NovelToon NovelToon
Tarian-tarian Wanita

Tarian-tarian Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Pada akhirnya dia terlihat menari dalam hidup ini. dia juga seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5.1

*******

Kabut tipis di bukit akhirnya turun. Perlahan-lahan hujan berjalan di antara kabut itu, menuruni lereng bukit dan akan tiba di rumah. Suara hujan terdengar semakin mendekat dan lebih dekat. Hujan yang turun kedengarannya deras. Aku menyaksikannya dari banjah. Butiran-butiran hujannya turun kecil-kecil tapi jumlahnya terlalu banyak.

Aku masuk ke dalam, merapikan buku-buku lalu tertidur. Kedengarannya kisah cinta ibu dan ayah cukup menarik. Ibu mengatakan jika dia seekor lebah dan ayah sebuah bunga. Ibu mengatakan seharusnya ayah seekor lebah dan ibu sebuah bunga. Tapi ayah memiliki fakta unik yang tidak bisa di jelaskan.

Ketika ibu berkunjung ke rumah ayah, Pamannya melihat dan tertawa lalu mengejek ayah yang pernah mengungkapkan tidak akan menikah. Ayah tidak bisa menjawab, dia terlalu pemalu. Ibu menggantikannya. Dia membuatku menunggu lama, aku tidak bisa diam menunggunya menyatakan cinta kepadaku, jadi aku yang lebih dulu merayunya, kata ibu. ‘dia perempuan bukan laki-laki, paman membalas.

Oleh karena dia perempuan aku menyukainya. Dia unik bukan? Aku menyukainya karena dia seorang perempuan. Aku dengar dia memakai rok pink ketika kecil dan duduk di pinggir jalan melihat motor lalu lalang. Orang-orang menertawakannya. Dia mengatakan ingin menjadi seorang perempuan. Dia juga suka menyapu dan mengurusi anak.

Ratih, apa yang membuatmu bersamanya?

Dia unik dan juga menyukai seorang anak gadis. Aku menyukai sikapnya itu. Tidak ada pria mana pun yang sepertinya.

Ayah tidak suka waktu itu dan ingin pergi, tapi ibu menarik tangannya dan memasukkan jari-jari manisnya ke dalam tangan ayah. Memegang erat. Ibu berkata, “Kamu adalah wanitaku dan aku laki-lakimu. Tidak perlu merasa malu.”

Paman ayah tertawa melihatnya.

Aku bertanya setelah itu, aku belum sepenuhnya mengetahui semuanya.

Ibu tertawa lagi. “Sari, ada banyak cerita aneh antara ayah dan ibu. Di bandingkan ayah melindungi ibu, dia layaknya seorang perempuan dan ibu laki-laki yang melindunginya.”

“Berpacaran selama satu bulan kemudian menikah, itu benar-benar cepat.”

“Menurut ibu tidak. Ibu sudah menunggunya lama sekali, dari SMP hingga bekerja. Ibu bahkan sering memimpikannya menyatakan cinta, tapi ayahmu tidak kunjung datang, bahkan tidak melakukan komunikasi sama sekali. Ibu kesal dan mulai mencarinya.”

“Di mana ibu menemukannya?”

“Di danau tamblingan. Ketika itu Ibu pergi sendiri menunggu teman. Aku mengamati, tapi ayahmu tidak menyadariku. Ketika menyadarinya, ayahmu sangat malu dan menunduk lalu mengalihkan perhatiannya. Sari, kamu tahu, jika kebahagiaan tidak datang kepadamu, kamu harus mengejarnya. Ibu putuskan mendatanginya. Ayahmu malu-malu. Tapi hubungan kami mulai akrab setelah beberapa kali pertemuan. Ketika ibu dan ayahmu mengunjungi danau buyan, ayahmu ingin menyatakan cinta, tapi sangat malu. Jadi ibu memberanikan diri bertanya, ‘kamu menyukaiku?’ setelah itu apa kamu tahu apa reaksinya?”

“Terkejut?”

“Bukan! Dia mengatakan dia tidak akan menikah. Ibu sangat marah dan berseru, ‘kamu tidak akan menikah? Betapa gilanya kamu! Lihatlah dirimu, seharusnya kamu merasa bahagia ada seseorang wanita yang menyukai kepribadianmu itu.”

“Apa yang ayah katakan?”

Ibu tertawa cekikikan lagi. “Dia terkejut. Mungkin karena sikap meledak ibu. Dia berkata akan memikirkannya. Ibu bertanya, ‘memikirkan apa lagi? Kamu benar-benar bodoh! Tapi liat! Ada pesawat di sana!’ Ayahmu memandangnya dan ibu menariknya.”

“Ke mana ibu menariknya?”

Ibu menahan tawa. “ Menariknya ke dalam danau. Ayahmu tidak suka dan ingin berjalan pergi.”

“Tentu saja, aku juga akan marah jika ada seseorang melakukan itu. Lalu apa yang ibu lakukan?”

“Ibu benar-benar nakal. Ibu berlari kemudian mendorongnya hingga terjatuh ke pinggir danau. Ayahmu lagi-lagi terkejut dan kesal. Anggap saja itu sebagai balas dendam ibu kepada ayahmu yang merobek gambar yang ibu berikan kepadanya ketika Kelas 6 SD. Ibu tidak mencium pipinya, tapi bibirnya.”

“Ibu melakukannya? Apa ada orang-orang di sekitar?”

“Tentu saja ada! Ayahmu mendorong ibu lalu pergi. Dia mengatakan ibu benar-benar menyebalkan. Waktu itu ibu merusak citra ibu di hatinya. Ayahmu sering menganggap ibu memiliki sikap riang dan anggun, tapi yang dilihatnya hanya sikap jahil.”

Ibu melanjutkan, “ ayahmu tidak menyatakan cintanya, dia terlalu malu mengungkapkannya. Ketika tibanya malam, ibu masuk angin dan menertawakan kebodohan ibu karena air danau yang dingin itu. Malam itu semua teman ibu berpasangan, ibu tidak punya pilihan lain selain pergi mendekati danau, duduk di atas batu menikmati keindahan danau. Ayahmu hanya memandang ibu dari jauh lalu pergi. Tapi melihat ibu kedinginan, ayahmu tidak tahan, membawakan syal untuk ibu. Ibu menyambutnya sambil tersenyum, ‘Kamu mengerti juga.’ Ayahmu duduk. ‘Kamu tidak terbiasa dengan suhu dingin.’ ‘di desaku suhunya hangat, bahkan air di malam hari terasa hangat.’ ‘bagiku itu terasa panas’ ‘kamu tidak terbiasa.’ Ini awal kedekatan kami.”

*******

Hujan turun semakin deras dan bukit di mandikan air berlimpah dari langit. Kisah cinta ibu benar-benar unik. Aku tidak tahu kapan aku akan merasakannya. Bangun melihat keluar. Angin kencang berhembus dari utara dan air hujan membasahi banjah. Tidak ada hal yang bisa aku lakukan. Masuk ke kamar lagi, akhirnya menutup mata.

Ketika hujan selesai, langit menjadi biru cerah dan waktu menunjukkan sore hari. Halaman rumah tampaknya terlihat lebih coklat dan di penuhi genangan-genangan air. Membersihkan air yang masuk, aku kemudian berjalan ke luar. Orang-orang berpakaian adat tampaknya akan bersembahyang. Ini bulan purnama dan di mana biasanya maturan ke pura-pura. Aku tidak lupa. Canang sudah di persiapkan. Kembali masuk dan mandi, aku mengganti pakaian.

Ketika kecil, aku biasanya bersama ibu, tapi ibu semakin lama semakin sibuk dengan pekerjaannya. Ibu bekerja sebagai pengantar paket. Ibu kadang-kadang akan pulang hingga larut malam atau kadang-kadang di sore hari, tergantung beberapa banyak paket yang di antarnya. Kami bisa bercakap-cakap setelah ibu pulang kerja.

Kebaya yang aku pilih hanya berwarna putih transparan dengan motif bunga-bunga. Kulitku akan terlihat dari luar. Memakai kemen batik dengan warna kecoklatan yang selaras dengan selendang yang kupakai. Biasanya ibu akan memakai tusuk rambut China di rambutnya. Katanya itu adalah pemberian ayah. Ayah menyukai tusuk rambut. Membelikannya beberapa jenis untuk ibu. Dan ibu juga ingin mewarisinya kepadaku.

Aku tidak terlalu berpengalaman menggunakannya, tapi aku akan menggunakannya sekarang. Menggulung rambutku kemudian memasukkannya. Tusuk rambut itu berwarna kuning keemasan dan di ujungnya ada kepala naga kecil. Aku bergegas mengambil canang lalu pergi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!