NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bergegas ke Rumah Sakit

🌻🌻🌻

Sungguh aku tidak bisa menduga tingkahku bisa begitu gila pagi ini. Padahal, aku belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki sebelumnya. Tingkahku di kamar tadi membuatku dariku sendiri saja kaget, apalagi Mas Lintang. Sejak tadi suamiku itu diam dengan tangan mengendalikan setir mobil. Rasanya kami sedikit canggung setelah kejadian itu sampai Mas Lintang tidak sadar dengan keberadaan sekolah putri bungsunya yang terlewatkan.

"Sekolah Delia kelewatan, Mas ...!" seruku.

"Eh." Pria itu langsung rem mendadak, menarik tubuh kami maju.

Mas Lintang menoleh ke belakang, memperhatikan ketiga anaknya, memperhatikanku dan Delia yang ada di pangkuanku untuk memastikan kami baik-baik saja. Sikapnya itu membuatku kagum dan sepertinya aku sudah menyukainya. Pesona tampan pria beranak empat ini ditambah dengan sifat tanggung jawabnya membuatku jatuh hati.

"Kamu baik-baik saja?" tanyanya padaku.

"Iya. Mas jangan bengong. Bukannya masalah itu sudah selesai?"

"Maaf," ucapnya.

"Mas dan anak-anak tunggu di sini. Biar aku yang akan mengantar Delia ke gerbang. Tidak perlu memundurkan mobilnya."

Pintu mobil aku buka, menggendong Delia ke belakang, ke arah gerbang yang sudah ramai dilewati oleh anak-anak dan orang tua mereka. Aku tidak ikut masuk seperti orang tua lainnya, Delia aku titipkan kepada guru yang sudah menyambut mereka di depan gerbang bagian dalam.

Gadis itu melambaikan tangan ke arahku yang aku balas dengan ha yang sama. Guru yang saat itu berbicara bersama Mas Lintang melihat dan mendengar Delia memanggilku dengan sebutan itu yang langsung mengubah ekspresi guru itu. Mungkin baru sadar kalau wanita yang saat itu datang ke sana mencari Delia adalah ibu dari gadis itu.

Kepala aku anggukkan untuk menyapanya dari jauh selain mengumbar senyuman. Tingkahku dibalas dengan tingkah yang sama.

Kembali aku ke mobil. Sebelum ke sekolah tempat ku mengajar, Mas Lintang akan mengantar Zien, lalu Revan, hingga akhirnya aku dan Shani nanti.

***

Karena rapat di sekolah, anak-anak pulang lebih cepat dari sebelumnya. Jadi, aku tidak bisa pulang bersama Shani. Gadis itu kembali lebih dulu ke rumah.

Setelah menghadiri rapat antar guru di kantor, sebelum kembali ke rumah, aku menemui Bella di rumahnya. Sejak semalam wanita itu menghubungiku, meminta waktu untuk bisa mendengar curhatannya.

"Sejak kamu menikah, sudah sekali dihubungi, apalagi bertemu. Lebih baik kamu tidak menikah," ucap Bella sambil menaruh segelas air dingin di atas meja yang ada di teras.

"Itulah yang aku rasakan ketika kamu baru-baru menikah saat itu."

Bella hanya tersenyum cengir dan duduk di bangku yang ada di seberang bangku yang aku duduki.

"Bagaimana? Enak menikah? Malam pertama, bagaimana?"

satu, dua, tiga. Tiga pertanyaan dilontarkan sekaligus oleh Bella. Begitulah wanita itu jika sudah diburu oleh rasa penasaran. Pandanganku naik ke atas, menatap cerahnya langit dengan mata menyipit, memikirkan pertanyaan Bella.

Bla bla bla ....

Semua cerita mengenai hubunganku dan keempat anak-anak tiriku itu aku ceritakan, sempat membuat Bella kesal kepada sosok Shani yang aku ceritakan sampai menyuruhku untuk tidak mengurus mereka, kecuali Delia. Itu bukan nasihat yang baik dan aku tahu Bella mengatakan itu karena rasa kesalnya.

"Tidak mungkin. Jika aku melakukan itu, bayangkan betapa besarnya kebencian mereka kepadaku. Tidak." Mentah-mentah aku tolak saran dari Bella.

Ketika sedang asyik mengobrol, Raden menghampiri kami. Pria itu baru saja memarkirkan mobilnya di tepi jalan, di dekat pagar rumah yang tingginya hanya 1,5 meter dari tanah. Sama seperti Bella, pria itu juga suka bercanda dan sering melontarkan candaan kepadaku.

"Kamu di sini? Kamu sudah tahu mengenai kondisi Pak Lintang?" tanya Raden dengan ekspresi cukup serius dan membuatku penasaran.

"Maksudnya?" tanyaku, bingung.

"Tadi Pak Lintang mengalami kecelakaan di pertigaan jalan menuju kantor."

"Kamu tidak bercanda, kan?"

"Untuk apa bercanda sama nyawa orang? Mungkin sekarang berada di rumah sakit. Di ...." Raden menggantungkan perkataannya karena aku berdiri dan meninggalkan kediaman mereka dengan terburu-buru.

Sempat aku dengar Raden memanggilku, tetapi aku abaikan karena cemas. Entahlah, perasaanku tiba-tiba tidak bisa ku kendalikan, tidak bisa aku tenangkan. Keluar dari gerbang rumah Bella, aku berjalan menuju pangkalan ojek yang berada tidak jauh dari sana dan menyuruh salah satu mereka yang berada di sana mengantarku ke rumah sakit yang berada tidak jauh dari kantor Mas Lintang.

Sekitar lima belas menit kemudian aku sudah berdiri di depan sebuah rumah sakit swasta yang aku tuju, bergegas kakiku melangkah memasuki gedung berwarna putih itu dan menemui resepsionis rumah sakit untuk bertanya mengenai keberadaan Mas Lintang.

"Fina!" seru Mas Lintang.

Ketika sedang mengobrol, Mas Lintang memanggilku. Kudapati suamiku itu berdiri dengan dahi sudah diplester.

"Kamu baik-baik saja, Mas?" tanyaku sambil menghampirinya.

"Iya. Mengapa di sini?"

"Aku dapat berita Mas kecelakaan dari Raden. Jadi, aku langsung ke sini. Kamu benar-benar baik-baik saja, kan?" tanyaku dengan jawabannya yang masih belum puas aku dengar.

"Pak! Ini obat-obatnya!" Seorang perawat menghampiri kami dan menyodorkan kantong plastik bermerk rumah sakit tersebut kepada Mas Lintang.

"Terima kasih," ucap Mas Lintang.

"Sus, apa suami saya tidak apa-apa tidak dirawat? Dia tidak mengalami cedera yang cukup serius, kan?" tanyaku.

"Jadi Mbak istrinya. Tenang, tidak ada yang serius, Mbak. Cukup jaga suaminya dan pastikan minum obat tepat waktu. Kalau begitu, saya pamit dulu." Perawat itu berbicara dengan senyuman yang membuatku mulai sadar dengan kekhawatiran yang diekspresikan melalui raut wajah dan cara bicaraku.

***

Kami kembali ke rumah menggunakan taksi. Sesampainya di teras rumah, kami melihat wajah cemas Bu Suri dan kedua anak laki-laki Mas Lintang. Kedatangan kami membuat mereka berdiri dan ibu mertuaku itu mengadu kepada suamiku mengenai Shani yang meninggalkan rumah dengan selembar kertas ditinggalkan sebagai pesan terakhir. Dalam pesan tersebut tertulis kalau aku menjadi penyebabnya meninggalkan rumah.

Mas Lintang melirikku dengan raut wajah kaget dan bergegas mengeluarkan motor dari bagasi, mengendarai motor tersebut untuk mencari Shani.

"Kamu mencarinya ke mana, Mas?" tanyaku dari teras ketika melihat Mas Lintang memakai helm.

"Sekolah."

"Semua murid sudah pulang lebih awal karena rapat guru. Tidak ada satupun anak-anak di sekolah. Coba ke tempat teman-temannya," ujarku dengan berharap Shani berada di rumah salah satu temannya.

Mas Lintang menganggukkan kepala dan menaiki motor, mengendarainya dengan kecepatan kencang.

"Semua salah Kakak. Kalau Kakak tidak hadir dalam hidup kami, semua tidak begini." Zien menyalahkanku dan keluar dari rumah dalam balutan seragam sekolah putih dan biru tua.

"Benar. Semua salah Kakak.” Revan mengikuti jejak Zien meninggalkan rumah.

Perkataan mereka membuat perasaanku yang sudah tidak nyaman bertambah merasa bersalah. Ku arahkan pandangan kepada Bu Sulis yang cemas dan wanita itu duduk kembali di posisinya.

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!