Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Hadiah Ulang Tahun
Cornelia bersenandung lirih saat menata meja toko kue.
Hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja di toko kue meski tidak full time karena paginya dia harus sekolah, Cornelia tetap bersemangat untuk tetap masuk bekerja.
Senyum manis terus menghiasi sudut bibirnya yang cantik sempurna.
Tampak Cornelia sangat sibuk mengisi etalase kue dengan macam-macam kue-kue cantik didalamnya.
Kling... Kling... Kling..., suara bel toko berbunyi nyaring.
Terlihat seorang nenek tua masuk ke dalam toko kue sambil membawa tongkat untuk berjalan.
Cornelia segera menyambutnya ramah sambil menyapanya.
"Selamat datang ditoko kue Clarissa, selamat berbelanja !" ucapnya penuh semangat.
Nenek tua itu tertawa ringan lalu menjawab sapaan Cornelia.
"Terimakasih telah menyambutku, aku ingin membeli sekotak kue manis, apa yang kau punya disini ?" sahut nenek itu sembari tersenyum manis.
"Ada banyak bermacam-macam varian kue manis ditempat kami ini, anda bisa membelinya dan juga memesannya", kata Cornelia ramah.
"Apa ada kue manis dengan strawberry karena aku sangat menyukainya ?" tanya nenek tua itu sambil berjalan mendekati etalase kue.
"Oh, ada, kebetulan toko memasukkannya dalam katalog baru jadi kue yang anda cari tersedia hari ini", sahut Cornelia.
Cornelia menggeser pintu lemari etalase didepannya lalu mengambil kue strawberry yang dimaksudkan oleh nenek tua itu.
Diletakkannya satu buah kue strawberry ke atas etalase kue.
"Aku beli lima, tolong kau bungkuskan itu untukku dan aku juga ingin membeli satu kotak kue cokelat", ucap nenek tua itu sambil melihat ke arah etalase kue yang ada didepannya.
Cornelia segera memenuhi permintaan nenek tua itu untuk memberinya sekotak kue coklat yang dimintanya.
"Apa kau baru disini ?" tanya nenek tua itu saat Cornelia sibuk memasukkan kue-kue coklat ke dalam kotak kue.
"Iya, aku baru bekerja disini dan aku diterima kemarin jadi masih baru", sahut Cornelia.
"Kau masih sangat muda, berapa umurmu sekarang, nak ?" tanya nenek tua itu sambil mengamati Cornelia.
"16 tahun...", jawab Cornelia lalu menyerahkan nota pembayaran pada nenek tua itu.
"Wow, kau sangat muda sekali, apa kau masih sekolah ?" tanya nenek.
"Iya, aku masih sekolah", sahut Cornelia sembari tersenyum.
"Apa orangtuamu mengijinkanmu bekerja paruh waktu seperti ini ?" tanya nenek tersebut.
Cornelia terdiam sesaat ketika nenek itu menanyainya tentang kedua orangtuanya lalu dia menggeleng pelan.
"Tidak, aku tidak memiliki orangtua lagi, mereka telah pergi sejak aku kecil", ucap Cornelia.
Terlihat kedua matanya menatap sendu saat nenek itu bertanya kepadanya.
"Oh, begitu, ya, aku turut prihatin lalu kau tinggal dengan siapa sekarang ?" tanya nenek setelah dia membayar tunai belanjaannya.
"Aku tinggal dengan pamanku dulu sewaktu aku masih kecil tapi kami terpisah dan kini aku tinggal bersama Nobel dan Lakas", ucap Cornelia.
Dalam hati kecilnya Cornelia berkata lain.
"Mana mungkin aku mengatakan kalau aku tinggal bersama dua vampir, pasti nenek tua ini akan lari terbirit-birit dan takut darahnya habis dihisap mereka..."
Cornelia menghela nafas pelan lalu tersenyum simpul sedangkan tatapannya terlihat sendu dimatanya.
"Oh, begitu, ya..., untunglah, kau ada yang menjagamu", ucap nenek.
"Ya, aku merasa sangat beruntung", sahut Cornelia sambil memperhatikan ke arah telapak tangannya yang terbuka.
Ingatan Cornelia kembali teringat kepada Lakas sewaktu laki-laki vampir itu meminum darahnya yang keluar dari telapak tangannya yang terluka oleh duri pada batang bunga.
Cornelia ingat betul ekspresi wajah Lakas kala itu, wajahnya sangat tegang dengan kedua mata merah menyala menatap dirinya. Dia tidak akan pernah lupa bagaimana Lakas menjauhkannya dari laki-laki itu.
Perlakuan Lakas menjatuhkan Cornelia ke dalam sebuah luka yang teramat perih, tanpa gadis itu tahu alasan Lakas mendorongnya agar dia menjauh dari Lakas kala itu.
Cornelia mendesah pelan sedangkan kedua matanya berkaca-kaca sedih.
"Apa ada lagi yang ingin nenek beli ditoko ini atau memesan kue untuk acara tertentu ?" tanya Cornelia yang mengalihkan kembali pandangannya ke arah nenek tua didepan etalase toko kue.
Nenek tua itu menggeleng pelan saat Cornelia menanyakannya, apakah dia hendak memesan kue atau tidak.
"Kurasa tidak, aku hanya ingin membeli kue coklat dan kue strawberry untuk aku sendiri", sahutnya.
"Terimakasih sudah membeli kue ditoko kami ini, semoga harimu menyenangkan", ucap Cornelia.
"Ya, sama-sama", sahut nenek seraya berjalan pergi.
Cornelia berdiri diam sambil memandang jauh ke arah wanita tua yang baru saja berbelanja ditoko kue ini.
Pelanggan pertama, pikir Cornelia dengan hati senang.
Nenek itu adalah pembeli pertama untuk Cornelia di hari awal dia bekerja di toko kue ini.
Senyum lega mengembang diwajah cantik Cornelia.
Cornelia kembali disibukkan untuk menata kue-kue cantik dietalase lainnya, beberapa macam aneka kue manis, dia masukkan ke dalam etalase kaca yang ada diruangan toko itu.
Sesekali Cornelia mengusap keningnya yang berkeringat saat dia sibuk menata isi etalase kue.
Namun, Cornelia sangat bersemangat saat dia memulai pekerjaannya di toko kue di hari pertamanya ini.
Toko kue ini memiliki ukuran luas yang cukup kecil tapi sangat lapang dan nyaman disinggahi.
Beberapa pelanggan toko kue mulai berdatangan untuk membeli kue, ada juga yang memesan kue untuk dibawa dihari lainnya, ada juga yang langsung menikmati kue-kue itu dimeja toko kue yang tersedia.
Menyantapnya langsung tanpa membawanya pulang, membuat pekerjaan Cornelia bertambah sebab dia harus membersihkan meja kue dari sisa kotoran kue milik pelanggan toko.
Cornelia semakin sibuk melayani pelanggan-pelanggan toko karena dia bekerja seorang diri di toko kue itu, memang toko tersebut hanya memperkerjakan satu pekerja toko untuk toko kue mereka dengan alasan menghemat biaya pengeluaran serta operasional toko.
Meski Cornelia masuk sore, pihak pengelola toko kue tidak mempermasalahkan hal itu karena di pagi hari toko kue tidak buka.
"Akhirnya selesai juga...", ucap Cornelia sambil mengusap keningnya.
Hari tak terasa mulai menginjak malam.
Suasana gelap terlihat dari luar toko kue, Cornelia memandangi ke arah luar sana dari balik kaca toko.
"Hari ini aku hari aku dilahirkan ke dunia ini tapi tidak ada satupun orang yang memberiku ucapan selamat ulang tahun untukku", ucap Cornelia.
Wajah Cornelia tampak berubah sedih ketika melihat ke arah luar toko, dimana suasana berubah malam.
Cornelia melirik cepat ke arah jam yang melingkar ditangannya, diamatinya dengan seksama jarum jam pada jam tangan miliknya itu lalu berkata pelan.
"Apa Nobel akan menjemputku pulang ?" tanyanya.
Cornelia membersihkan toko sebelum menutupnya hari ini.
Semua kue yang terjual ditoko ini telah habis tak tersisa bahkan Cornelia lupa untuk menyisakan kue untuk dibawa pulang karena kue terjual semuanya.
Cornelia mulai menutup jendela toko kue satu demi satu sebelum pulang.
Setelah pekerjaannya hampir rampung semuanya, terdengar suara langkah kaki yang memasuki toko kue saat Cornelia sibuk memasukkan nampan-nampan kue ke dalam lemari toko.
"Maaf, toko sudah mau tutup, datang besok saja pada sore hari", ucap Cornelia.
Tidak ada suara sahutan dari seseorang yang masuk ke dalam toko kue sehingga membuat Cornelia memalingkan mukanya ke arah orang tersebut.
Alangkah terkejutnya Cornelia saat melihat sosok laki-laki yang sudah lama tidak dilihatnya itu sejak sepuluh tahun terakhir ini berada kembali dihadapannya lagi.
"Lakas...", gumam Cornelia dengan hati terharu biru.
Tiba-tiba kedua matanya berkaca-kaca saat dia melihat Lakas telah berdiri dihadapannya setelah sekian lama mereka tidak saling bertemu selama sepuluh tahun.
Cornelia mengatupkan bibirnya dengan menahan isak tangisnya.
Tak ada kata yang bisa Cornelia ucapkan saat ini karena semua telah berubah berbeda sekarang.
Cornelia masih berdiri tertegun sambil menghadap lurus ke arah Lakas yang sedang memandanginya dari sorot matanya yang teramat teduh.
"Cornelia...", sapanya lembut.
Sebuah senyum membentuk menawan disudut bibir milik Lakas yang sempurna, saat dia kembali setelah sepuluh tahun lamanya, dia terkurung tersegel didalam peti matinya yang ada di kamar tidurnya di lantai bawah rumahnya, tatapannya teduh ketika menatap Cornelia, gadis kecil yang telah beranjak remaja yang teramat sangat dirindukannya itu.