NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

penyamaran ara

Doni melangkah santai di trotoar, menikmati sinar pagi yang memancar hangat. Pikirannya melayang, teringat percakapan dengan Ara sebelum beranjak dari klinik. Ia ingin memahami kenapa Ara tiba-tiba muncul dengan kostum pengantar pizza. Keberadaannya tampak mencurigakan, namun Doni tak ingin menunjukkan rasa ingin tahunya terlalu dalam.

Secara tak sengaja, langkahnya bersinggungan dengan Ara yang baru saja keluar dari salah satu gang. Doni menghentikan langkahnya, menatap penasaran.

“Kamu jadi pengantar pizza?” Doni mengangkat alis, senyumnya menampakkan kebingungan.

Ara mengangguk, senyumnya penuh teka-teki.

“Bisa dibilang begitu,” ujarnya pelan, matanya berkilau, tetapi tertutup oleh topi pengantar yang sedikit kebesaran.

"Buat siapa?" Doni bertanya, berusaha mempertajam fokus pada wajah Ara yang tidak ingin ia lihat terlalu lama.

“Kamu tahu, promo gratis,” Ara menjawab, berusaha santai. "Aku pikir ini kesempatan baik."

Doni mencondongkan badan sedikit, tetap waspada. “Tapi hari ini kan hari libur, kenapa kamu bisa ada di sini?”

Senyum Ara menyusut seketika. Dia menggigit bibir bawahnya, seolah mencari kata-kata yang tepat. “Aku... hanya membantu,” jawabnya.

"Menolong siapa?"

“Tentu saja bukan kamu,” Ara menimpali, nada suaranya sedikit tajam.

Doni terdiam. Kebingungan semakin menumpuk. Dia tahu betul bahwa Ara tidak pernah bersikap seperti ini. Biasanya, ara selalu terbuka, bagai lautan tanpa batas. Melihatnya diam, Ara berbalik, memberikan punggungnya pada Doni.

“Harus pergi sekarang,” ujarnya sebentar sebelum bergegas pergi.

“Hey, tunggu! Ara!” Doni memanggilnya, tetapi Ara terus melangkah, tak mendengarnya.

Doni berdiri terpaku, merasakan angin hangat menggelitik kulitnya. Daya tarik rasa ingin tahunya semakin menguat. Ketidakpastian menempel di pikirannya seperti noda yang tak bisa diseka. Ada sesuatu yang lebih dalam di balik sikap Ara, dan ia merasa terpaksa menyelidiki.

Doni melanjutkan langkahnya, menuju klinik. Hari libur seharusnya cukup tenang, namun rasa gelisah tak pernah surut dari benaknya. Setiap langkahnya terasa berat, seolah ada bebannya sendiri. Ia memikirkan Maya. Berita tentang pemecatannya terus menghantui. Jika saja ia tidak terjerat dalam pencarian yang membingungkan ini, semua itu mungkin tidak akan terjadi.

Beberapa saat kemudian, Doni tiba di klinik. Dia merapikan meja, menyiapkan berkas-berkas pasien untuk besok. Namun, pikirannya melayang lagi pada Ara.

"Kenapa hari ini kamu di sini?" tanya Doni cemberut pada salah seorang rekan kerjanya, Devi, yang baru masuk.

Devi mengangkat bahu. “Pembantu di kabinet, mungkin ada yang belum selesai.”

Doni ingat arahan Dr. Smith tentang pengaturan data yang belum dirapikan. Ia menggeleng, tak ingin berpikir lebih jauh.

Tak lama, Maya muncul. Wajahnya murung.

“Maya,” panggil Doni. “Kau baik-baik saja?”

Maya menggaruk kepala, menghela napas. “Aku... baru saja berbicara dengan Dr. Smith. Dia sangat marah.”

"Kenapa? Apa kamu bilang padanya tentang Ara dan pizza itu?" Doni melangkah mendekat.

“Aku tidak mengatakan apapun! Tapi berita tentang pemecatanku hanya karena kesalahpahaman itu... sangat menyakitkan.”

Doni menggigit bibir. “Aku minta maaf,” ucapnya. “Kalau bukan karena keinginanku untuk mencari..."

Maya menyela, "Mencari siapa, Doni? Apa yang sebenarnya kau cari?" Suara Maya mulai meninggi, menahan emosi.

“Perempuan di kuburan Exora,” ucap Doni mantap. “Aku tidak tahu seberapa jauh ini membawa kita.”

Maya menatapnya tajam. “Doni, semua ini bisa jadi berbahaya. Kamu dan Ara harus berhati-hati.”

Sebelum Doni sempat merespons, suara pintu klinik berbunyi keras. Dr. Smith muncul, langkahnya cepat, ekspresi tegang.

Doni dan Maya membisu, cemas.

“Bersiaplah! Ada pasien yang sangat mendesak!” teriak Dr. Smith, tidak menawarkan penjelasan lebih lanjut.

Maya mencuri pandang ke arah Doni. "Kita harus terus menyelidiki, tidak bisa ada yang meragukan kita."

Doni mengangguk. Dia tahu, misi mereka baru saja dimulai. Setelah Dr. Smith pergi, ia membisikkan pada Maya.

“Kita coba cari tahu dari arsip tua itu, mungkin ada petunjuk lebih jauh tentang pemecatanmu.”

Maya mengangguk, semangatnya kembali pulih. “Bagus, ayo!”

Mereka bergerak lurus menuju lemari arsip yang tersimpan di pojok klinik. Langkahnya mantap. Doni merasa kegelisahan mengendap dalam dada, tetapi kali ini ia tak sendirian.

Mereka terbagi; Doni mengamati berkas-berkas lama yang berserakan, sementara Maya mencari informasi tentang pasien hamil yang mungkin terkait.

Di dalam benaknya terus berpikir, apa hubungan klinik ini dengan wanita-wanita hamil yang sering muncul.

“Aha!" teriak Maya, mengangkat sebuah berkas yang nampaknya lebih tebal dari yang lain. "Ini ada catatan dari tahun lalu, mungkin bisa memberikan kita gambaran!”

Doni mendekat, meraih berkas tersebut. “Mari kita baca.”

Saat mereka membaca berkas itu, pikiran mereka berputar.

"Ada banyak pasien dengan nama yang tidak dikenal," kata Doni, jari telunjuknya menunjuk satu nama. "Dan di sini ada catatan bahwa mereka dirawat di klinik ini tepat di hari yang sama."

“Mungkin kita harus menghubungkan ini dengan apa yang Ara lihat,” Maya menyarankan. "Jangan-jangan ini berkaitan."

Doni mengingat kembali wajah Ara ketika menolak menjelaskan apa yang dia lakukan. Terdapat campuran rasa percaya dan curiga dalam hatinya. Berbagai pertanyaan berkecamuk, terasa seperti dorongan untuk menemukan jawaban.

“Kalau ini tidak jelas, kita harus mencari informasi dari luar, harus ada yang bisa menjelaskan semua ini,” ucap Doni.

Doni dan Maya terus bekerja, saling berbagi informasi dan wawasan. Desas-desus tentang klinik dan wanita hamil yang kerap melintas di benak mereka kian membara.

Kedua sahabat itu, dalam kerumitan yang menyelimuti, merasa bahwa jawaban mereka berada di ujung samudera pengetahuan yang gelap. Mereka harus menelusuri saluran tak terduga, berjuang untuk membawa kejelasan di tengah kebingungan yang memusuhi.

Maya menarik napas dalam-dalam. "Kita perlu berstrategi. Jika Ara terus menutupi sesuatu, kita harus menemukan cara untuk mendapatkan informasi darinya."

Doni mengangguk. "Aku bisa coba dekati dia. Mungkin jika aku bertanya secara langsung, dia mau menjawab."

Maya menyipitkan mata, skeptis. "Tapi kalau dia memang menyimpan sesuatu yang berbahaya? Apa dia akan mau berbagi?"

Doni menggeleng. "Tapi kita tidak bisa menetapkan asumsi tanpa bukti. Kita perlu menggali lebih dalam, mulai dari Ara." Lalu, sebuah ide muncul dalam benaknya.

“Bagaimana jika kita menyelidiki klinik di luar jam kerja? Jika tidak ada orang di dalam, kita mungkin bisa menemukan sesuatu.”

Maya tertarik dengan ide itu. "Itu bisa berhasil. Kita bisa datang malam ini, hanya kita berdua. Jika pencarian kita aman, kita bisa melanjutkan.”

Doni menatapkan Maya, semangat baru memasuki atma mereka. "Baiklah, kita lakukan itu. Kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya."

Seiring waktu berlalu di klinik, mereka menghabiskan sisa hari itu dengan memeriksa berkas-berkas lain. Dengan bantuan cahaya lampu neon yang memancar, nama-nama pasien mulai menari di depan matanya, hingga larut malam menyerupai bayangan kelam.

“Doni, lihat ini.” Maya mengangkat sebuah berkas lainnya. “Ada catatan tentang pengujian tertentu yang dilakukan di luar prosedur, dan semua ini tidak terlaporkan.”

Doni semakin terbenam dalam rasa ingin tahunya. "Apa yang ingin dilakukan Dr. Smith dengan pengujian ini?"

“Hal yang tidak biasa. Tapi perhatikan, ada catatan pasien yang dihilangkan. Bisa jadi ini ada hubungannya dengan kebijakan klinik yang tidak terbuka,” jawab Maya.

Doni merasakan dadanya bergetar, pikirannya berputar memasuki labirin pertanyaan. "Dan ada yang mencurigakan dengan pengantar pizza dan pasien hamil. Semua ini tampaknya saling terhubung."

Maya mengusap lehernya, merasa cemas. "Kita harus bergerak cepat sebelum Dr. Smith mencurigai kita."

Sekitar pukul sembilan malam, setelah menunggu suasana tenang, mereka melangkah ke klinik. Cahayanya redup, hanya lampu darurat yang berkedip-kedip menunjukkan jalan. Dalam keheningan, mereka saling bertukar tatapan, semangat dan ketegangan mengisi udara.

"Jangan sampai ada suara." Maya berbisik, melangkah perlahan-lahan menuju ruang tunggu dengan rasa cemas.

Mereka menuju lemari arsip yang berada di sudut. Doni membuka pintunya dengan sedikit keraguan, melihat tumpukan berkas kuno yang berdebu—seolah sudah lama ditinggalkan.

“Doni," Maya berbisik. "Perhatikan berkas-berkas itu. Kita tidak boleh ada yang tertinggal.”

Mereka menghabiskan waktu selama beberapa jam mencari, membaca dan mencatat. Suara rendah rembulan mengisi celah suasana di antara mereka. Ada saat-saat hening, di mana kekhawatiran memuncak di antara detak jantung mereka.

Akhirnya, saat menjelajahi sebuah laci yang lebih dalam, Doni menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. “Maya! Coba lihat ini!”

Ia menarik lembaran kertas penuh dengan informasi pasien. Tertera di situ beberapa nama yang berulang kali muncul dengan pola yang sama: tanggal yang dekat, gejala yang sama, dan penanganan yang mencurigakan.

“Mungkin ini bisa memberikan kejelasan yang kita inginkan,” kata Doni bersemangat.

“Dia mencatat semua pasien yang datang,” sahut Maya, tubuhnya bergetar oleh kecemasan. “Apakah ini yang Ara sembunyikan?”

Doni menyusuri dokumen demi dokumen, menemukan nama yang mencolok seseorang dengan alamat yang cukup dekat dengan rumahnya. “Ini... ada nama yang familiar.”

Maya menatap dengan curiga. “Kenapa? Kamu mengenalnya?”

“Aku tidak yakin, tapi ada kemungkinan orang ini adalah...,” suara Doni meredup saat tersadar betapa dalamnya jaring ini melingkar.

Keduanya berhadapan, terdiam sejenak saat kesadaran tumbuh di antara mereka. Keluarga, hubungan, dan kenyataan yang rumit. Berkumisnya kesedihan tersembunyi di balik nama-nama.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!