Dunrice, seorang pemuda berusia 20 tahun, dicap sebagai sampah masyarakat. Diusir dari keluarga, hidup di jalanan, dan dicemooh oleh semua orang. Kehidupannya bagaikan neraka, tanpa harapan dan masa depan.
Suatu malam, saat Dunrice terbaring di lorong gelap, seberkas cahaya misterius menyelimuti tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa mencengkeramnya, dan ketika cahaya menghilang, Dunrice terbangun di kamar tidurnya yang kumuh.
Di kepalanya, terdapat sebuah suara yang menyapa dengan ramah. Suara itu memperkenalkan diri sebagai A.I.S.T.E.N.A., sebuah sistem kecerdasan buatan yang tertanam di dalam otaknya.
A.I.S.T.E.N.A. menjelaskan bahwa Dunrice telah terlahir kembali ke masa lalu, 10 tahun sebelum masa suramnya.
Dunrice, yang dipenuhi tekad untuk mengubah masa depannya, mulai memanfaatkan kemampuannya dengan bantuan A.I.S.T.E.N.A. Ia berlatih keras, membangun kekayaan, dan mendirikan sebuah perusahaan raksasa. Keberhasilannya mengantarkannya ke puncak dunia bisnis, membungkam semua orang yang pernah meremehkannya.
Di tengah kesuksesannya, Dunrice juga bertemu dengan berbagai wanita cantik dan menarik. Terjalinlah kisah cinta yang rumit dan penuh intrik.
Namun, di balik gelimang kemewahan dan cinta, Dunrice masih dihantui masa lalunya. Ia harus menghadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkannya, dan mengungkap rahasia di balik sistem A.I.S.T.E.N.A. yang tertanam di kepalanya.
Bisakah Dunrice mengubah takdirnya? Bisakah dia mencapai puncak dunia bisnis, cinta, dan kekuasaan?
Ikuti kisah Dunrice, sampah masyarakat yang terlahir kembali dengan sistem AI, dalam novel "Sampah Masyarakat dengan Sistem AI", genre action, romance, bisnis, terlahir kembali ke masa lalu, dan harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HUDAXS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12: Labirin Baja dan Api
Lokasi: Markas Besar Miller Tech - Laboratorium Project Umbra
Tokoh:
Dunrice: CEO muda dan jenius di bidang teknologi informasi.
Anya: Sahabat Dunrice dan programmer handal.
Artemis: Peretas misterius yang membantu Dunrice dan Anya.
V.I.: Agen rahasia yang bekerja untuk organisasi pemberontak.
Dr. Viktor Ivanov: Ilmuwan jenius yang bekerja untuk Tanaka Corporation.
Penjaga Keamanan Miller Tech
Cerita:
Labirin Baja dan Beton
Dunrice dan Anya melangkah hati-hati di lorong steril markas besar Miller Tech. Lampu neon putih menerangi lorong yang berdinding baja, menciptakan suasana dingin dan futuristik. Sensor di telinga mereka mendeteksi detak jantung yang berpacu kencang dan aliran adrenalin yang berdesir di pembuluh darah.
Dunrice, dengan bantuan sistem AI tertanamnya, menganalisis denah bangunan yang dikirimkan Anya melalui earpiece. "Laboratorium Project Umbra berada di lantai terbawah," bisiknya. "Kita harus melewati beberapa pos penjagaan."
Anya mengangguk. "Aku bisa meretas sistem keamanan untuk mematikan kamera dan membuka beberapa pintu."
Mereka bergerak cepat dan senyap, memanfaatkan keahlian masing-masing. Anya meretas sistem keamanan, sementara Dunrice menggunakan kemampuan AI-nya untuk mendeteksi keberadaan penjaga dan memprediksi pola patroli mereka.
Tiba-tiba, suara langkah kaki bergema di lorong. Dunrice dan Anya bersembunyi di balik tikungan. Dua orang penjaga keamanan Miller Tech berjalan melewatinya, berbincang-bincang dengan suara pelan.
"Kudengar Sarah Miller sangat ambisius dengan Project Umbra ini," kata salah satu penjaga.
"Ya," jawab temannya. "Katanya dia ingin menguasai dunia dengan teknologi AI."
Dunrice dan Anya saling pandang. Percakapan para penjaga itu semakin meneguhkan tekad mereka untuk menghentikan Project Umbra.
Pertempuran Tak Terduga
Setelah melewati beberapa pos penjagaan dengan aman berkat bantuan Anya, mereka akhirnya sampai di lift khusus yang menuju lantai terbawah. Anya meretas panel kontrol lift, dan pintunya terbuka.
Mereka masuk ke dalam lift yang sempit dan hening. Pintu lift tertutup, dan mereka mulai turun ke bawah. Dunrice merasa ada sesuatu yang aneh. Suasana hening di lift terasa mencekam.
Tiba-tiba, lift berguncang hebat dan berhenti mendadak. Lampu di dalam lift padam, membuat kegelapan total.
"Anya, apa yang terjadi?" bisik Dunrice.
"Sistem lift diretas!" jawab Anya panik. "Kita terjebak!"
Suara hentakan terdengar dari luar pintu lift. Dunrice mengaktifkan sistem AI-nya, dan matanya bersinar biru dalam kegelapan. Dia melihat bayangan beberapa sosok berbadan tegap mendekati lift.
"Penyergapan!" teriaknya.
Pintu lift didobrak paksa terbuka, dan tiga orang penjaga keamanan berbadan kekar masuk ke dalam. Mereka bersenjatakan pistol dan menatap Dunrice dan Anya dengan tatapan dingin.
Dunrice dan Anya tidak punya pilihan selain bertarung. Anya mengeluarkan stun gun mini yang selalu dibawanya, sementara Dunrice menggunakan kemampuan AI-nya untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatannya.
Perkelahian pun terjadi di dalam lift yang sempit. Dunrice bertarung dengan brutal, melumpuhkan satu orang penjaga dengan pukulan telak. Anya berhasil menyetrum penjaga lainnya dengan stun gun. Namun, penjaga ketiga berhasil merebut pistolnya dan mengarahkannya ke Dunrice.
Tepat pada saat itu, suara ledakan keras memecah keheningan. Pintu lift terbuka, dan V.I. berdiri di sana, pistolnya masih mengepul asap. Dia menembak penjaga terakhir, menyelamatkan Dunrice.
"Kalian baik-baik saja?" tanyanya, terengah-engah.
"Hampir saja tidak," jawab Dunrice. "Terima kasih, V.I."
Menuju Laboratorium
Setelah memastikan keadaan aman, mereka keluar dari lift yang rusak dan melanjutkan perjalanan menuju laboratorium Project Umbra. Lorong di lantai bawah terasa lebih dingin dan dipenuhi dengan tabung-tabung berisi cairan berwarna dan peralatan ilmiah canggih.
Dunrice terus berhati-hati, mendeteksi keberadaan penjaga menggunakan sistem AI-nya. Anya meretas sistem keamanan untuk membuka pintu laboratorium. Pintu terbuka dengan desisan pelan, menampakkan ruangan steril yang dipenuhi komputer dan layar raksasa yang menampilkan grafik rumit.
Di tengah ruangan, berdiri sebuah superkomputer raksasa, inti dari Project Umbra. Lampu LED di bodinya berkedip