Zhang Wei akhirnya memulai petualangannya di Benua Tengah, tanah asing yang penuh misteri dan kekuatan tak terduga. Tanpa sekutu dan tanpa petunjuk, ia harus bertahan di lingkungan yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Dengan tekad membara untuk membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan, Zhang Wei harus menghadapi musuh-musuh yang jauh lebih kuat, mengungkap rahasia yang tersembunyi di benua ini, dan melewati berbagai ujian hidup dan mati.
Di tempat di mana hukum rimba adalah segalanya, hanya mereka yang benar-benar kuat yang bisa bertahan. Akankah Zhang Wei mampu menaklukkan Benua Tengah dan mencapai puncak dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eksekusi Zhang Wei
Zhang Wei duduk di sebuah ruangan berdinding batu abu-abu yang dingin, kedua tangannya terikat dengan rantai logam hitam yang tampaknya lebih simbolis daripada fungsional. Para penjaga berdiri berjaga di sekitar ruangan, sementara di hadapannya seorang pria paruh baya dengan jubah penegak hukum kota mulai membacakan sederet tuduhan. Di sudut ruangan, Jiang He berdiri dengan tangan menyilang dan ekspresi keras membatu.
“Nama?” tanya sang penegak.
“Bai Chen,” jawab Zhang Wei tenang.
“Asal?”
“Barat daya. Seorang pengelana.”
“Status kultivator?”
“Martial Emperor, tidak terikat sekte atau aliran mana pun.”
Beberapa orang di ruangan itu saling pandang, sedikit terkejut. Seseorang di usia muda dengan kekuatan seperti itu jelas bukan orang biasa.
“Apakah kau sadar bahwa kau telah melukai kuda perang, menggulingkan kereta kehormatan, dan mengganggu ketertiban kota?”
Zhang Wei menatapnya lurus. “Saya sadar bahwa saya menggunakan kekuatan berlebih, tapi itu untuk menyelamatkan seorang anak kecil. Kereta itu melaju terlalu cepat, dan si anak tersandung di tengah jalan.”
“Kenapa tidak menahan diri?”
“Refleks. Dalam situasi seperti itu, saya hanya berpikir untuk menyelamatkan.”
Jiang He melangkah maju, suaranya dingin. “Alasan seperti itu hanya omong kosong. Kau melukai orang-orangku dan membuat kekacauan. Aku tidak bisa membiarkan orang seperti ini bebas berkeliaran. Hukum kota harus ditegakkan.”
Zhang Wei mengalihkan pandangan padanya, memperhatikan detail wajah dan pakaiannya. Dari aksen keluarga yang terpahat di pin dada dan sikap para penjaga terhadapnya, ia mulai menyusun potongan-potongan informasi. Nama belakang Jiang. Otoritas penuh di kota ini. Ekspresi para penjaga yang terlalu hormat.
Gadis ini... Apakah dia putri dari Jiang Taishang?
Zhang Wei bersandar sedikit ke belakang, masih tenang. Jika dugaannya benar, maka segalanya bisa berakhir lebih cepat. Tapi tentu saja, hanya jika gadis ini bersedia mendengar.
“Aku bisa memberi ganti rugi penuh, bahkan menyembuhkan kudamu dan memperbaiki keretamu secara pribadi,” kata Zhang Wei dengan nada datar. “Tapi jika kau tetap ingin menjadikanku contoh, maka setidaknya beri aku waktu untuk menghubungi seseorang….”
Mata Jiang He menyipit. “Berani sekali kau mengancamku. Kau pikir bisa menakutiku dengan orang itu? Disini keluarga Jiang adalah penguasanya!”
Zhang Wei hanya tersenyum kecil. Dia tidak bermaksud mengancam, hanya memberi petunjuk. Namun jelas, Jiang He tidak puas. Dengan suara tegas dia berkata, “Kita bawa dia ke aula kota. Biarkan rakyat melihat bagaimana hukum ditegakkan, tidak peduli siapa dia.”
Zhang Wei menghela napas pelan. Gadis ini ternyata lebih keras kepala daripada dugaannya.
***
Di atas sebuah bukit kecil di sisi barat kediamannya, Jiang Taishang duduk santai di kursi batu dengan punggung bersandar santai. Di hadapannya, danau buatan memantulkan cahaya matahari pagi, dihiasi riak lembut dan gerakan tenang ikan-ikan berwarna keemasan yang berenang damai di bawah teratai. Matanya yang tajam memancarkan ketenangan mendalam, menikmati sejenak waktu damainya sebelum kembali ke hiruk-pikuk urusan duniawi.
Namun ketenangan itu tak bertahan lama. Seorang pelayan tua berlari tergopoh-gopoh, napasnya terengah saat ia berlutut di depan tuannya.
“Lapor, Tuan Besar… telah terjadi kekacauan di kota. Kereta milik Nona Jiang He terjungkal… dan dia dikabarkan mengalami luka ringan.”
Suasana berubah. Seketika, tatapan mata Jiang Taishang menjadi tajam, auranya memancar tak kasat mata namun cukup membuat ikan-ikan di danau seketika menyelam menghilang dari permukaan. Suaranya dingin seperti baja.
“Siapa yang melakukannya?”
“Kami belum tahu pasti, Tuan Besar… Tapi pelakunya telah ditangkap dan akan dieksekusi di aula kota.”
Jiang Taishang berdiri tanpa berkata sepatah kata pun. Satu langkahnya seolah menggetarkan udara, dan dalam sekejap dia telah menghilang dari tempat itu, menuju pusat kota dengan kecepatan yang membuat angin berkibar di sepanjang jalan yang ia lewati.
Sementara itu, di aula kota, Zhang Wei berdiri di atas panggung eksekusi dengan kedua tangan masih terikat. Pedang besar milik algojo bersinar di bawah cahaya siang. Warga kota berkerumun, sebagian menggeleng prihatin namun tak berani berbicara. Mereka sudah melihat hal ini sebelumnya—bukan kali pertama Jiang He menjatuhkan vonis keras atas kejadian sepele.
Di sisi panggung, Jiang He berdiri angkuh, jubahnya berkibar angin saat ia memberi perintah dengan tangan terangkat.
“Eksekusi dia!,” serunya tanpa ragu.
Algojo mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Cahaya matahari memantul dari bilah tajam itu, berkilau memantulkan sinar ke wajah Zhang Wei yang tetap tenang meskipun pedang itu adalah pusaka tingkat 5 dan si algojo cuma Martial King, jadi itu tak mungkin bisa menggores kulitnya yang seorang Martial Sovereign bintang lima. Warga kota menahan napas. Pedang itu mulai turun perlahan…
Dan pada saat itulah… udara di sekitar aula kota mendadak menegang. Suatu tekanan tak kasat mata turun dari langit. Langkah kaki menggema keras menghentikan segalanya.
Jiang Taishang telah tiba.
Udara di sekitar aula kota bergetar. Tekanan yang turun dari langit membuat semua orang di sana terpaku, termasuk algojo yang pedangnya masih terangkat di udara, membeku di tempat. Dari balik kerumunan, sosok berjubah panjang keperakan berjalan perlahan, namun setiap langkahnya seolah memaksa dunia untuk memberi jalan.
Jiang Taishang muncul di hadapan semua orang, auranya begitu kuat hingga bahkan orang-orang yang paling berani pun menundukkan kepala tanpa sadar. Matanya tajam seperti elang, penuh amarah, namun tetap menyimpan ketenangan yang membuat bulu kuduk berdiri.
“Bajingan mana yang berani menyakiti putriku?! Biarkan aku sendiri yang menghukum bajingan yang telah berani menyakiti putriku,” katanya. Suaranya tidak keras, tapi mampu terdengar jelas oleh setiap telinga yang hadir di sana. Kata-katanya seperti guntur yang menyambar, membuat suasana kian menegang.
Jiang He berdiri tegak dengan rasa percaya diri yang semakin membuncah. Dia tersenyum tipis sambil menatap Zhang Wei seolah kemenangan sudah di tangannya.
Namun suasana mendadak berubah ketika suara tenang dan santai terdengar dari pria yang sedang terikat di panggung.
“Lama sekali… aku hampir tertidur karena menunggu.”
Semua kepala menoleh kaget. Jiang Taishang pun menatap pemuda itu dengan mata menyipit, penuh amarah.
Namun seketika matanya membelalak pelan, seolah baru menyadari sesuatu. Napasnya tertahan.
“…Bai Chen?” gumamnya lirih.
Tatapan kagetnya berganti dengan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan. Ia menatap pemuda di hadapannya seolah menatap tamu agung yang seharusnya diperlakukan dengan kehormatan.
Jiang He memandang ayahnya heran. “Ayah! Jangan hanya diam, cepat eksekusi dia!”
Suara bentakan menggema di aula.
“Diam dan pulanglah!” Jiang Taishang membentaknya dengan suara petir.
Semua orang membeku. Warga kota menatap satu sama lain, bingung.
Ada apa sebenarnya?
mc yg sovereign masih menabrak kereta, hrsnya gerakan mc lebih cepat dari kereta kuda
Season 1 masih ada sedikit kekurangan tak berarti, tapi semakin lama semakin bagus, baik alur ceritanya, karakter MC yg ga kegatelan ma cewe2 kek novel2 sebelah, semoga tetap bertahan untuk hal yang ini...
Thanks Thor... You did a great job ... And keep it up always
Vote dan secangkir kopi untuk menemani mu berkarya... Semangat selalu... Jangan hiatus yah ... Muehehehe 😁😁✌️✌️