NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan Gadis Itu

"Benarkah? Aku tidak merasakan hal itu," jawab Chika sambil tertawa pelan.

Melihat ekspresinya, Dika semakin sulit mengidentifikasi wajah asli dari gadis bernama Chika yang berada di depannya ini. Sejak pertemuan pertamanya, Dika memang merasakan kalau Chika mempunyai bakat akting yang luar biasa.

Hanya ada hembusan napas kecil setelah Dika melihat wajah Chika. Kemudian dia mematikan kameranya karena tidak ingin menganggu Chika.

"Ngomong-ngomong, aku cukup lapar karena perjalanan yang tertunda tadi. Apa kamu mau makan bersama?" tanya Dika.

"Boleh tuh. Kita makan dimana?" balas Chika sambil memperlihatkan dompetnya, "Tapi, aku tidak bisa makan sesuatu yang mahal. Uangku sisa sedikit...."

"Tenang saja. Aku akan membalas jasamu sebagai karena memberikan roti waktu itu," ungkap Dika, "Aku juga tidak punya uang banyak. Bagaimana jika memasaknya langsung di rumahku?"

"Kurasa itu ide bagus," tanggap Chika sambil berjalan mundur, "Untuk bahan makanannya?"

"Makannya kita akan pergi ke supermarket terlebih dahulu," kata Dika dengan cepat, "Aku nanti berencana untuk membuat spaghetti dengan bumbu instan. Apa ada yang ingin kamu makan?"

"Aku mengikutimu saja."

Kemudian Dika dan Chika berjalan menuju supermarket terbesar di Jakarta. Dika membeli beberapa stok spaghetti dengan beberapa butir telur. Chika mengambil sayuran dan beberapa bumbu memasak.

Seusai membayarnya. Mereka berdua kembali ke stasiun dan menaiki kereta ke arah stasiun dekat rumah Dika. Saat itu langit sudah gelap. Dika bertanya apakah Chika tidak dikhawatirkan oleh orang tuanya. Namun, Chika menjawab untuk untuk tidak terlalu memperhatikannya.

Di gang tanpa orang dengan lampu yang menerangi jalan. Chika berjalan mengekori Dika tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dika yang bingung untuk mencari topik pembicaraan tiba-tiba dia dipeluk dari belakang. Dika yang membawa belanjaan hampir terkejut dan menjatuhkan plastik berisi telur yang dia pegang.

Ada napas berat yang terasa di belakang telinga kanan Dika. Chika hanya bisa menghembuskan napas di dekat telinga Dika. Kemudian dia berbisik di dekat telinga Dika.

"Aku ingin kamu membuat film tentangku...."

"Tapi...."

"Anggap saja ini sebagai film cadangan jika klub film tidak berhasil menyelesaikannya," balas Chika sambil terkekeh pelan, "Aku akan memberanikan diri untuk berdiri di depan kamera."

"Mulai kapan aku merekammu?" tanya Dika dengan suara pelan.

Chika perlahan melepaskan kedua tangannya dari tubuh Dika. Dia berkata kalau Dika sudah bisa merekamnya.

Dika langsung berbalik untuk melihat Chika. Masih ada perasaan yang mengganjal dari perkataan Chika di hati Dika. Sebab Chika mengaku kalau dia tidak bisa berada di depan lensa kamera. Jadi, mengapa Chika mendadak berubah pikiran?

Tanpa berpikir panjang, Dika menurut belanjaannya di jalan dan mulai kembali mengambil kameranya yang ada di dalam tas. Dika mengarahkan kameranya yang dia pegang ke arah Chika.

Chika yang sedang memperhatikan langit langsung terkejut dengan kamera Dika sambil menutup wajahnya. Dia meminta Dika untuk mengambil rekaman ulang. Dika hanya bisa tertawa kalau dia tidak ingin melakukannya. Tidak ingin berdebat Chika berlari ke arah Dika untuk melihat rekamannya.

"Kalau begitu, bagian ini untuk pembukanya," celetuk Chika.

"Apa perlu opening credit?" potong Dika dan menjelaskan bentuknya, "Jadi, setelah adegan ini akan ada judul dari filmnya."

"Aku rasa itu ide yang bagus," kata Chika sambil tersenyum kecil, "Bagaimana kalau judulnya 'Napas Terakhir Di Bulan Agustus'?"

"Itu mirip sekali dengan salah satu rancangan judul cerita yang ingin dibuat oleh klub film," ucap Dika sambil menatap ke arah Chika, "Apa itu hanya kebetulan?"

"Sepertinya itu hanya kebetulan," balas Chika sambil tersenyum.

Tepat ketika Chika tersenyum. Dika hanya bisa terdiam karena terkejut. Karena, Dika baru saja melihat senyuman yang tidak pernah diperlihatkan oleh Chika. Apalagi suasana langit malam dengan angin yang menerjang terasa sangat indah di depan mata Dika.

...***...

Dika membukakan pintu kamar kosnya kepada Chika. Sama seperti Mona yang sebelumnya terpukau dengan kamar Dika. Chika terkejut kalau kamar kosnya sangat bersih untuk ditinggali seorang anak SMA.

"Duduk saja dimanapun. Aku ingin memasukkan belanjaan ke dalam kulkas terlebih dahulu," kata Dika sambil berjalan ke arah ruang tengah.

Tidak sesuai perkiraan Dika. Chika malah mengikutinya ke ruang tengah sambil melihat-lihat seisi kamar kosnya. Chika juga berkata kalau kamar kosnya sangat luas.

"Tapi, mengapa ruang tamu kami jadikan ruang untuk tidur?" tanya Chika penasaran.

"Kupikir aku hanya akan menjadi seorang penyendiri di SMA baruku. Jadi, aku tidak pernah berpikir akan ada teman yang datang ke tempatku," ungkap Dika dengan menoleh ke arah Chika sambil meletakkan telur yang dia beli ke dalam rak kulkas.

Chika terkekeh dan menggoda Dika, "Apa aku orang pertama yang datang ke kamarmu?"

"Mona sebelumnya pernah berkunjung kesini," kata Dika dengan cepat, "Aku meminta bantuan dia untuk membaca cerita rancangan pembuatan film yang sedang aku kerjakan."

"Ah, sayang sekali...." balas Chika dengan nada yang mengendur.

Kemudian kedua pundak Chika dipegang oleh Dika dari belakang. Dika meminta Chika untuk menunggu di ruang depan. Sebab menurut Dika, rasanya tidak enak membiarkan tamu berkeliaran di rumahnya.

Chika hanya terkekeh dan menyerah dengan keinginan tahunya. Dia langsung duduk di tempat tidur Dika dan melepas tas sekolahnya sambil membentangkan tubuhnya.

Dika dari ruang tengah bertanya pada Chika, "Kamu mau minum teh atau kopi, Chika?"

"Aku ingin teh dingin. Bisa gak?"

"Tunggu sebentar. Aku check pendingin batu es dulu, ya?" balas Dika sambil membuat suara gaduh dari arah ruang tengah, "Batu esnya gak banyak, nih. Gak apa-apa, kan, ya?"

"Gak apa-apa."

Belum saja Dika bergerak. Chika bertanya pada Dika mengenai pemilik laptop yang berada di meja belajar. Setelah Dika menjawab kalau dirinya tinggal sendiri dan semua peralatan milik Dika. Chika mengaku ingin meminjam laptopnya.

Dika mengiyakannya dengan cepat. Setelah membuat teh dingin. Dika membuka bungkusan kopi susu yang dia beli di warung beberapa hari lalu dan menyeduhnya ke dalam gelas kecil. Seusai menyiapkan minuman, Dika mengantarkan itu ke meja belajar.

Kedua mata Dika melihat Chika sedang mengetik skenario film di laptopnya. Kedatangan Dika dengan teh dingin di tangannya membuat Chika terkejut.

"Ini permintaan yang tepat. Namun, bolehkah aku menulis skenario disini?" pinta Chika, "Mungkin aku bisa saja lebih sering mampir ke tempatmu. Aku gak menganggu, kan?"

Dika menggelengkan kepala dengan cepat, "Santai saja. Karena aku tinggal sendirian. Aku tidak terlalu keras mengenai peraturan rumah. Namun, akan berbeda jika orang tuaku tahu. Yah, santai saja disini."

"Serius nih?" tanya Chika, "Kok kamu langsung percaya dengan mudahnya kepadaku? Memangnya rumahmu tidak ada barang berharga?"

"Jika disebut barang berharga. Mungkin hanya laptop ini saja. Tapi, aku tidak terlalu sering memakainya sebagai tempat penyimpanan," jelas Dika dan menunjuk ke kameranya, "Aku terbiasa mengabadikan di kamera lalu mengirimnya ke penyimpanan di internet."

"Kamu ini anak orang kaya, ya?" gusar Chika.

"Aku tidak sekaya itu. Aku hanya orang dari golongan menengah sama sepertimu," keluh Dika sambil menghembuskan napas berat, "Kalau begitu, aku akan membuat makan malam dulu. Kamu tunggu saja disini, oke?"

Chika tersenyum dan meminta Dika untuk tidak memperdulikannya. Chika ingin sekali menuangkan isi kepalanya ke dalam skenario yang dia buat. Jadi, dia langsung fokus setelah ditinggal oleh Dika ke arah dapur.

Dika bergumam, "Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh gadis itu?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!