NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTEMUAN PARA GADIS DI AULA

Pagi itu, salah satu petugas Key School terlihat sedang menunggu seseorang di pintu gerbang. Saat melihat kelima gadis datang, dia pergi menghampiri Shapire.

"Selamat pagi, Pak!" sapa mereka.

"Selamat pagi. Apa bisa aku bicara denganmu sebentar?" ucap petugas itu pada Shapire.

"Kalian pergilah dulu ke kelas, nanti aku akan menyusul," ucap Shapire pada keempat temannya.

Mereka bicara di halaman samping sekolah.

"Ada apa Pak?" tanya Shapire.

"Terima kasih sudah menyembuhkan luka di tanganku kemarin," ucap petugas.

"Aku tidak mengerti dengan perkataanmu barusan. Luka apa yang kau bicarakan?" Shapire pura-pura tidak tahu karena tidak ingin kemampuannya diketahui orang lain.

Dari jauh pembicaraan mereka dilihat oleh Jeff. Di sisi yang lain, ada Arvind yang juga memperhatikan mereka.

Petugas itu menceritakan kejadian siang kemarin di UKS. Dia ingat betul jika Shapire datang dan menyembuhkan lukanya. Setelah itu dia tidak ingat apapun.

"Maaf Pak, kemarin siang aku memang menemui mu di UKS untuk menanyakan sesuatu. Tapi tidak sempat karena temanku meneleponku. Setelah itu aku pergi." ucap Shapire.

"Benarkah?" tanya petugas itu masih tidak percaya.

Shapire segera pergi ke kelas. Melihat petugas itu yang duduk sendiri, Jeff langsung menghampirinya.

"Selamat pagi, putra pertama Haven!" ucap petugas sekaligus memberinya penghormatan.

"Selamat pagi," jawab Jeff.

"Ada keperluan apa kau menemui salah satu murid baru itu?"

Petugas memberitahu Jeff apa yang terjadi kemarin siang. Mendengar hal itu, Jeff sudah yakin dari awal jika kelima gadis itu memang memiliki kemampuan yang tersembunyi. Petugas itu menunjukkan tangannya yang sudah sembuh pada Jeff.

"Bagaimana bisa tanganmu terluka?" tanya Jeff.

"Teman gadis itu yang melukainya," jawab petugas.

"Teman yang mana?"

"Aku tidak tahu namanya, tapi perempuan itu memiliki rambut panjang berwarna pirang dan bergelombang."

Jeff mengingat kelima gadis itu. Di antara mereka hanya ada satu yang berambut panjang pirang dan bergelombang. Dia tidak lain adalah Ruby.

"Bagaimana caranya dia melukai tanganmu?"

"Gadis itu memegang tanganku kuat, setelah itu aku merasa kesakitan dan saat dilihat ternyata tanganku sudah terluka seperti luka bakar," jawab petugas.

"Aku harus mencari tahu siapa sebenarnya kelima gadis itu," batin Jeff.

****

Dengan seragam bebasnya, kelima gadis sedang menunggu di kelas. Dari banyak murid di kelas magic itu kelihatannya hanya mereka yang diminta Jeff untuk datang ke sekolah. Tidak lama Shapire tiba.

"Untuk apa petugas itu menemuimu?" tanya Ruby.

"Bukan hal yang penting," jawab Shapire.

Tidak lama Daren datang ke kelas. Dia meminta kelima gadis untuk berkumpul di aula. Tiba di sana sudah ada beberapa murid juga yang sudah hadir.

"Aku pikir hanya kita yang datang, tapi masih ada yang lain," ucap Emerald.

"Kau benar, tapi kita belum tahu apa yang akan mereka lakukan pada kita," timbal Ruby.

Jeff dan keempat pengurus yang lainnya tiba di aula. Dia meminta Demian untuk mengabsen nama-nama murid yang hadir pagi ini. Semua berjumlah 20 orang.

"Semua sudah hadir, Kak." ucap Damian.

"Baiklah, kau bisa kembali duduk."

Dua puluh orang itu adalah siswa pilihan yang akan mempelajari magic lebih dalam lagi. Di antara mereka ada juga yang kemampuannya sudah sangat jauh. Jeff meminta murid yang bernama Claudia untuk menunjukkan kemampuan hebatnya di depan semua orang. Dari data yang Jeff dapatkan, murid ini memiliki kemampuan untuk membaca pikiran seseorang. Jeff meminta Claudia untuk membaca pikiran Kyanite.

"Kenapa harus membaca pikiranku?" ucap Kyanite protes. "Baca saja pikiran orang lain."

"Kenapa? Apa kau takut jika Claudia akan tahu apa isi pikiranmu itu?" timbal Damian.

"Bukan itu masalahnya, tapi..."

"Cepatlah maju! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun," ucap Jeff tegas.

Claudia mulai menggunakan kemampuannya untuk membaca pikiran Kyanite.

"Apa isi dalam pikirannya?" tanya Damian.

"Aku tidak bisa membacanya," jawab Claudia.

"Bagaimana mungkin? Bukankah kakakku tadi mengatakan jika kau sudah berada di kemampuan itu? Lalu, kenapa sekarang tidak bisa?" tanya Damian heran.

Jeff meminta murid lain untuk maju. Saat Claudia berusaha untuk membaca pikiran murid itu, dia berhasil. Saat mencoba untuk kedua kalinya membaca pikiran Kyanite, Claudia tetap saja gagal. Jeff merasa ada sesuatu yang aneh. Itu tidak menutup kemungkinan jika Kyanite memiliki kemampuan yang sama dengan Claudia. Orang yang memiliki kemampuan sama tidak mampu membaca pikiran satu sama lain. Shapire melihat raut wajah Jeff yang menyimpan kecurigaan.

"Apa mungkin Kyanite menggunakan kemampuannya itu untuk menghalau Claudia?" batin Shapire.

"Sudah aku bilang bukan, kau tidak akan bisa membaca pikiranku," ucap Kyanite pada Claudia.

Shapire memikirkan cara untuk mengingatkan Kyanite supaya tidak menggunakan kekuatannya itu. Jika tidak Jeff akan curiga dengannya. Shapire mencoba menghubungi ponsel Kyanite. Dan tidak lama ponsel itu berdering keras.

"Ponsel siapa itu?" tanya Jeff.

Suaranya berasal dari tempat duduk Kyanite.

"Sepertinya itu ponsel milikku," ucap Kyanite.

"Cepat matikan!" ucap Jeff tegas.

Saat Kyanite mematikan ponselnya, ternyata yang menghubunginya adalah Shapire. Dia melihat pesan yang di kirim Shapire. "Jangan gunakan kekuatanmu untuk mencegah Claudia membaca pikiranmu. Jika tidak, maka Jeff akan curiga padamu."

Kyanite menatap ke arah Jeff.

"Kenapa kau menatap kakakku?" tanya Damian.

"Kenapa masih ada ponsel murid yang berbunyi saat pertemuan berlangsung?" tanya Jeff.

"Maafkan aku, Kak. Ini semua karena kelalaianku. Aku lupa memberitahu mereka supaya mematikan ponselnya selama pertemuan," ucap Damian.

"Lain kali aku tidak ingin ada kesalahan seperti ini lagi," ucap Jeff.

"Baik."

Jeff sekarang sudah tahu jika Kyanite memiliki kemampuan yang sama dengan Claudia. Dia meminta mereka untuk kembali duduk. Kyanite mencoba untuk memancing Claudia supaya mau membaca pikirannya lagi.

"Apa kemampuanmu itu setengah-setengah?" ucap Kyanite pada Claudia.

"Apa kau mencoba menyepelekan ku?"

"Tidak, aku hanya merasa aneh saja. Kau bisa membaca pikiran yang lain, tapi tidak dengan pikiranku. Itu berarti kemampuanmu itu masih sangat rendah."

Claudia meminta kesempatan pada Jeff untuk membaca kembali pikirin Kyanite. Dia yakin jika yang ketiga kalinya ini akan berhasil. Sepertinya tadi dia kurang berkonsentrasi.

"Aku tidak ingin ada percobaan untuk ketiga kalinya," ucap Jeff. "Kemampuan yang kau tunjukkan tadi sudah cukup bagiku."

"Tolong beri dia kesempatan kak," ucap Damian. "Mungkin saja kali ini dia berhasil."

"Baiklah," ucap Jeff mengizinkan.

Seperti yang dikatakan Shapire, Kyanite tidak lagi menggunakan kemampuannya untuk mencegah Claudia membaca pikirannya. Dia terlihat sangat senang karena berhasil membaca pikiran Kyanite.

"Akhirnya aku berhasil membaca pikirannya," ucap Claudia.

"Apa yang ada dalam pikirannya sekarang ini?" tanya Damian.

"Saat masuk Kyanite sudah memperhatikanmu Mr. Damian. Pikirannya sekarang dipenuhi olehmu," ucap Claudia. "Sepertinya dia tertarik padamu."

Semua yang berada di aula tidak percaya saat mengetahui apa isi pikiran Kyanite. Wajah Kyanite memerah. Dia terlihat sangat malu. Damian sendiri tidak bisa mengatakan apapun. Dia sulit percaya jika ada perempuan seperti Kyanite yang berani memikirkannya. Jeff sendiri merasa heran kenapa percobaan ketiga ini berhasil. Padahal percobaan pertama dan kedua sudah membuatnya yakin jika Kyanite memiliki kemampuan yang sama tapi ternyata dugaannya itu salah.

"Memalukan sekali," ucap Ruby menegur Kyanite. "Bagaimana bisa kau memikirkan Damian?"

"Aku sudah mencoba untuk mengontrol pikiranku, tapi ya itulah tadi."

"Huh..."

Pertemuan pertama selesai. Kini waktunya semua murid untuk makan siang. Mereka tidak diperbolehkan keluar dari aula itu. Jeff sudah meminta petugas untuk membawa makan siang mereka ke aula.

"Aku merasa sesak di ruangan ini," ucap Ruby.

"Aku juga," timbal Berlian. "Kenapa Bunda Lin harus memilihkan sekolah ini untuk kita? Rasanya aku ingin keluar dari tempat ini."

"Kita seperti burung dalam sangkar," sambung Emerald. "Mereka tidak membiarkan kita pergi kemanapun."

"Aku bingung sebenarnya sekolah apa ini?" ucap Kyanite.

Tidak lama petugas datang dan membagikan makan siang mereka. Saat dibuka, ternyata isi piring itu terdiri dari macam-macam dedaunan yang sudah direbus.

"Makanan apa ini? Apa kita kambing yang diberi makanan dedaunan seperti ini?" ucap Kyanite.

"Ada apa? Kenapa kalian tidak memakan sesuatu yang ada dalam piring itu?" tanya Damian.

"Kau berikan saja dedaunan ini pada kambing di luar sana. Sepertinya mereka lebih membutuhkan dari pada kita," ucap Kyanite yang berani menjawab perkataan Damian.

"Ada apa ini?" tanya Jeff yang baru kembali dari luar.

"Dia tidak ingin memakan makanannya, kak." jawab Damian.

"Kenapa?" tanya Jeff.

"Selera makanku sudah hilang. Kau bisa mengambilnya jika mau," jawab Ruby sambil menyingkirkan piring yang ada di depannya.

Jeff ingin sekali menggunakan kemampuannya untuk memberi pelajaran gadis itu, tapi dia masih mencoba untuk sabar dengan penolakan-penolakan yang ditunjukkan mereka. Jeff tidak sekejam itu apalagi terhadap seorang gadis.

Mereka masih saja berdebat karena makanan itu, sementara Shapire dia sudah menghabiskan makanan yang ada dalam piringnya. Dia tidak banyak bicara dan mengikuti saja apa yang pengurus itu katakan.

"Gadis yang duduk di pojok kanan sana itu sedikit berbeda. Sejak tadi dia diam dan menghabiskan makanannya," ucap Daren pada kakak pertamanya.

Shapire berdiri dari tempat duduknya untuk menaruh piring bekas makannya.

"Kau akan pergi kemana?" tanya Jeff.

"Aku akan menaruh piring bekas makanku," jawab Shapire.

"Taruh saja di sana! Nanti akan ada petugas datang untuk mengambilnya kembali," ucap Jeff.

Shapire melihat teman-temannya yang juga belum memakan makanannya. Mereka menolak makanan itu karena mungkin rasanya yang tidak enak di mulut mereka. Shapire berdiri di depan dan meminta semua orang untuk mendengarkannya.

"Apa yang akan dia lakukan?" ucap Damian.

"Biarkan saja!" timbal Jeff. Dia akan melihat apa yang akan Shapire lakukan di depan.

"Tolong dengarkan aku sebentar!"

Shapire meminta semua murid di aula itu untuk memakan makanannya. Karena sebenarnya dedaunan itu adalah bahan untuk membuat obat-obatan herbal. Dedaunan itu sangat langka untuk bisa di dapatkan. Jika pun kita mengkonsumsinya maka itu akan membuat tubuh menjadi segar dan bakteri-bakteri yang ada dalam tubuh akan mati dengan sendirinya. Ya, walaupun rasanya tidak enak tapi sangat baik untuk kesehatan tubuh. Mendengar perkataan Shapire, mereka mulai mencoba dedaunan itu.

"Rasanya sangat tidak enak," ucap Berlian.

"Namanya obat tidak ada yang enak," timbal Shapire. "Makan dan kunyahlah! Nanti juga rasa tidak enaknya akan hilang dengan cepat."

Damian memberikan tepuk tangan untuk mengapresiasi Shapire atas pengetahuannya itu. "Waw... kau sepertinya sangat tahu tentang semua dedaunan itu. Aku akui kepintaranmu murid baru. Tapi sebelumnya aku ingin bertanya, apa sebelumnya kau ini seorang peracik obat-obatan herbal?"

"Aku disini untuk belajar, bukan untuk menjawab semua pertanyaan yang kau ajukan padaku Mr. Damian. Lagi pula itu kehidupan pribadiku. Kau tidak berhak untuk mengetahuinya," ucap Shapire.

Arvind melihat sisi lain dari Shapire yang tegas dan berani. Kelihatannya dia sangat lugu di antara keempat temannya karena tidak banyak bicara. Tapi di saat yang berlainan dia juga bisa memunculkan karakter lain dalam dirinya.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!