebagai miliknya dan akan sering datang mengunjungi nya.
Ia tidak mau terus- terusan menjadi pelampiasan nafsu laki-laki bejat itu yang selalu menganggap rendah dirinya.
Tentu saja Bude Lastri terkejut dan terlihat keberatan dengan keputusan Arsy, wanita itu juga menyayangkan semua berakhir seperti ini. Namun beliau pun tidak bisa memaksa, andai saja Bude Lastri tau alasan sebenarnya yang mengakibatkan keponakan nya itu memilih pergi pasti beliau akan sangat terpukul.
" Ya sudah Nak, Bude tau kamu memang tidak cocok untuk bekerja seperti ini. Semoga di luar sana kamu bisa cepat temukan pekerjaan yang cocok untuk mu, tapi kamu akan tetap tinggal di kontrakan kan. Sewa kontrakan nya masih enam bulan lagi, daripada kamu menyewa lagi mending disana. "
Arsy manggut- manggut, lagi pula kontrakan nya masuk ke dalam gang, dan hampir tidak terlihat kalau dari arah luar.
Ia yakin disana aman, Pria itu tidak akan sudi masuk ke daerah seperti itu.
" Hm ya sudah, Bude bisa apa. Oh ya, tapi kamu juga harus menemui Tuan Arkan dan mengatakan langsung niat mu padanya. Bagaimana pun Tuan Arkan sudah tau kalau kamu kerja disini, kalau sampai kamu tiba-tiba hilang nanti bagaimana cara Bude menjelaskan nya. "
Arsy terdiam beberapa saat, memikirkan tindakan apa yang harus Ia ambil. Benar, Ia tidak mungkin mempersulit Bude nya.
Bagaimana kalau nanti Bude di pecat gara-gara dirinya, akhirnya Ia pun mengangguk mengiyakan.
Alhamdulillah pukul empat sore mobil Arkan nampak memasuki pekarangan yang luas itu, seperti biasa tangan menenteng tas kerja dan juga jas miliknya.
Kondisi nya seperti sedang tidak baik, nampak seperti banyak beban.
" Mbok, nanti buatkan kopi ya dan antar ke ruang kerja ku. "
Bude Lastri mengangguk mengiyakan, melihat kondisi majikan nya yang tidak seperti biasanya membuat Lastri enggan bertanya hal lain.
Lastri membuatkan kopi untuk Arkan di saat yang bersamaan Arsy datang dari arah belakang.
" Bude buat kopi, untuk Pak Bejo ya. " Tanya Arsy yang sedikit heran karena tidak biasanya Bude membuat kopi di jam- jam seperti ini.
" Eh Arsy, apa pekerjaan mu sudah selesai. "
Arsy mengangguk sambil berlalu ke arah wastafel untuk mencuci tangan.
" Hm kebetulan Nak, kamu bawakan kopi ini ke ruang kerja Tuan. Bukankah kamu ingin bicara dengan Tuan Arkan kan, ini kesempatan bagus buat kamu. "
Arsy ingin menanyakan sesuatu namun Bude meminta nya untuk segera karena melihat siluet bayangan majikan nya memasuki ruang kerjanya.
Arsy pun akhirnya hanya bisa menurut, memang benar ini adalah kesempatan yang baik untuk nya.
mengingat majikan nya itu adalah orang yang sibuk, tidak mungkin Ia punya kesempatan berbicara setelah ini.
Sampai di depan pintu Arsy mengetuk pintu itu pelan.
" Tuan, ini saya Arsy. Saya mengantarkan kopi untuk Tuan. "
" Hm masuklah. " Jawabnya tanpa menoleh.
Arsy melangkah mendekat dan meletakkan kopi untuk majikan nya itu di atas meja, kemudian mundur beberapa langkah.
Arsy melirik Tuan nya yang sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran nya bahkan tidak menoleh sama sekali padanya.
" T- Tuan. "
Arsy memberanikan diri untuk bicara, saat itulah Arkan menoleh ke arahnya. Wajah tampannya bisa terlihat jelas oleh Arsy, hal itu sontak membuat jantung nya merasa tidak aman.
Apalagi tatapan Pria itu membuat Arsy mendadak gugup dan kemudian menunduk.
" Ada apa lagi, kenapa masih berdiri disitu. "
Dengan menahan kegugupan nya Arsy meyakinkan dirinya untuk bicara, tunggu apalagi. Apa Ia harus menunggu Pria bejat itu lagi esok.
" S- saya ingin bicara sebentar. M- sebelum nya saya minta maaf, karena saya terlalu lancang mengganggu waktu Tuan. "
Arkan yang awalnya menatap Arsy bingung akhirnya pun memberikan waktu pada pekerja di rumahnya itu.
" Hm, katakan ada apa. "
Mendengar suara Pria di depan nya membuat tubuh Arsy semakin bergetar, sungguh saat ini rasanya Ia ingin menghilang namun masalahnya lebih penting dari apapun.
Ia meremas jari tangannya sendiri memilin kuku lentiknya yang nampak indah. Meskipun Arsy ada asisten rumah tangga, namun Ia memiliki tubuh yang indah, di poles sedikit saja akan menjadi seperti Putri bangsawan.
Hal itu juga diam- diam di akui oleh Pria di depan nya saat ini.
" Ah begini Tuan, saya ingin berhenti bekerja disini. Maaf bukan apa- apa, tapi kemarin teman saya menghubungi saya ingin mengajak bekerja sama di tempatnya. Tolong Tuan jangan libatkan Bude saya, karena ini kemauan saya. "
Arkan menautkan keningnya, jujur Ia bingung mendengar ucapan Arsy yang begitu lucu.
Raut wajahnya yang ketakutan justru terlihat seperti kucing lucu bagi Arkan. Namun mendengar penjelasan gadis itu membuat Ia bersikap serius.
Meskipun begitu Ia juga tidak punya hak melarang ataupun mengekang kebebasan orang lain.
" Apa disini gaji nya terlalu kecil, ah sudahlah. Tunggu sebentar. "
Arkan membuka laci kerjanya mengambil amplop kosong dan mengisinya dengan beberapa lembar uang disana.
" Ini untuk mu, sebagai upah selama kamu bekerja disini. "
Arsy menerima nya dengan tangan masih gemetar, tak lupa juga Ia mengucapkan terima kasih sebelum keluar dari ruangan itu.
Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya ketika sudah berada di luar.
" Huuh hampir saja aku mati berdiri tadi, kenapa begitu menyeramkan ya. Padahal tampan sih tapi dingin kaya kutub utara. "
Arsy melangkah sambil bergidik ngeri, dari jauh Lastri juga sama menghela nafas lega ketika melihat keponakan nya keluar dari ruangan majikannya dalam kondisi baik- baik saja.
***
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke