Satu persatu teror datang mengancam keselamatan Gio dan istri keduanya, Mona. Teror itu juga menyasar Alita, seorang anak yang tidak tahu apa-apa. Konon, pernikahan kedua Gio menjadi puncak kengerian yang terjadi di rumah mewah milik Miranda, istri pertama Gio.
“Apakah pernikahan kedua identik dengan keresahan?”
Ada keresahan yang tidak bisa disembuhkan lagi, terus membaji dalam jiwa Miranda dan menjadi dendam kesumat.
Mati kah mereka sebagai tumbal kemewahan keluarga Condro Wongso yang terus menerus merenggut bahagia? Miranda dan Arik kuncinya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skavivi selfish, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Kutukan Istri Pertama ¹³
Bibi Darmi menyibak tirai kamar tamu sebelum memasang seprai bersih dengan cekatan.
“Ada lagi yang bisa Bibi bantu, Pak?” Bibi Darmi menekan pengharum ruangan demi meningkatkan kinerjanya karena di antara rasa tidak sukanya, terselip rasa cemas menghadapi Gio sekarang. Tuan kurang ajar itu pasti telah mencium aroma ketidakberesan.
Gio menuntun Mona ke ranjang, wanita yang tidak mau sedikitpun membuat jarak dengan suaminya itu tampak lemas sekali. Tubuhnya dikendalikan obat meski pikirannya lihai bercakap-cakap sendiri.
Mona menatap lurus ke bawah, kembali ke rumah Miranda agaknya bukan keputusan yang diinginkan, tetapi jalan nasib dan paksaan manis dari Gio membawanya ke sana.
Mona menggigiti kuku, kecemasan atas nama setan mengalir deras di seluruh nadi-nadinya. Semua jadi terasa misterius. Setiap bunyi, pergerakan dan sentuhan amat mencekamnya.
Gio merangkul pinggangnya sambil memandang ke jendela yang menghadap ke halaman belakang. “Bibi tutup semua jendela. Semuanya!” ucapnya serius.
Bibi Darmi gegas menutup tirai jendela. “Semuanya Pak? Termasuk jendela besar di sebelah tangga?”
Pertanyaan itu terlalu berat rasanya untuk dijawab. Jendela di samping tangga nyaris setinggi tangga itu. Saat siang menjadi akses pencahayaan dari luar kalau malam memberi pemandangan yang menakjubkan. Teringat sudah Gio pada cerita Mona yang dia anggap angin lalu. Teror pertama di rumah itu.
“Lakukan apa pun selagi bisa menutup jendela itu!” ucap Gio serius. Matanya menyiratkan paksaan.
Bibi Darmi mengangguk patuh meski belum genap olehnya harus berbuat apa.
“Ditempeli koran atau di cat saja yow itu?” Bibi Darmi menghela napas. “Kalau Bu Miranda marah piye?”
Kebingungan mewarnai wajah Bibi Darmi, dan sekarang tanpa ada apa pun yang mencegahnya, dia pergi ke kamar. Mengambil hp yang disembunyikan di antara tumpukan daster-dasternya.
“Bu...”
Miranda beranjak dari tempat duduk setelah menerima telepon dari Bibi Darmi. Kabar yang dia tunggu-tunggu dengan sungguh-sungguh.
“Bagaimana, Bi? Aman? Mira... minta maaf kemarin Bibi juga kena!” ucapnya pelan.
Bibi Darmi menutup pintu kamarnya seraya duduk di tepi ranjang. “Bibi tidak apa-apa, Non. Cuma kaget, deg-degan. Sudah lama Bibi tidak lihat gituan, masih sama, serem.” ucapnya pelan, takut terdengar Gio yang sedang mencari-cari ide keluar dari kamar.
Miranda menyunggingkan sekilas senyum, Darmi Sukoco dipilih Condro Wongso untuk menemaninya karena dedikasi yang diberinya lolos dari seleksi para abdi kesayangan. Riwayatnya aman, tanpa gangguan.
“Pokoknya Mira jamin besok-besok Bibi gak kena lagi. Gimana rumah?” tanyanya sambil meninggalkan ruang makan yang dimeriahkan oleh Alita dan Condro Wongso. Beda generasi itu sedang menyantap kudapan sup iga.
Bibi Darmi membuka tirai jendela, “Gini, Non...” Terburai semua kejadian yang terjadi dirumahnya begitu juga ide sinting yang Gio inginkan.
Miranda tertawa gembira, agaknya semua itu adalah lelucon yang tidak biasa.
“Dan Bibi akan menurutinya? Mau apa? Ngecat jendela? Atau...” Dari sorot matanya, Miranda tampak mendapatkan percikan ide cemerlang.
“Aku akan mengaturnya, Bi. Nanti Bibi bilang aja semua sudah di atur. Ada tukang dari sini yang datang!”
Bibi Darmi mengangguk meski dari raut wajahnya kebingungan itu masih ada. “Apa tidak apa-apa Non... eh, Mona digituin Non? Salahnya Mas Gio lho ini...”
“Salah dua-duanya, Bibi.” sahut Miranda dengan lembut. “Bibi kenapa? Kasian sama Mona?”
Sambil tersenyum cengengesan, Bibi Darmi juga terheran-heran sendiri di dalam hatinya ada sekelumit rasa iba kepada Mona.
“Betul Non, salah dua-duanya ini. Tapi...”
Tangan kanan Miranda berkacak pinggang. “Tapi apa?”
“Nggak, Non.” Bibi Darmi menggeleng. “Bibi paling cuma gak tega aja lihatnya, naluri ibu, baru pertama kali ini lihat di depan mata!”
“Tapi Bibi kasian gak sama aku?” sahut Miranda.
“Ya pasti doang, Non. Seratus persen kasian, Bibi juga gak habis pikir Mas Gio kok tega gitu lho selingkuh, apa gak cukup semua yang sudah dia punya! Heran Bibi.” ucap Bibi Darmi dengan menggebu-gebu.
“Dan ini hukuman yang aku berikan, Bi.” Miranda menghela napas. Cukup dengan mengetahui kabar penting dan lucu itu dia sudah lega. “Sudah ya, aku mau ke kantor. Bibi jaga rumah baik-baik. Jangan lupa persiapkan baskom besar, aku bakal kirim jamuan makan buat mereka!”
Bibi Darmi nurut. Dia mengakhiri telepon panas dengan Miranda seraya keluar kamar. Kembali menghadap Gio yang kesusahan pamit barang ke kamar mandi saja.
“Bibi temenin Mona sebentar, aku sudah tidak tahan ini!” Gio berusaha menyingkirkan tangan Mona yang memeganginya.
“Sebentar saja sayang... Tolong.” Gio memelas.
Mona menggeleng-gelengkan kepala. “Aku ikut ke kamar mandi.”
Bibi Darmi cuma bisa menundukkan kepala sambil mendengarkan percekcokan mereka. “Saya sudah dapat tukang yang bisa nutup jendela tangga, Pak.” selanya.
Gio bilang, “Bagus!” dengan jengkel sambil melangkah ke kamar mandi bersama Mona.
Gio sempat mengomel di dalam kamar mandi. “Jangan lihat, tutup mata dan kupingmu, Mon. Ini jorok. Kamu benar-benar ya!”
Mona menurutinya, dan ditengah kesibukan di kamar mandi itu. Bibi Darmi meringis geli.
“Mendingan aku persiapkan baskom dan rebus air buat tukang nanti, dari pada ikut pusing.” Wanita paruh baya itu keluar kamar.
Di dapur dia mengambil baskom stainless, “Non Miranda mau ngirim makan apa sampai baskom segede gaban di pake!” Sambil berdecak heran, Bibi Darmi tak mengerti ide gila sedang Miranda persiapkan tanpa bantuan lelembut peliharaannya.
-
next
👍 great...
menegangkan, seru
say Miranda
duh punya berondong manise disanding terus, alibi jadi sekretaris pribadi nih...
next
jgn2 miranda jd tumbl bpknya sndri. krn thu miranda sdg skit hati.