NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 – Menantang Lawan

Berhentilah melebih-lebihkan cinta. Kita adalah luka berdarah dari duri cinta. Kisah ini belum pernah ada contohnya. Perpisahan lebih menusuk dari rindu dendam Adam dan Hawa.

Semenjak hari itu, Nala tidak pernah menginjakkan kakinya ke apartemen Akesh walaupun sebelumnya lelaki itu sudah menawarinya untuk datang jika rindu padanya. Masalahnya gadis itu sudah tidak ingin lagi. Dirinya bahkan tidak lagi mengirim pesan kepada anak Sanjaya dan Kaliya itu.

Lebih dari itu, Akesh pun belum menghubunginya hingga saat ini. Bahkan pesan dari Nala terakhir kali pun belum dibaca. Momen ini Nala manfaatkan untuk menyalurkan hobinya. Sebagai introvert, ia tidak masalah seharian berada di kamar untuk menggambar atau rebahan.

Nala pun mencoba hal-hal baru seperti mengikuti seminar gratis. Agas yang mengajaknya. Padahal sudah sejak dulu sahabatnya itu mengoceh mengenai apa saja manfaat mengikuti seminar ini. Kesampingkan saja alasan mendapat ilmu pengetahuan atau pengalaman.

Ada banyak motivasi mengikuti seminar. Tak jarang mahasiswa akan mendapatkan merchandise seperti sebuah produk, sertifikat, maupun snack box.

“Lo sering ikut seminar kaya gini, Gas?”

“Hmm.”

“Sama siapa?”

“Sendirian.”

Pernyataan ini membuat Nala kesusahan menyembunyikan tawanya padahal mereka sekarang sedang berada di aula Fisip mengikuti seminar salah satu perusahaan parfum. Di depan sudah terdapat tumpukan paper bag cantik dengan parfum di dalamnya. Ini adalah merchandise yang akan diberikan kepada peserta seminar di akhir sesi.

“Sialan lo La. Emang lo pikir gue sendirian selama ini gara-gara siapa?”

“Sorry deh,” kekeh Nala sambil mengusap air di sudut matanya.

Agas bisa dibilang memiliki karakter berbanding terbalik dengan dirinya. Anak ini lebih berpengetahuan tentang seluk beluk kampus dibandingkan dirinya. Berbeda dengan dirinya yang bagaikan air mengalir, mengikuti arus.

Sebelumnya ia selalu mengandalkan Akesh. Namun semenjak mengenal Agas, kehidupan kampusnya menjadi lebih terbantu. Ia tidak perlu repot-repot mencari teman karena Agaslah yang mendatangi dirinya duluan. Baginya, satu teman sudah cukup.

Sesungguhnya Nala tidak tahu apa yang membuat lelaki itu ingin berteman dengannya. Ia cukup tampak pendiam kecuali di hadapan orang-orang yang sudah akrab dengannya. Tapi sejauh ini, ia ternyata cocok berkawan dengan Agas yang “berisik”.

Mungkin ini mengisi sisi dirinya yang kosong, mereka adalah dua sahabat yang saling melengkapi.

“Besok ada seminar lagi, pematerinya senior kita. Gue denger beliau bakal bagiin novelnya gratis.”

Seminar seperti inilah yang disukai oleh Agas. Matanya bahkan sekarang lebih terang dibanding lampu taman kota di malam hari.

Meskipun Nala tidak tertarik, ia sudah berjanji pada sahabatnya itu untuk datang bersamanya. Ia merasa bersalah karena sebelumnya ia lebih mengutamakan Akesh dan gengnya dibandingkan Agas. Entah Agas sadar atau tidak, namun Nala bertekad untuk memanfaatkan waktu bersama kawannya itu setiap ada kesempatan.

Nala tentu tidak biasa dengan kegiatan ini. Aula seluas ini penuh dengan mahasiswa. Beberapa dari mereka bahkan sangat antusias saat moderator mempersilakan mahasiswa untuk bertanya. Iming-iming hadiah tambahan nampaknya cukup menarik bagi sebagian orang.

Sedari awal hingga menjelang akhir acara, gadis itu sudah mengamati peserta satu per satu. Ia bernapas lega karena tidak ada Rachel di sana. Duduk di antara puluhan mahasiswa saja sudah cukup membuatnya penat.

“Mau nyoba jajan di kantin Fisip nggak?”

Akhirnya seminar yang berlangsung dua jam lebih itu pun selesai. Setiap peserta sudah menenteng bingkisan.

“Gass aja,” kata Nala usai berpikir sejenak.

Sebenarnya itu adalah keputusan spontan. Ia merasa dirinya tidak bersalah jadi tidak perlu takut bertemu dengan siapa pun.

“Sialan, kenapa lebih bagus dari kantin kita?”

Sudah dua hari ini Nala menjadi sering mengumpat, mungkin ketularan sahabatnya atau sedang melampiaskan amarahnya terhadap Akesh yang selama ini hanya bisa ia pendam sendiri.

“Lebih luas juga,” jawab sahabatnya santai karena ini bukan pertama kali ia makan di sini, berbeda dengan orang yang kini duduk di sampingnya itu, yang dunia perkuliahannya sebatas kampus dan asrama saja.

Dua sahabat itu kini duduk di depan salah satu kedai yang paling tidak ramai. Mereka enggan mengantre, tenggorokannya ingin segera disiram air es. Nala sebelumnya memesan es jeruk dan beberapa camilan untuk dua porsi.

Tak butuh waktu lama, pesanan mereka datang. Agas izin mengangkat telepon, lelaki itu menuju ke tempat yang tidak bising. Nala memilih untuk mengunyah jamur krispi dan kentang goreng.

Saat mulutnya penuh, punggungnya terasa sedang dibidik oleh senapan. Hal ini membuatnya tidak nyaman. Seperti terjangkit kesemutan semu.

Ketika menoleh ke belakang, ternyata seseorang sedang menatapnya tidak senang. Sorot yang ia kirimkan adalah sinyal permusuhan.

Sayangnya Nala bukan gadis penakut lagi. Pendiam bukan berarti pemalu. Merasa ditantang, ia tatap balik orang tersebut. Tak kalah sengit.

Bahkan tatapan Nala sedikit meremehkan. Ia tidak ingin kalah dari wanita itu, Rachel musuh bebuyutannya.

Jarak mereka tidak dekat juga tidak jauh. Rachel bersama dua teman wanitanya duduk berjarak tiga meja dari sana.

Dua temannya membisikkan sesuatu ke telinga Rachel, sambil tertawa-tawa sembari sesekali melirik Nala. Gadis itu nyaris kehilangan kesabaran sehingga dalam hitungan detik pertahannya yang ringkih itu pun jebol.

Ia berdiri dan hendak segera menghampiri mereka.

Nala dalam mode PMS (pra menstruasi) memang tidak kenal takut. Jika sedang kondisi normal, mungkin ia bahkan tidak akan berpikir untuk bertindak demikian.

Langkah itu ia urungkan karena Agas sudah kembali. Gadis itu pun kembali duduk.

“Eh bukannya itu pacarnya Kak Akesh?”

Nala acuh tak acuh menanggapi Agas. Sebagai gantinya, ia menyuapkan jamur krispi ke mulut sahabatnya itu. “Enak kan?”

Setelah menghabiskan semua makanan di meja, mereka pun berebut ingin membayar.

“Biar gue yang bayar,” ucap Agas.

“Gue aja!”

Nala menekan dua kata tersebut.

“Oke,” jawab Agas sambil tertawa geli. Dari apa yang ia pelajari, jangan pernah menentang keinginan wanita saat mereka sedang PMS.

Setelah membayar, Nala mempercepat langkahnya. Agas berjalan pelan di belakangnya, lelaki itu tengah fokus membalas pesan seseorang. Tanpa ia sadari, sahabatnya itu sudah ada di meja Rachel dan dua kawannya.

“Hai, kenalin gue Nala. ‘Sahabat baik’ Akesh, kami sudah kenal ‘sejak kecil” ucapnya tepat setelah duduk di antara mereka.

Mata ketiganya terbelalak. Namun Rachel segera mendengus kasar.

“Kehadiran lo nggak diharapkan di sini!”

“Gue tahu, makanya gue mampir bentar,” kekehnya pelan. Nala seperti orang yang berbeda saat ini.

Ketika menyadari perang dunia akan segera meletus, Agas berlari kecil dan segera menarik sahabatnya itu.

“Sorry kami ada kuliah dadakan sekarang. Ayo La, bye.”

Tiga orang itu pun langsung bergosip. Agas dan Nala bisa mendengar suaranya, namun keduanya tidak tahu apa isi pembicaraan mereka.

Agas masih memegang lengan Nala sampai keduanya keluar dari gedung Fisip. “Emang kita ada kuliah dadakan, Gas?”

“Iya, mata kuliah ‘cara mengendalikan diri saat lagi PMS’.”

Nala tertawa geli mendengar penuturan Agas. Bahkan ia sampai memegangi perutnya.

“Lo kalau lagi PMS kaya gini mending istirahat aja deh di asrama, nanti gue tanda tanganin presensi lo,” sahut Agas.

“Apaan sih, lebay banget lo. Ayo pergi,” ujar Nala sambil melenggang pergi.

Fisip sangat dekat dengan FIB, dua fakultas ini hanya dipisahkan oleh jalan raya. Mereka datang ke sini berjalan kaki dan mobil mereka terparkir di Fakultas Ilmu Budaya.

Agas mengerutkan keningnya saat menatap punggung Nala. Rasanya ada yang sedikit berbeda.

1
piyo lika pelicia
mampir yuk
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
rasain siapa suruh buang berlian untuk setumpuk sampah
piyo lika pelicia
"Kalau ada
piyo lika pelicia
"Kenapa
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
hih jijiks 😒
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
hhh kasihan kamu camel
piyo lika pelicia
"Kemana saja
piyo lika pelicia
"Gini
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
"Tujuan
piyo lika pelicia
sungguh capek karena pengangguran 🤣
Durrotun Nasihah
tahu....tahu....tahu ...
Durrotun Nasihah
akesh keren.../Drool//Drool/
mooty moo: 🌟🌟🌟🌟🌟
total 1 replies
Bilqies
typo kak
mooty moo: makasih kak🤭
total 1 replies
Bilqies
cemburu nih
Bilqies
semangat terus kak
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!