Kesetiaan

Jonathan datang ke perusahaan. Jika pagi tadi dapat amukan singa betina. Maka kini dirinya siap menghadapi amukan singa jantan.

Benar perkiraan Jonathan, papa Alex menunggu di depan ruangannya dengan tangan melipat di dada.

"Masuk!" perintah tuan Alex tegas.

Jonathan duduk di sofa yang ada di depan meja kerja sang papa.

"Papa tak mengira jika anak papa sudah keblinger," papa memulai ocehannya.

"Vira Pangesti, itu kan namanya?" kata tuan Alex tajam membuat Jonathan balas menatap papanya.

"Nggak usah macam-macam Pah," kata Jonathan menimpali.

"Ingat! Papa bisa melakuin apa saja," ulas papa Alex mengingatkan.

"Asal jangan menyentuhnya," Jonathan menatap tajam tuan Alex.

"Makanya, lakukan apa yang mama kamu inginkan," tandas papa Alex.

"Perlu papa dan mama ketahui, sampai saat ini aku tak ada hubungan pribadi seperti yang kalian kira," kata Jonathan menjelaskan.

Jonathan meninggalkan ruangan CEO.

Jonathan memutar ponsel di ruang kerja. Memikirkan agar Vira aman dari gangguan papa Alex.

Papa nya mulai menyelidiki Vira. Padahal Vira belum ada hubungan apapun dengannya. Orang tuanya sudah salah paham.

Jonathan memeriksa ponsel kali aja Vira kasih kabar.

Sampai detik ini tak ada kabar apapun dari Vira.

"Issshhh kemana sih dia?" gumam Jonathan kuatir.

Jonathan ragu untuk menghubungi Vira, takutnya Vira sedang bersama suami untuk menyelesaikan masalahnya.

"Gini amat ya rasanya mencintai istri orang lain," keluh Jonathan seraya mengulum senyum. Merasa lucu dengan dirinya sendiri. Cinta tak memandang status. Batin Jonathan.

.

Vira mengajukan gugatan cerai. Semakin lama dipikir, hatinya semakin tak bisa memberikan toleransi atas kelakuan Teddy.

Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

"Orang ini lagi, huh," kesal hati Vira. Meski menggerutu, Vira tetap membuka pesan darinya.

"Makasih sudah melakukan apa yang perlu kamu lakukan," katanya dalam bahasa ketikan.

Vira mengernyitkan alis berpikir tentang maksud pesan yang barusan dibaca, "Apa maksud nih orang?" gumam Vira.

"Kenapa tak sedari dulu aja?" lanjutnya.

"Apalagi nih?" Vira semakin tak paham.

"Sebenarnya kamulah yang merusak hubungan kami, jadi harusnya aku yang sakit hati. Bukannya kamu yang sok merasa tersakiti," ucapnya lagi.

Vira mulai bisa memahami arah dan maksud semua pesan dari nomor tak dikenal ini.

"Apa nih orang adalah Daniel?" tanya Vira dalam hati.

"Aku yang lebih mengenal suami kamu," lanjutnya.

"Fix, dia pasti si Daniel," tebak Vira dengan yakin.

Saat asyik membaca chat, telpon dari Teddy masuk.

Vira memutuskan menerima panggilan itu.

"Halo," sapa Vira singkat.

"Siang ini kita ketemu. Dan aku harap kamu tak menolaknya," kata Teddy.

"Bicara saja dengan pengacaraku," jawab Vira. Untuk bertemu langsung Vira masih enggan.

"Plisss Vir," harap Teddy.

"Aku rasa nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Semua sudah jelas. Bahkan PACAR kamu sudah kasih tau aku semuanya," Vira sengaja menekan kata pacar agar Teddy tau apa yang Vira maksud.

"Si... Siapa?" tukas Teddy.

"Jangan pura-pura mas. Tolong sampaikan ucapan terima kasih aku kepadanya. Dia sudah kirimin aku bukti-bukti yang bisa aku ajukan ke pengadilan untuk mempercepat perpisahan kita. Habis itu mas bebas melakukan apa saja," kata Vira panjang lebar.

"Kamu ini bilang apa Vira? Aku tak mau cerai. Aku mencintai kamu. Kalau kita pisah, kasihan Cello dan Celly," tukas Teddy.

"Ini keputusan aku mas. Aku tak bisa lagi sama kamu," tegas Vira.

"Sampai kapan pun aku tak akan menceraikanmu, biar jelas siang ini kita ketemu," Teddy mengajak ulang untuk ketemuan.

"Aku sibuk," Vira tetap menolak.

"Kalau kamu tak mau, maka siap-siaplah untuk tak bertemu dengan anak-anak kamu," kata Teddy.

"Kamu mengancamku mas?" tanya balik Vira.

"Enggak. Toh sekarang Celly dan Cello lebih dekat dengan Opa dan Oma. Aku tak perlu kuatir," ucapan Teddy terdengar seperti ancaman bagi Vira.

Pagi ini memang Vira menitipkan si kembar ke Opa dan Oma nya seolah tak terjadi apa-apa.

"Jangan menyesal jika seandainya kamu tak bisa menemui mereka lagi," tandas Teddy.

"Oke, kita ketemuan nanti siang. Share lok!" kata Vira menyetujui karena kuatir akan anak-anaknya.

.

Vira duduk dengan gelisah menanti kedatangan Teddy.

"Sudah lama?" tanya Teddy setelah pantatnya bertemu dengan kursi.

Vira memutar ponsel di atas meja, tak menjawab pertanyaan Teddy.

"Siapapun yang menghubungi kamu, aku pastikan itu hanya fitnah. Dia pasti ingin menjatuhkan aku," jelas Teddy dengan yakin.

Vira malas menanggapi.

"Makin ke sini mas semakin banyak alesan. Bahkan mas udah kepergok dengan mata kepalaku sendiri," ucap Vira jengah. Teddy seperti bukan orang yang dikenal Vira selama ini.

"Kamu banyak berubah mas," lanjut Vira lirih.

"Nggak Vir, aku tetep pria yang cinta dan sayang sama kamu," bela Teddy.

"Kalau mas sayang dan cinta sama aku, tak mungkin mas melakukan itu semua," tukas Vira menanggapi.

"Emang apa yang aku lakukan? Aku tak pernah menyakiti kamu dan anak-anak," Teddy terus membela diri.

"Mas, apa kamu menikahiku hanya untuk menutupi kelakuan bejatmu? Apa hanya untuk status saja, membuktikan bahwa kamu seorang pria sejati?" Vira mengeluarkan semua uneg-uneg dalam hati.

Teddy menatap penuh welas kepada istrinya.

"Mas, selama ini aku selalu membiarkan mas dekat dengan Daniel. Aku kira kalian hanya sabahatan. Ternyata, mas jahat. Jahat banget," Vira menitikkan air mata. Periiiihhhhhh yang dirasa.

"Sayang, aku tak melakukan itu. Daniel saja yang menggoda ku," Teddy terus merasa tak bersalah.

"Jangan menyalahkan orang lain. Hubungan tak akan jadi jika salah satu pihak membatasi diri," ungkap Vira.

Teddy diam.

"Sudahlah mas, semakin kamu menjelaskan semakin membuatku tak percaya," Vira beranjak hendak pergi. Tapi ditahan oleh Teddy.

"Plisss Vira, berikan aku kesempatan memperbaiki," kata Teddy penuh harap.

"Aku sudah kasih kamu kesempatan mas, dan aku mempercayai mas. Tapi apa yang aku dapat. PENGKHIANATAN. Dan itu pun sama Daniel. Mas benar-benar membuat aku jijik," ucap Vira tegas.

"Apa guna kata kesetiaan yang selama ini aku pegang teguh, nonsen," Vira meluapkan semua yang terpendam.

"Maaf, aku tak bisa mas," ujar Vira mengakhiri.

Vira pergi dengan hati yang tak bisa terungkapkan. Air mata luruh tak bisa dikendalikan.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Like, komen n' subscribe ya guyyssss 😊

Jangan lupa ⭐⭐⭐⭐⭐ (bintang lima)