Selintas Imajinasi

Kejadian demi kejadian yang aku alami. Selintas teringat akan Rifal. Ya pria baik yang selalu berupaya menjaga aku.

Dia sedang apa ya, masih ingat aku tidak ya? Ucapku dalam hati.

Ketika memutuskan untuk pergi ke kota, salahku tidak berpamitan dengannya.

Kami pun putus kontak, karena semua kontak aku ganti, dan meminta tolong kepada Ibu untuk tidak memberikan kontak aku kepada siapapun termasuk Rifal.

●●●

Posisiku masih cuti, namun aku belum memutuskan pulang ke desa. Dan aku pun sepertinya akan meninggalkan kota selamanya dan tinggal di desa saja.

Kota tidak cukup aman sepertinya bagi aku seorang gadis dari desa. Pikirku pada saat itu,

Alih - alih mengundurkan diri secara baik - baik, aku lebih memilih tidak berpamitan.

●●●

Cuti ku sudah habis, aku masih terdiam diri di kotsan, uangku mulai menipis dan ya, aku pun mencari - cari pekerjaan baru,

Dengan posisi ijazahku yang hanya lulusan SMA, terkadang adanya kesenjangan sosial. Bahkan belum sempat di uji sudah kalah oleh ijazah.

Tapi aku yakin, masih banyak perusahaan yang memilih skill dibandingkan ijazah.

●●●

Selama 3 bulan, aku pun nganggur, uangku benar - benar sudah minus.

Bagaimana ini? Pikirku.

Tring...

(Terdengar suara notif dari email).

Aku pun segera membukanya dan...

Yeay, akhirnya aku di terima kerja.

Sebenarnya aku tidak tahu bekerja di bagian apa, tapi pikirku pada saat itu yang terpenting ada pemasukan.

●●●

Tidak membutuhkan waktu terlalu lama, hari dimana aku interview, hari itu juga diriku langsung di persilahkan bekerja. Tapi tetap saja, ijazah SMA ku ini di diskriminasi.

"Kamu saya beri waktu 3 bulan, jika kamu bisa memahami knowledge yang ada di perusahaan, maka kamu akan kami kontrak" Ucap HRD kepadaku.

Terlihat cantik bukan? Ya aku diberi kesempatan bekerja menjadi seorang call center di perusahaan ternama.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, seorang gadis desa, lulusan SMA bisa bergabung menjadi bagian di perusahaan ternama.

Tempat kerja sangat nyaman, karena terletak di gedung - gedung tinggi.

Lingkungan kantor juga nyaman, tapi sayangnya gajih yang aku peroleh sangat minim.

Di sini, aku di tuntut untuk melanjutkan kuliah, aku pun mencoba nya, dan ya pada saat itu aku mengambil fakultas ilmu komunikasi.

Selama 3 bulan bekerja, bukan hanya knowledge yang aku kuasai, bahkan status the best karyawan pun aku dapatkan. Padahal dari segi status pendidikan tentu saja aku kalah. Rata - rata teman kantorku lulusan D3 dan S1.

●●●

Taraaaaaaaa, ini senyumanku. Ya senyuman karena aku sudah berhasil mendapatkan penghargaan.

Penghargaan ini aku dapatkan secara berturut - turut. Tidak henti - hentinya untuk selalu bersyukur.

●●●

Tapi yaaa, namanya juga hidup. Kadang senang kadang sedih. Semua berjalan berdampingan secara seimbang.

Aku pun bingung kembali,

Dengan gajih yang sedikit, banyak sekali tuntutan yang aku dapatkan. Pertama, aku harus memikirkan keadaan ibuku di desa, tentu, aku pun wajib mengirimkan uang dan memberikan kebutuhan untuk ibuku, selain daripada itu, rumah kotsan di kota harganya begitu mahal. Sekarang di tambah harus membayar uang kuliah.

Gajih yang aku dapatkan tidak mencukupi kebutuhanku. Kasarnya, lebih besar pasak daripada tiang.

●●●

Rencanaku ingin jujur saja kepada Ibu, namun aku belum berani. Solusi yang menurut aku bisa mengatasi masalahku yakni harus dapat pekerjaan yang gajihnya bisa menutupi kebutuhanku.

Tapi dimana?