NovelToon NovelToon
As You Wish

As You Wish

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Fantasi Wanita
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Unik Muaaa

"Lo gak seistemewah itu."
"Kalau begitu jangan ikut campur urusan gue!."

^-^

Karelio Nathanael
Mantan terberengsek sekaligus mantan terindah bagi Desya.
Mereka sudah berstatus mantan, tetapi tetap saja cowok itu berkeliaran di sekitar Desya seakan Desya adalah pusat hidupnya.

Adesya Sakura Atmaja
Julukan Queen Bee juga sesuai dengan arti nama Adesya 'anak perempuan raja', Bukan hanya dari keluarga old money, Desya juga cantik dan mempunyai otak yang diatas rata-rata sehingga dia selalu dieluh-eluhkan.

Desya mempunyai saudara kembar yang supportif dan menjadi garda terdepan untuknya.

Elio merasa Desya, perempuan yang terlalu sempurna untuk Elio yang bukan siapa-siapa.
________
Dan cerita ini tentang Desya dan orang-orang yang memiliki peran penting dihidupnya. Bahkan sosok Elio yang hanya mantan, susah untuk dihilangkan dari ingatan karena susah untuk di enyahkan.

"As you wish, terserah kamu mau apa!."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percaya Diri

Setelah mengatakan kalimat tadi, kepala Elio kali ini menunduk dalam, menghea nafas beberapa kali mencoba meredakan sesak didalam dadanya. Menghilangkan emosi yang mulai menguasainya agar tidak meluap.

Raut wajah Savira berubah datar selama beberapa detik, hanya beberapa detik sebelum kembali menunjukkan raut wajah lugu dan tatapan sendunya. Tepatnya sebelum dia kembali membuka suara dan Elio mengangjat wajah menatapnya.

"Apa kamu berpisah karena ibu?."

Kepala Elio langsung menggeleng, menatap Savira dengan senyum getir. "Karena aku sadar diri aku siapa, bukan karena Ibu."

"Kamu adalah Karelio, apa yang ..."

Savira tidak melanjutkan kalimatnya kala mendengar suara kekehan Elio, suara yang terdengar lirih namun penuh dengan makna.

"Sudah malam Bu, ayo tidur."

Elio berdiri menatap Savira, menunggu wanita itu untuk berdiri dan masuk kedalam rumah terlebih dahulu.

Savira berdiri dari duduknya, menghadap Elio, menatap langsung kedalam mata gelap Elio. Tangannya terulur menyentuh pipi Elio, lalu tersenyum lebar membuat Elio tenang.

"Tunjukkan percaya dirimu, jangan malu dengan statusmu, karena apapun yang terjadi ... Dari detik ini, Ibu akan menjadi Ibu yang selalu beradi dibelakangmu. Ibu tahu ini terlambat dan Ibu seharusnya mengatakan apa yang terjadi delapan belas tahun lalu sebelum sepercaya ini mengatakan padamu."

Tangan Savira turun, menggenggam kedua tangan Elio erat. "Jika saatnya tiba dan kamu siap mendengar semua cerita, Ibu akan bercerita semuanya."

"Kenapa harus menungguku siap" Elio menarik tangannya perlahan dari genggaman tangan Savira, "kenapa selama tujuh bulan ini ibu tidak mengatakan apapun dan baru sekarang de ..."

"Karena Ibu tidak mau semua yang Ibu katakan nanti akan kamu anggap sebuah alasan untuk meninggalkanmu" Potong Savira.

Tatapan Savira tidak lagi lugu, tidak lagi memancarkan kesenduan, pancaran tatapan itu berubah seratus delapan puluh serajat dari yang selama ini Elio lihat.

"Ibu akan selalu menunggumu siap mendengar semuanya, mendengar siapa kita!" Savira menatap lekat pada Elio dan menunjuk-unjuk dada Elio. "Jadi jangan pernah berfikir kamu adalah orang rendahan karena kamu hanya seorang anak angkat dikeluarga Baskara, PAHAM!."

Savira mengatakan kata terakhir penuh dengan tekanan dan mata yang memancarkan kemarahan.

Elia terdiam, seara membeku, aura Savira seperti aura yang tidak lagi asing Elio rasakan.

"Kembali kejar dia, jangan mencoba mengalah pada Kevano dan menikahi anak rekan bisnis Baskara." Savira mengatakannya dengan menggebu-gebu. "Apa telingamu masih berfungsi?, kenapa hanya diam!!!."

Bugh ...

Savira memukul dada Elio cukup keras membuat Elio meringis.

Perlahan ringisan Elio berupa cengiran, perlahan Elio mengingat siapa yang pernah berbicara menggebu penuh kepercaya dirian dan keyakinan yang menyala disetiap kata yang terucap.

Ah .... Elio merindukan omelan Ade.

^-^

Sudah lima hari, Desya tidak melihat Elio berdiri didepan pagar SMA Antariksa. Biasanya pria hanya satu hari atau dua hari tidak menjemput Clara, kali ini sudah hampir seminggu Elio tidak menjemput Clara.

Apa dia beneran putus ama Clara?

Pertanyaan itu muncul dikepala Desya kala mengingat terakhir kali dia melihat Elio di lapangan indoor sekolah pria itu, lebih tepatnya saat Elio dan Clara terlihat seperti bertengkar.

"Hayo .... Nunggu Elio ya lo!."

Gigi tiba-tiba muncul disamping Desya dan mencolek-colek lengan Desya.

Satu temannya itu selalu saja merusak suasana hatinya, andai boleh menjahit mulut Gigi, ingin rasanya Desya menjahit mulut gadis itu.

"Ngapain gue nunggu dia?, emangnya dia jemput gue?."

"Cie ... Ngarep ya lo."

"Is ... Apaan sih lo, lama-lama gue puter kepala lo."

Mulut Gigi langsung manyun, "jahat banget sih Des, kenapa gak masuk club karate aja kalau lo suka kekerasan."

"Tauh ah, lo gak nyambung."

"Ih ... Jangan ditinggalin ...."

Gigi berlari kecil menyusul Desya yang berjalan terlebih dahulu.

Desya keparkiran karena mau mengambil baju basketnya yang selalu dia titip dibagasi mobil Ares dan sekalian ganti baju, kaca mobil Ares terlihat gelap dari luar jadi dia tidak perlu khawatir. Setelah berganti baju, hanya beberapa detik dia menoleh kearah pagar sekolah sebelum Gigi datang merecokinya.

Baru saja masuk kedalam gedung olahraga, tempat lapangan basket indoor, Desya merasa seluruh pasang mata sedang menatap kearahnya. Desya menoleh menatap mereka sejenak sebelum berakhir pada Clara yang menatapnya dengan wajah angkuh, menerbitkan senyum sinis yang sangat samar dibibir Desya. Kembali Desya melanjutkan langkah kakinya, Desya seakan tidak perduli dan terus saja mendekati pelatih basket putri yang sedang duduk dikursi pinggir lapangan.

Yunita dan beberapa anggota basket putri yang telah kelas tiga berdiri disamping Desya menghadap pada anggota basket putri yang lainnya.

"Ok semua" pelatih mulai menginterupsi untuk semua fokus padanya, "kali ini adalah latihan terakhir kalian para junior dengan senior kalian anak kelas tiga, dan sekaligus penyerahan Bad kapten kepada next kapten yang telah kita tentukan beberapa minggu lalu."

Tepukan tangan riuh dari seluruh anggota basket menggema.

Ada perasaan lega dan sedih yang dapat Desya rasakan, akhirnya dia sudah sampai pada ujung jalan mengembang tanggung jawab sebagai kapten tim basket putri. Desya melepas Bend kapten dilengan kanannya dan menyerahkannya pada kapten basket selanjutnya.

Senyum Inggit yang menerima Ben kapten dari Desya hanya bertahan dalam hitungan detik, karena setelahnya dia menatap sengit pada Desya, membuat Desya keheranan.

Ting ...

Ponsel pelatih berdenting, sang pelatin mengernyitkan kening sebelum menghela nafas lalu menatap anggota basket satu persatu.

"Ada rapat mendadak dengan kepala sekolah, kalian bisa latihan sendiri atau kita tunda latihan bersama terakhirnya besok atau besok lusa?."

"Tunda saja Pak" Inggit bersuara.

Pelatih setuju dan pergi keluar dari gedung olahraga, setelah menginterupsikan pada mereka semua untuk bermain setidaknya satu jam saja.

Tepat setelah pelatih benar-benar keluar dari gedung olahraga, akhirnya wajah para adik kelasnya yang sedak tadi mereka coba tutupi mulai terlihat.

"Kita langsung pulang kan Des?" Gigi yang sejak tadi berada di tribun penonton berlari kecil menghampirinya dan Yunita.

Desya tidak mengindahkan pertanyaan Gigi, dia dengan santainya memasukkan kedua tangannya kesaku celana basket yang dia kenakan, tersenyum lebar menatap satu persatu mantan anggotanya.

"Heh!, kalian kenapa natap Desya begitu?" Tangan Kanan Gigi menunjuk anggota basket dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya berkacak pinggang. "Karena temen gue udah gak jadi kapten kalian, kalian berani natap dia angkuh kayak gini!."

"Ck!, apaan sih lo?" Sergah Inggit, "orang luar gak usah ikut campur."

"Emangnya kita ngapain temen lo?, cuma natap doang gak nyakar, sewot amat lo."

"Ya kali kita nyakar muka dia, Clara aja yang pacarnya aja direbut biasa-biasa aja."

"Hah???."

Bukan Desya yang ternganga tak percaya dengan apa yang dikatakan mantan anggota basket Desya, tetapi Yunita, Gigi dan beberapa anak kelas tiga yang secara bersamaan terperangah sampai membuka mulut mereka.

"Wahahaaa ...."Desya malah tertawa ngakak, "lo segitu gak percaya dirinya?."

^-^

1
evi nurazizah
lanjut thor
amora: semangat kk💪🤗
amora: semangat kk🤗
total 3 replies
bebby vie
rencana berapa episode Thor
Unique: Masih belum tahu 🤗 karena sejauh ini masih 1 konflik yang kebuka uppsss ... 🤭

Terima Kasih sudah mampir 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!