Finn kembali untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Dengan bantuan ayah angkatnya, Finn meminta dijodohkan dengan putri dari pembunuh kedua orang tuanya, yaitu Selena.
Ditengah rencana perjodohan, seorang gadis bernama Giselle muncul dan mulai mengganggu hidup Finn.
"Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin terlahir menjadi keturunan keluarga Milano. Aku ingin melihat dunia luar, Finn... Merasakan hidup layaknya manusia pada umumnya," ~ Giselle.
"Aku akan membawamu keluar dan melihat dunia. Jika aku memintamu untuk menikah denganku, apa kamu mau?" ~ Finn.
Cinta yang mulai tumbuh diantara keduanya akankah mampu meluluhkan dendam yang sudah mendarah daging?
100% fiksi, bagi yang tidak suka boleh langsung skip tanpa meninggalkan rating atau komentar jelek. Selamat membaca dan salam dunia perhaluan, Terimakasih 🙏 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : TDCDD
Siang ini Selena mengunjungi perusahaan Edison Internasional milik keluarga Finn. Selena sengaja berdandan cantik karena ingin mengajak Finn makan siang.
"Kamu duduk saja dulu di sofa, aku masih ada sedikit pekerjaan yang harus aku urus,"
Selena menghela nafas panjang. Bukannya duduk di atas sofa, dia malah menghampiri Finn yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Selena memutar kursi yang diduduki oleh Finn, lalu dia mendudukkan dirinya di pangkuan lelaki itu.
"Lebih penting mana, pekerjaan kamu atau aku? Apa kamu tidak merindukan aku, sayang?" Selena melingkarkan kedua tangannya di leher Finn, nada suaranya terdengar sedikit manja.
Finn tersenyum tipis, "Dua-duanya sama-sama penting. Tapi sekarang aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu, jika tidak, maka aku tidak bisa ikut pergi denganmu,"
"Kamu bisa menyelesaikannya nanti setelah kita selesai makan siang, Finn."
"Justru ini harus selesai sebelum jam makan siang, karena ini adalah proyek penting." Finn mengangkat tubuh Selena, mendudukkannya di atas meja kerjanya.
Finn mengunci tubuh Selena dengan kedua tangannya. Jantung Selena berdegup lebih kencang dari sebelumnya saat merasakan hembusan nafas Finn diwajahnya.
"Aku dengar keluarga Milano memiliki tempat pemakaman pribadi, apa kamu tau dimana tempatnya?"
Selena terkekeh pelan, "Apa yang kamu bicarakan, Finn. Tentu saja aku tau, tempat itu hanya untuk pemakaman keluarga saja. Tapi..."
"Tapi apa?" Finn mengerut keningnya, wajahnya masih sejajar dengan wajah Selena.
"Aku pernah dengar jika Papaku juga pernah memakamkan salah satu orang kepercayaannya yang meninggal bersama dengan istrinya karena suatu musibah. Untuk mengenang jasa dan kebaikannya, Papaku akhirnya memakamkannya juga disana," terang Selena.
"Pemakaman itu dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi, jaraknya kira-kira satu kilometer dari rumahku. Dan sekitar tempat itu dijaga ketat oleh anak buah Papaku, hanya anggota keluarga Milano saja yang boleh masuk ke dalam sana, orang luar tidak akan bisa masuk dengan mudah. Kenapa Finn, kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang pemakaman itu?" tanya Selena.
"Aku adalah tunanganmu, apa salah jika aku bertanya dan ingin mengetahui lebih jauh tentang kamu dan keluargamu?" Finn memberikan alasan yang masuk akal, Selena langsung mempercayainya dengan mudah.
"Tidak salah, Finn. Justru aku sangat senang, itu artinya kamu serius menjalin hubungan denganku."
Mata Selena mulai berkelana, menyusuri setiap jengkal wajah Finn, dari mata, hidung dan berhenti di bibir pria itu. Selena mendekatkan wajahnya, namun jari telunjuk Finn lebih dulu menempel di bibirnya.
"Aku akan menyelesaikan pekerjaanku dalam lima belas menit, turun dan duduklah manis diatas sofa," Finn menjauhkan tubuhnya dari Selena, memberikan ruang bagi gadis itu untuk turun sendiri.
Dengan wajah sedikit kesal, Selena akhirnya turun dari atas meja dan duduk di atas sofa. Meskipun Finn adalah tunangannya, tapi kenapa rasanya sulit sekali baginya untuk menjangkau hati pria itu. Jangankan untuk berciuman bibir, berpegangan tangan saja mereka tidak pernah.
"Kamu milikku, tapi aku merasa jika hatimu ada ditempat lain, Finn."
💛
💛
💛
Setelah memikirkan baik-baik, akhirnya Tuan Hendra memutuskan untuk menerima tawaran Tuan Andreas, yaitu menjodohkan putranya dengan Giselle Milano.
"Jadi kamu menerima tawaranku?"
"Aku pikir tidak ada salahnya jika dicoba, siapa tau putraku cocok dengan putrimu itu," jawab Tuan Hendra.
Tuan Andreas tertawa terbahak-bahak, "Aku bisa menjamin jika putramu pasti tidak akan menolak perjodohan ini, karena putramu sudah bertemu dengan putriku, Giselle, saat di acara pertunangan Selena kemarin malam."
Tuan Hendra mengerutkan keningnya, "Maksudmu, kamu sudah membuka identitas Giselle yang sebenarnya, begitu?"
"Tentu saja tidak, anak itu kembali membuat masalah dengan kabur. Dia suka sekali menguji kesabaranku ini," Tuan Andreas meniup puntung rokoknya, menghembuskan asapnya ke udara.
"Dia adalah anak biologismu, tapi kenapa kamu menghukumnya seberat itu. Harusnya dia tidak menanggung akibat dari kesalahan yang dilakukan oleh mendiang ibunya, anak itu tidak bersalah," meskipun terlibat, Tuan Hendra merasa tidak tega saja jika mengingat Giselle harus kehilangan masa mudanya karena harus diasingkan sejak bayi.
"Aku tidak mau menanggung malu seumur hidupku. Setiap orang pasti akan bertanya, siapa dia? Siapa dia? Kamu tau sendiri jika Sonia tidak menyukainya, mana mau dia menganggap Giselle seperti putri kandungnya sendiri. Lebih baik aku menyembunyikannya untuk menghindari pertanyaan orang-orang diluar sana,"
Sampai saat ini Tuan Andreas masih mengingat dengan jelas kejadian malam itu. Malam dimana dia membunuh Bram dan istrinya, dimalam itu juga dia harus memergoki Giana tidur dengan laki-laki lain di sebuah rumah. Merasa kecewa, Tuan Andreas menembak mati istrinya itu meskipun dia sangat mencintainya. Sementara laki-laki selingkuhan istrinya dia biarkan hidup, namun dia mengurungnya diruang bawah tanah di markas miliknya.
Tuan Andreas mengepalkan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih memegangi puntung rokok. Rahangnya mulai mengeras, sorot matanya menatap tajam,
"Pengkhianat itu akan menderita seumur hidupnya, aku tidak akan membiarkannya mati dengan begitu mudah. Dia sudah berani menyentuh milikku, maka dia harus menerima siksaan dariku! Itu baru hukuman yang setimpal!!"
💛
💛
💛
Setelah mendapatkan lampu hijau dari sahabatnya, malam ini juga Tuan Andreas mendatangi rumah pengasingan. Dia sudah tidak sabar untuk memberitahu kabar gembira ini pada Giselle. Kali ini Giselle pasti tidak akan menolak permintaannya, karena dia tau putrinya itu ingin sekali bebas untuk melihat dunia luar.
"Papa akan mengabulkan keinginan kamu untuk bebas dari sini dan melihat dunia luar. Kamu akan Papa jodohkan dengan anak teman Papa,"
Giselle terkejut mendengarnya, dia segera berdiri dari duduknya. Genangan air mata mulai memenuhi kedua bola matanya, dia benar-benar tidak habis pikir dengan cara berfikir laki-laki yang tengah duduk di hadapannya itu.
"Itu artinya Papa tidak benar-benar ingin membebaskan aku, Papa ingin mengatur hidupku! Bertahun-tahun aku hidup terkurung, sekarang Papa ingin menjodohkan aku dengan orang yang bahkan aku tidak kenal sama sekali!" dadanya naik turun, kedua tangan Giselle mengepal kuat.
"Kamu mengenalnya, Sayang. Pria yang membantu kamu saat di pesta waktu itu, dia yang akan Papa jodohkan denganmu. Papa yakin, kamu pasti akan menyukainya. Giselle... Kali ini tolong jangan membuat Papa marah lagi, jadilah anak yang penurut, atau kamu lebih memilih hidup terkurung selamanya disini?" Tuan Andreas berbicara dengan sangat lembut, wajahnya masih terlihat tenang.
"Lebih baik Papa membunuhku saja, daripada terus menerus menyiksa batin dan fisikku seperti ini!!!" Air matanya lolos tanpa permisi, namun Giselle tetap berusaha tegar dan tidak ingin terlihat lemah dihadapan sang Papa.
Tuan Andreas segera bangun dan menghampiri putrinya.
Plakkkk...
Tamparan keras itu kembali mendarat di wajah Giselle, entah sudah yang ke berapa kalinya. Tuan Andreas memang paling tidak suka dibantah, tapi Giselle sangat sulit untuk diatur, tidak seperti Selena yang begitu penurut, hingga Tuan Andreas sangat menyayangi dan memanjakan Selena. Memberinya fasilitas yang cukup dan menjadikannya putri kesayangannya.
"Sudah berbaik hati Papa mau membebaskan kamu dari tempat ini, tapi kamu masih saja melawan!! Papa tidak mau tau, suka tidak suka, kamu akan tetap Papa jodohkan dengan Glenn, anak sahabat Papa!!"
Suara langkah-langkah kaki pergi meninggalkan ruangan itu, Giselle menjatuhkan tubuhnya terduduk lemas di atas lantai, tangisnya langsung pecah saat itu juga. Mengapa rasanya sulit sekali untuk bernafas lega meskipun hanya sedetik saja.
...✨✨✨...