Criminal Love

Pertandingan terus berlanjut, sementara itu dibarisan ku ada beberapa anak perempuan yang heboh berteriak memanggil nama Nicky. Mereka penggemar Nicky. Sepertinya aku tak pernah melihat mereka. Apa mereka dari sekolah lain?

"Nicky!!! Aaaaaaaahhhh"

"Go Nicky go!!!"

"Gila, keren banget kak Nicky!"

"Kak Nicky belahan jiwa gue!"

"Dia tinggi banget, gue berasa botol yakult dibanding dia!"

"Lihat! Dia strike lagi! Aaaaaaa...."

"Wah berisik banget anak-anak ini, sumpah." Gerutu ku.

Kalau dilihat-lihat dari penampilannya kayaknya anak-anak ini bukan dari kalangan orang biasa.

"Hey! Kalian suka sama pemain baju biru yang jangkung itu ya?" Kata ku menyapa mereka sok akrab.

"Iya." Kata beberapa anak itu.

"Kalian sekolah dimana? Trus gimana kalian bisa kenal dia? Kebetulan aku satu l sekolah dan satu angkatan dengannya." Kata ku agik.

"Aku dari XY school. Beberapa minggu lalu sekolah kalian kan tanding lawan sekolah kami. Dan saat itulah kami jadi penggemar kak Nicky dari sekolah XX."

Benar kan, XY School terkenal sebagai sekolah SMA orang-orang elit.

"Ah begitu ya. Kalian ini kelas berapa?" Tanya ku lagi.

"Aku kelas 2 Ipa 2."

"Aku juga."

"Kalau aku kelas 1 Ips 2."

"Aku juga."

"Aku juga."

"Apa Kakak sekelas dengan Kak Nicky?"

"Enggak, aku nggak sepintar dia. Dia selalu masuk kelas favorit." Jawab ku.

"Kak Nicky itu orangnya gimana sih kak?"

"Dia brengsek nggak?"

"Apa? Enggak. Dia anak yang baik kok. Dia paling populer di sekolah, tapi dia juga nggak sombong. Sikapnya memang cuek tapi dia baik."

Priiittt..

Suara pluit berbunyi, tanda permainan dijeda untuk para pemain beristirahat sejenak.

"Eh lihat deh! Siapa itu cewek yang kasih minum ke kak Nicky?"

"Ah itu pacarnya ya?"

"Dia cantik. Pasti itu pacarnya."

Aku ikut memperhatikan gadis yang menghampiri Nicky sambil memberinya air minum. Ah itu Giska. Anak itu sudah menyolong start duluan.

"Cih. Nicky nggak punya pacar! Dia jomblo sejak lahir." Kata ku ketus.

"Hah? Serius kak?"

"Jadi dia jomblo. Waaah."

"Terus siapa cewek itu?"

"Ya fansnya. Sama kayak kalian." Jawab ku santai sambil menyilangkan tangan ku di dada.

"Beruntung banget dia bisa sedekat itu sama Kak Nicky."

"Gue mau jadi botol minumnya."

"Sumpah! Kak Nicky ganteng banget.

"Aaaa.. padahal dari jauh tapi kelihatan ganteng."

"Bahkan bayangannya aja ganteng."

Melihat mereka seperti itu seperti melihat diriku sendiri saat sedang melihat para idol k-pop favorit ku.

Permainan pun dilanjutkan kembali.

Ah, apa ku manfaatkan saja mereka ya? Sepertinya aku punya ide bagus.

"Hey, kalian sesuka itu ya sama Nicky?"

"Iya, Kak. Dia tipe ku banget." Kata salah satu anak yang paling terobsesi dengan Nicky.

"Kenapa nggak coba menyapanya?"

"Bagaimana? Aku bahkan nggak ada alasan untuk menyapanya."

"Iya. Bahkan jam pulang sekolah kami terlalu sore. Pernah kami ke SMA XX sudah bubar."

Padahal Nicky selalu pulang sore karena latihan.

"Begitu ya. Bagaimana kalau hari senin kita ajak dia mengobrol di cafe sepulang sekolah?"

"Wah. Mau banget kak."

"Iya kak mau kak."

"Impian ku saat ini adalah mengobrol dengan Kak Nicky dan menatap wajahnya secara langsung."

"Kakak bisa mengajaknya? Katanya dia populer. Bukankah akan susah diajak mengobrol?"

Iya benar. Memang dia tipe orang yang susah diajak mengobrol, karena pasti dia akan menghindar dan memilih untuk menyendiri. Dia memang populer, tapi orang-orang malas mengganggunya karena dia terlalu cuek. Ditambah tatapan matanya yang tajam dan dingin membuat siapapun ngeri untuk sekedar menyapanya.

Tapi itu tak berlaku jika aku yang mengganggunya. Tapi sekarang juga ada Giska. Gadis berkepala batu itu terus-terusan mengganggu Nicky walaupun sudah diabaikan beberapa kali. Mungkin karena Giska juga sudah mengetahui sifat asli Nicky yang hangat.

"Bisa. Tapi ada syaratnya."

"Apa Kak?"

"Ah apa nggak apa-apa kalau aku mengatakannya? Ini agak terkesan matrealistis. Tapi kalian tau kan Nicky adalah orang yang cuek dan dingin, jadi mungkin agak susah untuk membujuk dia agar mau diajak ngobrol. Tapi kalau kalian nggak keberatan, aku akan memohon padanya." Kata ku.

"Katakan kak! Apa kami harus membayar?"

"Iya kak, berapa? Kami nggak keberatan kok. Asal bisa mengobrol langsung dengan kak Nicky."

Yes! Berhasil.

"Emm.. kalian tau lipstik keluaran terbaru dari brand AA kan? Kalau kalian mau membelikannya untuk ku, aku akan memohon pada Nicky agar bisa meluangkan waktunya untuk kalian senin sore. Bagaimana?"

"DEAL!" Teriak seorang anak penuh antusias dan disusul oleh anak yang lain.

"Baiklah. Kalau begitu senin sore kalian harus membawanya ya untuk ku. Satu anak satu shade, harus berbeda satu sama lain. Tolong pilihan untuk ku warna yang bagus, okay?"

Aku menyebutkan lipstik merk AA yang akan terkenal pada masa ini. Kebetulan harganya juga masih ramah dikantong pelajar, ditambah lagi semua varian warnanya sangat cantik.

"OKAY!!!" Jawab mereka kompak.

"Tapi memangnya Kakak sedekat apa dengan Kak Nicky? Dan bagaimana kita bisa percaya sama Kakak?" Salah satu anak mulai mencurigai ku.

"Aku orang yang sangat dekat dengan Nicky." Kata ku penuh percaya diri.

"Benarkah?"

Aku mengangguk yakin.

"Lihat deh, Kak Nicky Lihat ke arah kita!"

"Aaaa... Dia ganteng banget."

"Eh dia melambaikan tangan! Astaga."

Nicky melihat ke arah ku dan melambaikan tangan. Aku pun melambaikan tangan padanya juga, diikuti oleh anak-anak disamping ku ini.

"Aaaaaa lihat dia melembaikan tangan ke arah gue!" Kata salah satu anak disebelah ku.

"Hey, dia melihat ku tau!" Kata ku ketus.

"Kakak juga kayaknya suka banget ya sama Kak Nicky? Jangan bilang Kakak saingan kita."

"Hah? Hey, kalau aku suka untuk apa aku mengajak kalian untuk mengobrol dengannya?"

"Ah iya juga ya."

Priiiiiiit....

Pluit panjang telah dibunyikan, tanda permainan selesai.

Skor antara sekolah ku dan sekolah lawan selisih tipis. Sekolah ku lah pemenangnya. Nicky dan timnya melakukan selebrasi, dapat ku lihat Nicky tersenyum lebar dan terlihat sangat bahagia atas kemenangannya. Hal yang sangat jarang ku lihat adalah melihatnya tersenyum seperti itu. Aku ikut tersenyum dan terharu melihatnya. Laki-laki itu melambaikan tangannya lagi pada ku, aku pun melambaikan tangan ku juga padanya.

Nicky masuk di antara kursi penonton, melewati dan mengabaikan Giska yang seperti akan meraihnya. Laki-laki itu berlari kecil menaiki anak tangga dan berjalan ke arah ku.

"Kita menang!" Ucapnya sambil tersenyum bahagia saat sampai dihadapan ku.

Aku bangkit dan tersenyum ceria menyambutnya. Kedua tangan kami bersatu dan kami saling melompat kegirangan. Setelah itu Ia kembali ke lapangan dan melakukan selebrasi lagi bersama teman-temannya sebelum akhirnya naik ke podium untuk menerima medali dan juga piala.

Tanpa sadar anak-anak didekat ku yang menyukai Nicky menatap kami tak percaya. Mereka bahkan tak mengucap sepatah katapun dihadapan Nicky. Ketika Nicky kembali ke lapangan, mereka terduduk lemas.

"Ah, energinya benar-benar kuat sampai sampai gue lemas." Kata salah seorang anak.

"Sumpah, dia benar-benar unreal. Ganteng banget."

Apa sih. Mereka seperti nggak pernah melihat cowok ganteng. Apa mereka nggak tau kalau ada yang namanya idol Kpop yang isinya kumpulan orang-orang ganteng?

Baru melihat Nicky sudah seperti itu, bagaimana melihat idol orang-orang Korea?

Tapi memang ku akui, kharisma Nicky itu tak main-main. Jangankan mereka, tak sedikit juga anak-anak dari sekolah kami yang menyukainya. Namun tak sampai seheboh itu, karena kami semua tahu jika Nicky merasa tak nyaman maka ia akan bersikap cuek dan dingin, dan itu adalah hal yang paling mengerikan dari seorang Nicky.