Ardian Herlambang duda tampan yang tak memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah sang istri meninggal harus berurusan dengan gadis yang selama ini selalu dihindarinya.
Kinanti Maheswari, dokter cantik yang selama ini selalu menatap satu pria di dalam hidupnya. Rasa cintanya yang besar membuatnya tak bisa berpaling dari Ardi, walaupun berkali-kali lelaki itu mematahkan hatinya.
Hingga akhirnya sebuah kesalahpahaman membuat Ardi terang-terangan membenci Kinanti dan mengucapkan kata-kata yang sangat menyakiti hati gadis itu. Hingga akhirnya Kinan memutuskan untuk benar-benar pergi.
"Jangan pernah menghubungiku hanya karena merasa bersalah, semua yang kamu ucapkan benar. Aku bukan siapa-siapa, hanya parasit yang menumpang hidup di tengah-tengah keluarga kalian." ucap Kinan pada Ardi sebelum berlalu menuju calon suami yang sudah menunggunya.
Akankah Ardi menyadari perasaannya setelah kehilangan Kinanti? Bagaimana kehidupan Kinanti bersama lelaki yang tak pernah bisa dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ardi Aneh
"Mas Bian, udah nggak usah berlebihan kayak begini. Nggak enak aku dilihatin mereka terus." kata Kinan sambil melirik ke arah meja ujung sebelah kiri.
"Nggak ada yang merhatiin, kecuali om kamu yang udah kayak mau belanja orang." kata Bian yang belum mau melepaskan genggaman tangannya.
"Kata kamu dia nolak kamu terus, tapi kenapa mukanya malah kayak orang cemburu gitu. Aku yakin dia punya perasaan sama kamu." kata Bian yang tetap kekeh ingin mengerjai laki-laki yang tak peka itu.
"Ck, itu karena dia om aku. Papa menitipkan aku sama dia. Pastinya dia khawatir kalau aku jalan sama laki-laki yang tak dikenalnya." kata Kinan memberikan alasan logis.
Namun, Bian hanya tersenyum saja. Entah Ardi yang tak peka atau Kinan yang bodoh karena terlalu menunjukkan minatnya pada laki-laki dewasa itu.
"Makanya kamu harus percaya sama aku. Kita buktikan apa benar dugaanku. Kalau aku benar kamu harus menuruti permintaan aku kemarin." kata Bian.
Kinan menghela nafas panjang, dia sudah merasa lelah karena hari ini kegiatannya cukup padat. Pagi di rumah sakit kemudian menjemput Bian lanjut lagi praktek di klinik tempat Lena praktek dan akhirnya berakhir di sini bersama Bian.
Tapi dia juga penasaran dengan perasaan Ardi yang sesungguhnya. Benarkah yang dikatakan Bian, jika Ardi memiliki perasaan suka padanya.
"Tapi cuma datang sebentar aja, ya. Dan nggak pakai acara pura-pura pacaran kayak di sinetron-sinetron." kata Kinan akhirnya.
"Oke, kalau begitu kamu ikuti saja apa yang aku lakukan. Percaya padaku." kata Bian lalu mengecup pipi Kinan.
Kinan sangat kaget dengan apa yang Bian lakukan, selama ini Bian hanya sebatas menggenggam tangannya dan paling jauh dia hanya mengecup punggung tangannya saja mirip scene di film Bridgerton saja.
"Kamu..."
"Sst... kamu lihat ekspresi om kamu itu. Kayaknya malam ini kita nggak bisa lolos dari amukannya." kata Bian lalu tersenyum geli saat melihat ke arah sebelah kiri mereka.
Kinan menolehkan kepalanya dengan perasaan was-was.
Deg!!
Mata hitam Kinan terpaku menatap ekspresi kemarahan di wajah Ardi. Ekspresi itu pernah Kinan lihat saat di rumah sakit beberapa tahun yang lalu saat dia menabrak 'calon pacar' Ardi.
Lelaki itu tak berbicara apapun, tapi ekspresi wajah menakutkannya membuat Kinan merasa ketakutan dan tak bernyali untuk mendekatinya beberapa minggu.
"Sudah malam, kita pulang, yuk." ajak Bian sambil mengulurkan tangannya.
Kinan mengangguk dan segera menyambut tangan laki-laki itu.
Bian menatap ke arah Ardi lalu menganggukkan kepalanya sedikit sebagai tanda pamitan. Sedangkan Kinan, jangankan ingin pamitan, menatap Ardi saja dia tak berani.
Ardi melihat kedua orang yang dari tadi tak pernah luput dari pandangannya hendak beranjak meninggalkan cafe.
Dengan segera dia mengambil jaketnya dan juga tas miliknya.
"Aku duluan ya, nanti kalau ada informasi lain hubungi aku saja. Dan hari ini aku yang traktir." kata Ardi sebelum pergi meninggalkan teman-temannya.
Ardi segera menuju kasir dan membayar makanannya dan teman-temannya. Sebenarnya Ardi bukannya tak memiliki uang, penampilannya sekarang ini memang jauh dari kata mapan untuk bersanding dengan perempuan sekelas Kinan.
Dirinya memang sengaja melakukan itu, dia lelah karena para wanita mendekatinya hanya karena warisan yang dimilikinya.
Alhasil beberapa tahun setelah Andini meninggal, Ardi hanya menggunakan pakaian yang bisa dihitung dengan jari. Berkendara dengan motor matic keluaran tujuh tahun lalu yang dibelinya di toko jual beli motor bekas dan android jadul yang sudah beberapa kali diganti LCD nya.
Dan hanya Kinan, gadis yang tak malu naik ke motor bututnya. Dia juga tak pernah komplain soal penampilannya.
Hanya Kinan dan Ardi sangat membenci kenyataan itu. Terlebih setelah tau siapa Kinan yang sebenarnya.
"Kinan!!"
Ardi menghentikan Kinan yang hendak masuk ke mobil hitam dengan harga setengah milyar itu.
"Pulang sama aku, ada yang mau ku bicarakan sama kamu." ucap Ardi yang terdengar seperti perintah.
"Tapi..."
"Tadi pagi mama kamu telepon aku. Ada yang mau aku bicarakan berdua saja sama kamu." kata Ardi memotong ucapan Kinan.
Gadis itu menoleh ke arah Bian yang berdiri membelakangi Ardi. Terlihat jika Bian sedang menahan tawanya.
Terlihat bibir Bian yang mengucapkan sesuatu tanpa suara.
Apa kubilang.
"Ck, aku pulang sama mas Ardi ya, mas. Nggak apa-apa, kan?" tanya Kinan basa basi.
"It's oke. Kamu pulang sama om kamu jadi aku nggak khawatir. Kamu pasti pulang dengan selamat." kata Bian sengaja menekankan kata pulang dengan selamat sebagai peringatan dan Bian yakin Ardi mendengarnya.
Ardi terlihat mendengus kesal mendengar ucapan lelaki yang terlihat lebih muda beberapa tahun darinya itu.
"Kalau begitu hati-hati menyetirnya ya, mas." kata Kinan sebelum pergi.
"Hem, jangan lupa hari Sabtu aku jemput. Dandan yang cantik ya." kata Bian sambil tersenyum lalu mengerlingkan matanya pada Kinan.
"Sudah malam, ayo aku antar kamu pulang." kata Ardi menarik tangan Kinan meninggalkan Bian yang terkekeh melihat ekspresi kesal Ardi.
Kinan mengikuti Ardi tanpa protes karena dia cukup terkejut. Ardi tak pernah mau menyentuhnya semenjak dia mengatakan perasaannya.
Ardi bahkan melarang Kinan untuk berpegang padanya ketika naik motor dan mau tak mau dia hanya memegangi besi ujung jok motor agar tak jatuh jika terhempas polisi tidur atau jalan berlubang.
"Pakai ini." kata Ardi menyerahkan sebuah helm hitam.
"Jangan khawatir, itu masih baru. Kamu orang pertama yang memakainya." kata Ardi saat melihat Kinan mengendus bagian dalam helm itu.
Kinan memang tak pernah mau memakai helm orang lain. Dia merasa trauma saat dulu dia memakai helm tukang ojek yang memiliki aroma apek.
Aroma itu bahkan menempel di rambutnya dan menjadi bahan ejekan teman satu kelasnya.
"Ini, malam ini dingin. Aku nggak mau kamu sakit dan aku disalahkan mama mu." kata Ardi menyerahkan jaket yang tadi sempat dipakai laki-laki itu.
Kinan yang awalnya kaget pun akhirnya segera mengambil jaket hitam Ardi dan segera memakainya.
'Hangat dan wangi mas Ardi ' batin Kinan saat selesai memasang resleting jaket itu. Entah kenapa Kinan merasa jika dia sedang dipeluk Ardi.
"Sampai kapan kamu mau berdiri di situ. Ayo cepat naik." kata Ardi.
"Eh, i..iya." kata Kinan lalu segera naik ke atas motor Ardi.
"Mana tanganmu? Jangan salahkan aku kalau kamu jatuh karena nggak pegangan ke aku." kata Ardi
"Hah? Ini." kata Kinan dengan wajah bego lalu menunjukkan kedua tangannya pada Ardi yang menoleh ke belakang.
"Pegang aku. Aku nggak mau disalahkan mama papa mu kalau kamu jatuh saat ku bonceng." kata Ardi lalu menarik tangan Kinan dan diletakkannya di pinggangnya.
Kinan melongo tak percaya dengan apa yang dilakukan Ardi yang sangat aneh. Sepanjang perjalanan dia membaca semua hafalan doa dan surah yang pernah dia pelajari saat dia sekolah dulu. Karena berpikiran jika Ardi sedang kerasukan jin botol.
❤❤❤❤❤
gmna ini kak kelanjutannyaa...
kangen ini ..
❤❤❤❤❤❤❤
good job kinan..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤