NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 13

Baron membaca surat yang tertulis di selembar kertas yang dituliskan Neneknya untuknya. Sehari setelah pemakaman Nenek Han, Baron memilih mengurung diri di kamar Neneknya. Berharap bisa meredakan kesedihan akibat kehilangan. Ia menemukan surat itu dari laci meja nakas yang ada di samping tempat tidur sang Nenek.

Baron tersenyum miris sesaat setelah membaca surat yang ditulis Nenek Han untuknya. Bahkan setelah berada di alam yang berbeda, Neneknya masih memuji-muji Evelyn. Di sana tertulis harapan besar wanita itu agar dirinya mencoba pendekatan dengan Evelyn.

Baron menelisik wajah yang tengah terlelap dengan damai di atas ranjang besar yang ditata dengan gaya feminim. Matanya merah menahan gejolak tidak mengenakkan di area tenggorokannya. Baron mencari-cari dimana letak keistimewaan gadis itu hingga membuat semua orang menyukainya.

Pria itu memejamkan matanya sejenak saat kepalanya diserang rasa nyeri akibat terlalu banyak minum alkohol. Ya, saat ini ia sedang berada di kamar Evelyn. Entah kenapa setelah pulang dari bar, langkah kakinya membawanya masuk ke dalam kamar Evelyn. Gadis itu masih tertidur lelap dan tidak menyadari kehadirannya.

Keesokan paginya, Evelyn telah rapi dengan pakaian kuliahnya. Gadis itu menuruni anak tangga menuju ruang makan. Ternyata di sana ada Peter yang beberapa hari sebelumnya tidak di rumah.

"Selamat pagi Paman. Bagaimana kabarmu." sapa Evelyn sambil memeluk Peter sekilas.

"Pagi Evelyn. Paman baik dan sehat. Bagaimana, apakah kau betah tinggal di sini?" tanya Peter seraya meminum air putih sebelum menyantap sarapannya.

Evelyn mengangguk, "Tentu saja Paman. Aku senang tinggal di sini." jika tanpa kehadiran Baron, Evelyn memang betah tinggal di rumah ini.

Peter mengenakan pakaian santai yang membuat Evelyn bertanya-tanya. Setiap pagi, biasanya Peter sudah rapi dengan setelan jasnya. "Apakah Paman tidak ke kantor?"

"Tidak Nak, satu bulan ini Paman cukup lelah terbang ke berbagai negara. Hari ini Paman berencana bersantai di rumah." jawab Peter.

Kemunculan Baron tiba-tiba membuat mood Evelyn menjadi buruk. Baron duduk di hadapannya dan menyapa Peter. "Pagi Evelyn." sapaan itu membuat gadis itu tersedak.

Satu bulan ia tinggal di rumah ini, Baron hampir tidak pernah menyapa dirinya jika bukan karena hal penting. Tapi barusan, Baron menyapanya seolah mereka begitu dekat. Situasi menjadi canggung karena reaksi Evelyn membuat Peter heran.

"Pagi Kak Baron." balas Evelyn untuk mengurai keheranan Peter.

Baron dan Peter sarapan sambil membahas urusan perusahaan yang tidak Evelyn mengerti. Sehingga dia hanya menjadi pendengar tanpa ikut bergabung. Sampai sekarang gadis itu masih kesal pada Baron yang telah menghancurkan kotak musik peninggalan Mamanya. Ingin sekali rasanya ia memukul kepala pria itu sampai hancur seperti nasib kotak musik yang telah hancur berkeping-keping itu. Namun ia tidak akan berani, sebab hanya ditatap oleh Baron saja nyalinya sudah ciut.

Disela sarapan mereka, supir yang biasa mengantar Evelyn datang. "Nona, saya tidak bisa mengantar Anda pagi ini karena mesin mobil Nona sedang rusak. Sudah saya bawa ke bengkel dan akan membutuhkan waktu untuk perbaikan. lapor supir bernama Pak Rony pada Evelyn.

"Tidak apa-apa Pak Rony, aku akan naik taksi pagi ini. Kira-kira berapa lama waktu perbaikannya?" tanya Evelyn.

"Dua atau tiga hari Nona."

"Baiklah." setelah itu Pak Rony pergi.

"Kenapa repot-repot naik taksi Evelyn, kau bisa ikut bersamaku, bukankah perusahaan dan kampusmu searah?" Baron menanggapi dan bicara ramah kepadanya.

Lagi-lagi Evelyn dibuat terperangah dengan tawaran Baron. Bukannya senang dengan tawaran itu, ia malah merasakan hal buruk. Sejauh yang dia kenal, Baron bukanlah pria yang ramah dan senang memberi bantuan pada orang lain, apalagi padanya yang pernah memiliki perseteruan dengannya.

"Benar Evelyn. Lagi pula taksi juga jarang lewat dari sini dan membuatmu terlambat ke kampus. Lebih baik ikut bersama Baron saja." Peter menanggapi yang mana membuat Evelyn tidak punya alasan menolak.

"Baik Paman." ia beralih kepada Baron, "Terima kasih Kak Baron."

Setelah sarapan, Evelyn lebih dulu meninggalkan ruang makan. Sebelum Baron menyusul, Peter menahannya sejenak. "Papa senang kau mulai mengakrabkan diri dengan Evelyn. Itu adalah sebuah awal yang bagus." ucap Peter pada putranya.

Sebenarnya Peter menyadari hubungan yang dingin antara Evelyn dan putranya. Ia memaklumi hal itu karena sifat Baron yang tidak suka orang lain yang bukan saudaranya tinggal di rumahnya. Namun, itu semua karena Baron belum mengenal Evelyn, ia yakin seiring waktu Baron dan Evelyn akan akrab layaknya saudara.

Baron hanya memberikan senyum tipis kepada Peter sebelum berpamitan. Pria itu masuk ke mobil dimana Evelyn sudah duduk tepat di samping kemudi.

Baron mulai melajukan mobilnya setelah merasa Evelyn sudah memakai sabuk pengamannya. Tidak ada yang berani membuka suara. Baik Evelyn maupun Baron sibuk dengan pikirannya masing-masing. Apalagi Evelyn memalingkan pandangannya ke arah jendela mobil sehingga mempersulit Baron untuk memulai pembicaraan.

Baron pikir akan mudah untu memulai misinya mendekatkan diri dengan Evelyn. Baron tidak pernah dalam posisi ini dengan wanita lain sebenarnya. Dulu saat awal dekat dengan Laura, Laura lah yang begitu atraktif membuka pembicaraan.

Hubungannya dengan Evelyn tidak berawal dengan baik. Sejak baru pertama kali bertemu, keduanya selalu bersitegang.

"Aku akan turun di toko buku di dekat kampus." setelah perjalanan yang hening, Evelyn membuka pembicaraan.

"Kenapa?" tanya Baron.

"Aku harus membeli buku untuk mata kuliah hari ini." jawab Evelyn dengan perasaan takut. Tapi jika ia tidak bicara, ia akan terlambat masuk kelasnya jika ia harus memutar arah ke toko buku, meski masih berada di area kampus, toko itu masih cukup jauh dan membutuhkan waktu sepuluh menit jika ditempuh dengan jalan kaki.

"Bukankah toko itu cukup jauh dari kampus? Lebih baik aku menunggumu." ucap Baron.

"Tidak perlu." tolak Evelyn.

"Tapi aku tetap akan menunggumu." balas Baron tanpa mau dibantah.

Evelyn menatap Baron sekilas, tidak menyangka akan balasan pria itu. Gadis itu membuka sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil.

Baron menatap punggung Evelyn yang perlahan menghilang di balik pintu toko buku itu. Seraya menunggu Kevin menelponnya.

"Ada apa Vin?" ucap Baron setelah menyapa Kevin.

"Aku sedang menunggu Evelyn di depan toko buku."

Baron mengangguk dengan senyum ironi.

"Ya, aku mengantarnya ke kampus hari ini dan mungkin seterusnya akan seperti itu."

Pria itu tersenyum setelah mendengar reaksi Kevin di sambungan telepon. Baron melihat Evelyn yang sudah keluar dari toko membuatnya segera mengakhiri pembicaraannya dengan Kevin.

"Datanglah ke kantorku kalau ingin bicara. Aku akan segera sampai." ucapnya sebelum menutup sambungan telepon.

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!