NovelToon NovelToon
Despair Of Being

Despair Of Being

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Zeils Evanescent

Seorang gadis terikat oleh takdir kelam, ditinggalkan orang-orang terkasih dan hanya dapat menjalani hidup dibalut kesedihan. Gadis itu tetap tegar dihadapan semua orang dan bertahan demi mencari keberadaan orang-orang terkasih. Gadis itu membangun kekuatannya dengan perlahan dan membuktikan bahwa dirinya tidak terikat oleh takdir tersebut.
Namun, ia hanyalah manusia biasa yang tidak dapat melawan hukum dunia. Lantas, bagaimana gadis itu akan melawan takdir kelam tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zeils Evanescent, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam

"Sungguh? Aku naik ke rank D?!" Aku bertanya kepada Amelia dengan kaget, padahal baru 3 bulan aku bekerja sebagai petualang dan aku tidak terlalu aktif dalam bekerja.

"Ya, ini keputusan dari ketua serikat. Selain karena anda selalu mengambil dan menyelesaikan misi rank D dengan sempurna, anda juga tidak pernah melewatkan kewajiban untuk mengambil misi." Jelas Amelia sambil tersenyum dan memberikan kartu petualangku yang sudah menjadi besi, itu tidak terbuat dari kayu lagi.

"Begitu, aku tidak akan menolak kalau sudah begini." Ujarku dengan datar meski sebenarnya aku cukup senang karena sumber pendapatanku bertambah.

"Nona. Saya memiliki surat dari ketua serikat." Amelia memberikan sebuah surat kepadaku.

"Surat? Kenapa?" Aku merasa bingung, padahal aku tidak melakukan sesuatu yang spesial hingga menarik perhatian ketua serikat.

Di dalam suratnya tertulis bahwa ketua serikat mengapresiasi hasil kerjaku selama 3 bulan ini dan berniat untuk memberikan sebuah misi khusus. Jika berhasil akan diberikan hadiah yang setara dengan tingkat kesulitan misi, dan jika gagal akan ada penurunan peringkat.

"Tawaran yang menarik, tapi kenapa harus aku?" Aku bertanya kepada Amelia.

"Entahlah Nona, di kerajaan ini tidak ada seorangpun yang dapat membaca isi pikiran ketua serikat." Jawab Amelia yang membuatku tidak cukup puas.

Misi yang diberikan adalah menyelidiki sebuah desa yang di invasi oleh monster, hadiah yang diberikan tergantung informasi yang diperoleh dan resiko yang ditanggung oleh diriku saat menjalani misi.

"Yah, tidak ada alasan untuk menolak. Selain itu aku juga ingin keluar dari kota sesekali, bagaimana pun aku selalu berada di sekitar kota ini selama berbulan-bulan." Ujarku sambil menghela nafas.

"Anda menerima misinya, nona?" Amelia bertanya sambil memiringkan kepalanya.

"Ya, aku akan berangkat besok pagi sesuai dengan arahan ketua serikat." Jawabku kemudian mengeluarkan elemen api untuk membakar surat itu.

"Begitu, karena anda menerima misinya maka silahkan bawa beberapa benda ini dalam perjalanan anda." Amelia berkata sambil memberikan sebuah peta dan jubah hitam seukuran tubuhku.

"Dari ketua serikat?"

"Ya." Amelia tersenyum.

Aku hanya bisa menerimanya jika itu adalah pemberian, selain itu aku juga membutuhkan barang-barang ini untuk menjelajah dan menyelidiki.

Setelah menyimpan kedua benda itu dengan sihir spasial, aku pun kembali ke penginapan dan menyantap makan malam yang nikmat dengan santai.

Keesokan harinya aku pergi keluar dari kota sambil mengenakan jubah hitam yang diberikan ketua serikat. Sebelumnya Amelia telah menjelaskan bahwa jubah ini memiliki sebuah fitur yang sangat berguna.

"Aku hanya perlu mengalirkan energi sihirku." Ujarku sambil mengalirkan energi sihir ke jubah itu. Sesaat kemudian tubuhku menjadi transparan.

"Begitu rupanya, ternyata aku mendapatkan benda yang sangat berharga. Kalau diperkirakan harga jubah ini pasti melebihi ratusan koin emas." Aku menjadi merasa sayang jika menggunakan jubah itu, saat sedang berlari aku sering memikirkan, "Bagaimana jika jubahnya robek?" Dengan raut wajah yang kusut.

Dengan elemen angin aku dapat bergerak lebih cepat dari seekor serigala yang berlari mengejar mangsanya. Menurut peta yang ku miliki, jarak desa tujuanku dari kota bisa mencapai puluhan kilometer.

Andai aku bisa menguasai elemen angin tingkat tiga yaitu melayang, perjalanan ini pasti akan menjadi lebih singkat.

Selama perjalanan menuju desa tujuan, aku berhenti beberapa kali untuk beristirahat sambil memulihkan energi sihir. Setelah beberapa jam aku pun tiba di desa tujuan yang sudah hancur lebur.

Jejak kaki monster ada dimana-mana dan puing-puing bangunan berserakan di setiap tempat. Pagar desa runtuh dan mayat yang sudah membusuk bertebaran di banyak tempat.

"Mengerikan sekali." Gumamku sambil membayangkan kejadian invasi di dalam kepalaku.

"Deprehensio."

Dengan sihir angin tingkat dua yaitu suara, aku meningkatkan indra pendengaranku untuk mengetahui pergerakan yang janggal di sekitar area tersebut.

Sembari mempertahankan sihir itu, aku memasuki desa dan mencari beberapa petunjuk tentang invasi yang terjadi.

Setelah mengelilingi desa selama setengah jam, aku sama sekali tidak dapat menemukan petunjuk apapun.

"Itu artinya, hanya tempat itu yang tersisa." Ujarku sambil melirik ke arah sebuah bangunan yang terlihat masih cukup kuat untuk berdiri.

Aku melakukan rapalan ganda dan menggunakan sihir tanah untuk mempertahankan kondisi bangunan tersebut, kemudian masuk kedalamnya sambil menyelidiki apa yang berada di dalamnya.

Sama seperti sebelumnya, aku tidak dapat menemukan apapun di dalam bangunan tersebut. Namun aku merasakan sesuatu yang janggal disana.

Sejak aku masih mempertahankan sihir deteksi, aku dapat mendengar suara getaran aneh dari bawah. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa suara itu berasal dari bawah?

Setelah mencari-cari selama lima belas menit, aku pun menemukan sebuah ruang bawah tanah tersembunyi yang disamarkan menggunakan sihir ilusi.

Aku memasuki ruang bawah tanah itu dan membatalkan sihir tanah yang ku pertahankan, kemudian menyalakan api sebagai pencahayaan.

Setelah menuruni tangga selama dua menit lamanya, aku pun tiba disebuah ruangan yang cukup luas.

Disana ada sebuah kristal hitam yang melayang di atas podium kecil. Kristal hitam itu memancarkan aura yang tidak menyenangkan, rasanya sesak dan memuakkan saat berada di dekat kristal tersebut.

"Kenapa ada benda seperti ini disini?" Aku bergumam sambil melirik ke sekitar. Tidak ada apapun selain kristal hitam dan podium di ruangan tersebut.

Aku sama sekali tidak ada niat untuk menyentuh kristal itu, bagaimana pun pasti ada semacam mekanisme aneh yang akan aktif jika aku sembarangan menyentuh sesuatu di tempat yang tidak dikenal.

Aku pernah membacanya di perpustakaan kota, ada sebuah kelompok petualang yang berisi lima petualang yang masing-masing dari mereka berperingkat C. Saat mereka menjelajahi sebuah reruntuhan, mereka tidak sengaja menyentuh sebuah obor di dinding yang menjadi pemicu dari sebuah mekanisme aneh, yang berakhir pada kemunculan seekor monster rank A yang disembunyikan dibawah reruntuhan.

"Sepertinya ini sudah cukup untuk menjadi bukti penyelidikan, aku harus segera kembali sebelum terjadi sesuatu yang buruk."

Kemudian aku segera berlari menaiki tangga dan keluar dari bangunan rapuh itu. Saat aku melihat ke sekitar, terdapat beberapa monster berwujud tengkorak yang sedang berkeliaran disekitar desa.

Beruntung aku mengenakan jubah yang diberikan ketua serikat sehingga keberadaanku sama sekali tidak disadari oleh monster-monster tersebut

Dengan segera aku menggunakan sihir suara untuk meminimalisasi suara langkah kakiku dan menambahkan sihir angin untuk mempercepat langkahku.

Syuutt!

Terdengar suara anak panah yang melesat, tanpa ragu aku langsung melompat kesamping dan sebuah anak panah langsung tertancap di pohon tempatku berpijak sebelumnya.

"Sial, aku ketahuan!"

Meski sudah menggunakan sihir suara, aku masih belum terlalu mahir dalam mengendalikannya, jadi tidak aneh jika ketahuan. Hanya saja, aku tidak berpikir akan ketahuan secepat itu.

"Ignis."

Tiga bola api muncul dan melayang di atas kepala ku, setelah membidik tengkorak pemanah aku langsung melesatkan bola apiku ke arah mereka dan dengan telak mengenai sasaran.

Aku sama sekali tidak berniat untuk memberikan waktu menarik busur kepada mereka, tanpa memperdulikan jumlah energi sihirku aku terus memunculkan dan melesatkan bola api secara akurat pada mereka hingga tidak satupun tengkorak pemanah yang tersisa.

Meski begitu, tengkorak bertangan kosong dan yang memegang pedang masih bertebaran di sekitar desa dan sedang berjalan ke arahku.

Karena tengkorak pemanah sudah binasa, aku langsung mengabaikan monster-monster itu dan pergi menjauh dari desa itu menuju kota.

1
piyo lika pelicia
sungguh kejam
piyo lika pelicia
kenapa orang ini menyerang tanpa tau salah nya apa 😒
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
kasihan kenapa di tinggal
piyo lika pelicia
kenapa kek wanita 🤔
Gehrman
Tulisannya sudah rapi cuman sedikit koreksi aja kalau dialog tag gunakan huruf kecil ya sama akhir dialognya diakhiri koma
xoxo_lloovvee
satu 🌹 untukmu thor
Zeils: Terimakasih/Smile/
total 1 replies
xoxo_lloovvee
mampir lagi thor, makin seru ceritanya
Zeils: ...Ok👍
total 1 replies
xoxo_lloovvee
gimana nih nasib grace 😢
Zeils: Entahlah, gimana ya🤔
total 1 replies
piyo lika pelicia
huum orang baik yang malang 😭
piyo lika pelicia
kasihan 🥺
piyo lika pelicia
ow kelainan sejak lahir ku sangka tadi hantu maaf ye 😄
piyo lika pelicia
huaa lari aja Weh 😫
piyo lika pelicia
heem semoga ketemu yah kasian 😦
Zeils
Chapter ini boleh di skip:)
Zeils
Baik, sepertinya Noveltoon Membenciku.
Shara Erdyna
lanjut
Shara Erdyna
aneh
Shara Erdyna
Lebih
Manusia lewat
Kurang cru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!