NovelToon NovelToon
TAWURAN

TAWURAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

Novel ini bercerita tentang Gita dan kawan-kawan yang merantau ke Ibu Kota untuk menempuh pendidikan. Siapa sangka? Gita yang sewaktu SD pernah membuli seorang pria culun, kini dipertemukan kembali dengan pria itu dalam situasi yang berbeda. Tawuran merupakan gerbang pertemuan mereka.

Sean, nama pria itu. Gita tak ingin membuka kisah lamanya, namun Sean terus mengganggu gadis tersebut. Hingga akhirnya Gita membuka suara mengenai kejadian di masa lalu. Gita mengakui bahwa Ia tertarik pada Sean di waktu kecil. Sayangnya, Gita yang sejak itu sedang menghadapi ketidakharmonisan keluarga, tidak mampu mengekspresikan rasa sukanya terhadap Sean. Sehingga, ia lebih memilih untuk membuli pria itu dan menciptakan trauma berat yang sulit disembuhkan untuk keluarga Sean sendiri.

Haruskah Sean memaafkan Gita? Ataukah cinta Gita akan bertepuk sebelah tangan selamanya?

Baca kisah lengkapnya di dalam cerita ini 😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Ayu berlari ke UKS dengan panik. Ia adalah satu-satunya gadis yang berada di unit kesehatan sekolah itu.

"Kenapa?! Suami gue kenapa?! Wildan mana?! Mana suami gue?! Bukannya jagain Wildan, malah ngobrol aja lo semua di sini! Kalo mau nongkrong di kantin aja, sana!" omel Ayu kalang kabut mencari keberadaan Wildan.

Ayu menghampiri Wildan yang sedang tertunduk dengan sesuatu menyumbat hidungnya.

"Kalo bukan gegara Wildan. Udah gue bogem itu cewek," gerutu teman pria itu.

Temannya yang lain ikut terkekeh. "Ngeselin amat ya," ucapnya.

"Wildan! Wildan kenapa?! Kok bisa mimisan gini? Mau dibawa ke rumah sakit nggak? Biar Ayu yang minta sama Pak Wendi buat bawa Wildan ke rumah sakit. Mimisan itu bahaya loh!" oceh Ayu lagi.

"Apaan sih, Yu! Gue cuma mimisan, bukan ketabrak truk!" bantah Wildan.

"Tapi itu bahaya loh! Tadi Ayu baca di google katanya mimisan itu bisa jadi penyebabnya ada pendarahan di otak Wildan! Ayu nggak mau otak Wildan yang pinter itu sampai berdarah, cuma gegara mikirin Ayu setiap hari!" ucap Ayu sambil merebahkan tubuhnya di kasur sebelah pria itu.

Teman-teman Wildan malah menahan tawa akan kalimat Ayu tersebut. Wildan menyadari hal itu dan memberikan isyarat agar teman-temannya kembali ke kelas.

Tinggallah Ayu dan Wildan berdua saja di dalam ruangan tersebut.

"Kepalanya sakit nggak? Mau Ayu pijitin? Apa mau Ayu peluk? Katanya sih, pelukan itu bisa menyembuhkan stress," tanya Ayu.

Wildan hanya berdiam diri dan memijat kepalanya sendiri. Denyutan di kepalanya semakin berasa seperti menghirup air melalui hidung dan menembus otaknya.

Ayu mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Wildan hendak memijat kepala pria itu.

Belum sempat jari Ayu menyentuhnya. Wildan langsung menepis tangan gadis itu dan membuatnya meringis.

"Hmm .... sakit," ucap Ayu pelan sambil mengusap tangannya.

"Udah bel masuk, lo ngapain masih di sini?" tanya Wildan.

"Ayu mau nemenin Wildan," jawab Ayu.

"Yu," panggil Wildan.

Ayu malah mendekatkan wajahnya pada pria itu.

"Ke kelas sekarang!" perintah Wildan.

Ayu malah memerhatikan wajah Wildan dengan dekat dan berfokus pada alisnya yang tebal dan berkesan tegas tersebut.

"Lo denger gue nggak?!" bentak Wildan.

"Kok bisa ya, Tuhan nyiptain alis sebagus ini?" ucap Ayu sambil meraba alis yang menempel di wajah Wildan.

Wildan berdecak kesal.

"Jadi pengen nyium," ucap Ayu membuat Wildan membesarkan kedua bola matanya.

"Wil, tugas Bahasa Inggris lo ...." Salah satu teman Wildan membuka pintu UKS dan mendapati penampakan seperti Ayu tengah mencium Wildan. Pria itu termangu dan menutup mulutnya.

Ayu dan Wildan menoleh pada pria itu. Mereka berdiam diri.

"Tugas gue ada di tas. Tolong kumpulin ya?" ucap Wildan.

"O—oke-oke ... em ... Wil, lo sama Ayu ...." Pria itu tak melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa?!" sinis Ayu.

"Nggak, Yu! Mantap! Lanjutkan!" ucap pria itu bergegas menutup pintu UKS dan menyebarkan rumor tersebut kepada teman-temannya.

Ayu berpindah ke kasur yang lain dan berbaring di sana dengan bahagia. "Aduuuh, pusing!" ucap Ayu sambil tersenyum, berpura-pura sakit agar bisa bolos untuk menemani Wildan.

Ayu tertidur dengan nyaman. Sementara Wildan kembali ke kelasnya setelah darah tak lagi mengalir dari hidungnya akibat kelelahan bermain bola di jam olahraga pagi ini.

Ayu terbangun saat sekolah sudah sepi. Hampir saja UKS dikunci oleh penjaga sekolah. Gadis itu berlari ke kelas dan mengambil tasnya.

"Diih, kok Wildan nggak bangunin gue sih? Kapan dia ke luar? Kok gue nggak kebangun?!" omel Ayu sambil melangkah cepat menuju luar sekolah.

Masih terdapat beberapa murid yang menunggu jemputan. Tiba-tiba salah seorang dari gadis itu berbisik-bisik begitu melihat keberadaan Ayu.

Ayu menyadarinya dan tak segan menghampiri gadis itu. "Kenapa ya?" tanya Ayu.

"Nggak ada apa-apa," jawab mereka.

Ayu merapihkan rambutnya dan berlagak sok cantik. "Nggak pernah ngeliat cewek cakep ya?" ucapnya.

Beberapa gadis itu pun pergi dan memilih unuk menunggu di tempat lain.

Wildan baru saja ke luar sekolah dan menaiki angkutan umum. Dengan cepat Ayu mengikutinya. Gadis itu memilih untuk duduk di sebelah Wildan.

Wildan yang menyadari kehadiran Ayu, hanya bisa menghela napas.

***

Gita kalang kabut berlari menghindari Wira yang datang ke tengah tawuran.

"Gitaaa!!" teriak Wira dengan marah.

Febi dan Jenna ikut mengejar gadis nakal itu.

Bertepatan dengan itu, angkutan umum yang membawa Wildan dan Ayu belalu di sebelah Gita. Tanpa aba-aba gadis itu langsung masuk ke dalamnya.

"Cepet bang!!" teriak Gita.

"Lo?!" pekik Ayu begitu melihat Gita dengan seragam yang acak-acakan.

Gita menoleh padanya. "Lo?! Gue lebih tua dari lo! Lo harus manggil gue Kakak!" tegas Gita.

"Ngapain lo berdua di sini?! Pacaran?!" omel Gita.

"Yah serah kitalah! Ngapain juga lo ngurusin kita?! Mau kita pacaran, mau nikah, mau bikin anak pun nggak harus lapor sama lo 'kan?!" Ayu ikut mengomel.

"Jaga mulut lo ye!" tegas Gita.

"Mulut lo juga dijaga! Jangan cuma nyuruh orang buat jaga mulut, sendirinya yang nyolot duluan. Abis tuh mau marah gitu sama gue?! Nggak sadar—"

Wildan menutup mulut Ayu dengan kuat. "Maaf, Kak," ucapnya.

"Besok-besok, bawa lakban. Biar nggak nyerocos mulut cewek lo!" ucap Gita.

Angkutan umum itu berhenti di depan gang menuju indekos Bu Rika. Gita turun di sana. Ayu memerhatikannya.

"Lo jangan nyari gara-gara sama cewek tadi!" tegas Wildan membuat Ayu terkejut.

"Dia yang nyari gara-gara duluan, Wil!" bantah Ayu.

"Dia yang pegang anak-anak SMK SWAKARYA buat tawuran," ucap Wildan.

Mata Ayu terbuka lebar. "Tawuran? Cewek tadi?!" pekiknya.

***

Sesampainya di rumah, Ayu dikejutkan akan penampakan ibunya yang sedang sibuk dengan kertas-kertas di atas meja.

"Ini apa, Ma?" tanya Ayu.

"Ini daftar kosan yang ada di Jakarta. Kita harus cek kosan ini satu-satu buat nyari kakak kamu," jawab Ningsih.

Ayu bergegas ke kamarnya dan mengganti pakaian. Dengan penuh semangat gadis 14 tahun itu menghampiri ibunya dan tak sabar bertemu kakak yang ia idola-idolakan.

"Kak Gita pasti cantik banget, sekarang 'kan udah 17 tahun. Pasti rambutnya panjang, halus. Kulitnya putih mulus kayak artis Korea. Nggak sabar punya kakak! Oh iya, Ma. Kalo Kak Gita tinggal sama kita. Kak Gita tidur di mana? Di kamar aku aja ya?!" oceh Ayu sambil merapikan kertas-kertas milik ibunya.

"Papa udah siapin tukang buat renovasi rumah. Kita mau nambah kamar baru di sebelah kamar kamu. Tapi, selama nunggu proses selesai, Kak Gita tidur di kamar kamu dulu, boleh?" tanya Ningsih.

"Boleh, boleh, boleh! Boleeeeeeh bangeeet!" jawab Ayu antusias. "Kalo bisa, renovasinya dilama-lamain aja," lanjutnya.

Ningsih tersenyum pada anak sambungnya itu. Untungnya ia memiliki suami seperti Ade. Pria itu tak membanding-bandingkan antara anaknya dan anak tiri yang akan tinggal bersama mereka dalam waktu dekat ini.

***

[Kak, Bapak sakit. Mau dibawa ke rumah sakit, tapi bapak nggak mau]

Jenna menatap pesan yang adiknya kirimkan. Ini adalah saatnya ia membawa uang yang telah ia kumpulkan untuk keluarganya.

Jenna memantapkan diri untuk pulang ke kampungnya minggu depan dan mengurus sang ayah. Selama seminggu itu, Jenna merundingkan pasal sekolah kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

Jenna diizinkan untuk belajar di rumah via online namun dengan syarat wajib masuk di waktu uji kenaikan kelas.

"Lo beneran mau balik, Jen?" tanya Gita yang memerhatikan gadis itu membereskan barang-barangnya bersama Febi.

"Iya, nggak lama sih, sampai bokap gue sembuh aja," jawan Jenna.

"Mega, balik. Lo juga balik, tinggal gue berdua sama Febi," ucap Gita.

"Kalo gue balik juga, gimana, Git?" tanya Febi.

"Ya, gue sendiri di sini!" jawab Gita.

"Lo nggak bakalan kabur lagi 'kan?" ejek Jenna.

"Selama Si Dajjal itu nggak bikin peraturan aneh-aneh, gue nggak bakalan kabur," ucap Gita.

Setelah kepulangan Jenna, rumah Bu Rika mulai terasa sepi. Perdebatan antara Wira dan gadis-gadis di sana pun mulai berkurang. Karena Gita dan Febi yang jarang ke luar kamar.

***

"Mama yakin ini tempatnya?" tanya Ayu yang merasa tak asing pada jalan semen tersebut.

"Iya, di sini katanya ada kos-kosan putri. Mungkin aja kakak kamu ngekos di sini," jawab Ningsih.

"Ini udah kosan ke 283 yang kita datengin, Ma! Kalo di sini nggak ada juga, gimana?!" pekik Ayu.

"Kita cek dulu!" ucap Ningsih menarik tangan anaknya tersebut untuk memasuki gang dan menemukan indekos Bu Rika berdasarkan informasi warga di sana.

"Permisi!" ucap Ningsih.

Tiba-tiba Wildan menelepon Ayu. Dengan cepat gadis itu menjawab teleponnya dan sedikit menjauh dari sang ibu.

"Halo suamiku!" ucap Ayu dengan pelan.

"Lo nggak lupa 'kan?" ucap Wildan.

"Lupa? Lupa apa ya? Nggak mungkin Ayu lupa tentang Wildan!" jawab Ayu.

"Tugas," ucap Wildan singkat.

"Astaga! Lupa!" pekik Ayu.

Ayu melupakan janjinya yang akan mengerjakan tugas bersama Wildan di kafe, siang ini.

"Permisi!" pekik Ningsih lagi.

Wira membukakan pintu untuk mereka.

"Ini benar Indekos Bu Rika?" tanya Ningsih.

"Iya, ada apa ya?" Wira balik bertanya.

"Kenal gadis ini?" Ningsih menunjukkan sebuah foto Gita semasa kecil.

"Di sini nggak ada yang punya anak, Bu," jawab Wira.

"Nggak. Sekarang dia udah 17 tahun kayaknya. Namanya Gita. Kenal nggak, Mas?" tanya Ningsih lagi.

"Gita?!" pekik Wira. "Tunggu bentar ya, Bu," ucap Wira dan bergegas ke dalam rumah.

Ia kembali bersama Gita yang ia seret paksa ke luar rumah. "Gue ngantuk, Woi!" teriak Gita yang tak terima jam tidur siangnya diganggu.

"Ini Gita!" ucap Wira.

Ningsih melihat ke arah Gita yang sudah tumbuh dewasa. Mata Gita juga tertuju pada ibunya. Ia masih mengenalinya, meski gambaran wajah itu sedikit samar.

"Mak?" ucap Gita.

Ningsih tak mampu berkata-kata begitu mendengar Gita memanggilnya. Air mata wanita itu menetes deras dan memeluk Gita. Tak mampu ia memaafkan dosa yang telah dirinya perbuat terhadap Gita.

Gita ikut menangis. Rasanya ia ingin marah. Sangat marah. Hingga ia tak mampu berkata kasar. Menangis adalah titik puncak kemarahannya.

Di sisi lain, kerinduan juga menyelimuti tubuh gadis itu. Belasan tahun lamanya ia tak merasakan pelukan ini. Kini, ia mendapatkannya kembali setelah ia tak menginginkannya lagi.

"Ma," panggil Ayu yang baru selesai menelepon.

Mereka menoleh pada Ayu. Seketika itu mata gadis tersebut terbelalak. "Lo lagi?!" pekiknya.

"Ayu, ini Gita, kakak kamu," ucap Ningsih dengan derai air mata.

"Kakak?!" pekik Gita dan Ayu bersamaan.

[Bersambung ....]

***

**

*

Extra part :

*

**

***

Ayu masih tertidur di UKS kala itu. Wildan memerhatikan wajahnya. Kini, ia menirukan apa yang Ayu perbuat. Wildan menatap fokus alis yang Ayu miliki.

"Kok bisa ya? Tuhan menciptakan alis di wajah orang idiot kayak lo," ucap Wildan.

Tiba-tiba pengurus UKS membuka pintu. Wildan kembali ke tempatnya dan berpura-pura tidak terjadi apa pun.

"Dia kenapa?" tunjuk pengurus UKS ke arah Ayu.

Wildan menoleh pada gadis itu. "Sakit perut," jawabnya, berbohong demi Ayu.

"Kamu masih mimisan?" tanya pengurus UKS lagi.

"Masih," jawab Wildan lagi.

Setelah pengurus UKS pergi, pria itu kembali menghampiri Ayu yang sedang tidur. Tiba-tiba Wildan tersenyum tanpa alasan.

"Pasti Wildan ngajak Ayu ke sini, mau nge-date!" Pria itu menirukan gaya bicara Ayu di kafe tempo hari.

Tiba-tiba Ayu bergerak. Wildan terkejut dan segera menjauhinya. Setelah memastikan Ayu tak terbangun, ia menarik selimut untuk gadis itu dan pergi ke kelasnya.

1
JChennn
baru mulai udh bgs jdi pngn bca trsss
Nabila
makin menarik
Nabila
ceritanya menarik banyak tokohnya jadi gak bosan
Rina Juwita JuEr
aku baca ulang lagi ceritanya bagus Thor semangat 💪💪
Tara
kayaknya Wira suka Ama febi tapi malu utk ucapin tapi getahnya kena kesemua orang he3😱🤗🫢😅🤔🫣
Tara
ini siapa yg bucin sich..Gita or Sean🫣😱🤗🫢😅🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!