NovelToon NovelToon
Si Rubah Licik

Si Rubah Licik

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar dan dikhianati suami tercinta. Hanya karena paras dan penampilannya yang tidak menawan.

Hidup ditengah-tengah manusia yang suka menghakimi sesama dan berbuat dusta. Rasa sakit mana lagi yang tidak dapat dia hindarkan?

Itulah mengapa dia memalsukan kematiannya dan menyamarkan identitasnya menjadi sesosok yang lain, demi membalaskan dendamnya!

Saking heroik setiap aksi yang ditunjukkannya lewat identitas barunya, dia sampai dijuluki si rubah licik! Mengapa bisa terjadi? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Penasaran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Kejanggalan

Di tempat lain.

Apartment Susi.

"Arrggh! Sakit! Bisa pelan nggak?!" Bram tampak mengerang kesakitan ketika Susi kekasihnya mengoleskan obat merah pada luka-luka di bagian wajahnya.

Susi tersentak dan mengerutkan muka, "lagian kamu habis ngapain sih? Kenapa ampe babak belur begini?"

Bram terdiam enggan menjawab. Sedangkan Susi menebar-nebar rata obat merah, dengan kasar. Hal tersebut dia lakukan sebagai luapan kekesalan sebab tidak jadi shopping-shopping manja di mall, "dasar! Harusnya aku tengah unboxing belanjaan aku sekarang! Errggggh geramnya! Gajadi dulu deh beli tas Duor keluaran terbaru!"

Akibat kekasarannya demikian, sang kekasih hati dibuat tiada henti mendesis sakit. "Shhh! Emang ya! Kamu tidak ada lembut-lembutnya sama sekali!" Gertak Bram melonjakkan kejengkelan Susi Anastasia, tanpa umpan balasan.

Bram pun tersinis. Dan tau-taunya tenggelam dalam lamunan. Memikirkan tentang tragedi yang menimpanya di club malam saat hendak melecehkan Ayuma. Menelaah siapakah pria yang menghajarnya brutal.

Ia mendecih malu sekaligus menyesal mengapa bisa berbuat sebodoh itu kepada Ayuma. Tidak ada yang tahu. Kecuali dirinya dan yang maha kuasa. Bisa saja dia begitu karena kemasukan jin tomang ataupun memang spontan kehendaknya sendiri.

"Semoga kejadian tadi Ayuma tidak menyadarinya! Jabatanku bisa berabe kalau sampe terungkap!"

...****************...

...****************...

Malam berlalu. Esoknya menyambut.

Di kamar hotel.

Terlihatlah dua insan berbeda yang tidak berpakaian, terbalut menyatu dalam ketebalan selimut.

Dimana posisi sang wanita berada di atas tubuh pria gagah yang semalam sukses menggaulinya. Merekalah Ayuma dan Hendrik.

Dikala siang telah menunjukkan dominasinya, Ayuma membuka matanya akibat terkena sedikit silauan mentari dari balik gorden jendela.

"Sudah pagikah?" Batinnya menyipitkan mata, mengumpulkan nyawa.

Ia merenung sesaat.

Tak lama sesudahnya Ayuma tersentak seketima, tatkala badannya merasakan ada sesuatu yang berbeda. Tepat di bawah badannya.

Terasa kokoh, empuk dan menggelitik. Apalagi pada bagian intimnya yang tertancap suatu benda tumpul nan panjang.

Ayuma bingung.

Kepalanya yang tadinya menghadap samping, pelan-pelan diputarnya memandang pasti pada sesosok Hendrik yang terpulas tidur. Bahkan mendengkur. Sebelahnya tangannya tampak merangkul pinggang Ayuma dan satunya menyangga di jidat.

Degggg.

Ayuma terbelalak, jantungnya berdegup kencang!

Tanpa berpikir panjang, teriakannya terlantang dahsyat, "AHHHHHH!!"

Brukkk.

Srappp!!

Ayuma terbangun dan segera meraih selimut membalut tubuhnya yang polos, lalu terduduk di sudut kasur.

Ia gemetar dan pikirannya melayang-layang.

Mencoba mengingat-ingat kira-kira apa yang sudah mereka lalui kemarin malam.

Mendengar lengkingan suara Ayuma, Hendrik terkejut dan langsung memelekkan Maya terbangun. Menyebar pandangannya dan mendapati Ayuma nampak pucat dan shock.

"Ahh, Ayuma? Selamat pagi." Bukannya ikut tercengang atas keadaan, Hendrik malah terduduk dan melebarkan senyuman identiknya sambil bertanya. Ia tidak peduli terhadap tubuhnya yang bertelanjang dada. Memperlihatkan roti sobeknya yang kecoklatan.

"KURANG AJAR!!"

PLAK!!

Ayuma tanpa basa-basi menampar Hendrik.

"Apa yang telah kau lakukan padaku?!" Sembur Ayuma, melupakan kejadian sebenarnya.

Hendrik yang wajahnya terhempas oleh tamparan keras Ayuma, menyeringai seram dengan tangan memegang pipinya yang panas pedas.

"Hei. Kau ini benar-benar lupa?"

"Apa pura-pura lupa?"

"Atau memang tidak sadar?"

Ucap Bram, dingin. "Coba ingat-ingat. Bukannya kau yang mengajakku duluan?" Sambungnya yang menyadarkan Ayuma dalam sekejap mata.

Ayuma termangap sejenak dan wajahnya memerah tomat. Ia sontak memalingkan muka, menahan rasa malunya seraya mengumpat, "Ayuma! Kau!! Astaga!"

"Bisa-bisanya aku kehilangan kendali! Aduh! Bagaimana ini? Aku benar-benar malu dan tidak berani memandang tuan Hendrik! Kyaaaa! Aku ingin mati saja sekarang!" Ayuma merengek dalam hatinya.

Sementara Hendrik cuman tersenyum puas, tanpa rasa bersalah. "Bagaimana? Semalam enak kan? Kau bahkan memintaku melakukanya beberapa ronde."

"Ayuma. Kau sungguh diluar dugaan ya." Ujar Hendrik menggeleng-gelengkan kepala.

"Ka.. Kau!!" Perasaan Ayuma kian berpacu. "Diam! Berhentilah membahas-bahas itu! Aku tidak sengaja."

"Maafkan aku." Sambungnya menundukkan wajah, mengaku.

...****************...

...****************...

Beberapa hari setelahnya.

Di Paris, Prancis.

"Huwaaa, bibi! Mana mommy?!" Di sebuah kediaman yang cukup besar dan mewah, seorang anak kecil berkisar 6 tahunan bernama Pino meraung-raung memanggil-manggil nama ibunya. Ia menolak mengonsumsi makanan lezat yang tertata rapi di meja makannya, dikarenakan sudah satu minggu belum bertemu sang ibu tercinta.

Pengasuh yang cemas dan khawatir terhadap mood Pino, lekas mengangkat badan anak itu lalu memangkunya. Berusaha menenangkan Pino sembari menepuk-nepuk lengannya, "shuhh. Adek yang sabar ya. Mami sedang pergi bekerja. Nanti kan bakal pulang lagi dan main sama dede."

Pino menjawab, "tidak mau! Pokoknya Dede mau menyusul mommy. Dede kangen banget sama mommy, huuuu."

Sang pengasuh kian digerogoti kegelisahan. Ditambah beberapa hari terakhir, nafsu makan Pino menurun drastis. "Duhh, bagaimana ya? Apa aku mesti menelepon Nyonya?"

"Ta.. Tapi... Nyonya kan amat sangat melarang menelepon dirinya jikalau tengah berada di luar Perancis. Apalagi bila bersama tunangannya."

"Namun... Bagaimana nasib tuan muda Pino? Kesehatannya terus menurun seiring berjalannya waktu."

Pada waktu bersamaan.

PT. Hen Futures. Ruang CEO.

"Ini berkas-berkas yang anda minta tuan." Yoga mengulurkan sejumlah file berupa data-data penyelidikan seseorang.

Hendrik mengambilnya dan mengamati setiap penjelasan dalam bentuk tulisan yang terpampang rapi di atas kertas tersebut dengan seksama.

Matanya memicing tajam dan ujungnya bibirnya seringai lebar tatkala mengetahui kenyataan bahwa, "ternyata dugaanku selama ini benar."

"Jika yang membuat Zahra selalu mengulur waktu pernikahan, bukan disebabkan oleh banyaknya jadwal syuting maupun kesibukan. Melainkan karna dia memiliki alasan lain yakni seorang anak dari pria yang tidak kukenali." Hendrik mengepalkan tangan. "Zahra Zahra. Tidak kuduga kau dapat berbuat demikian di tahun-tahun saat kita lagi asyik-asyiknya memadu kasmaran. Maka jangan heran bila aku melakukan hal yang sama."

Di sisi lain.

Ayuma kelihatan mengemudi mobilnya dengan pandangan mata lurus ke depan, walaupun isi hatinya bergejolak. Masih terngiang-ngiang peristiwa cocok tanam antara dirinya dan Hendrik.

"Iggghh!! Kenapa aku kepikiran soal itu sih?!!" Ayuma menepak-nepak jidat dan mengigit bibirnya kesal disertai ekspresi yang masam, "sadarlah Ayuma! Sadarlah!"

Dan dikala Ayuma terombang-ambing dalam pikirannya yang overthinking, tiba-tiba dia tidak sengaja menoleh ke kaca spion mobil. Menemukan ada sebuah motor dengan dua orang berpakaian serba hitam bersamaan dengan helmnya, tampak mengekori Ayuma dari belakang.

Ayuma tersengat dan menjeling sinis. Matanya tidak berhenti terpatri, untuk sesekali memastikan keberadaan para pemotor tersebut.

"Ada yang tidak beres!!" Ayuma yang ngeh terhadap kejanggalan segera mempercepat laju mobilnya dan menelpon Pak Ernando.

"Halo nona? Itukah anda?"

"Anda diperjalanan ke kantor kan?"

"Astaga. Syukurlah. Anda sudah tiga hari belum masuk-masuk kerja. Saya jadi pusing memikirkan pekerjaan yang menumpuk tiada henti."

"Cepatlah kemari, ada banyak dokumen-dokumen yang perlu di cek dan ditandatangani."

Pak Ernando seketika ngerocos. Ayuma yang terlibat ketegangan, tiba-tiba mendatarkan wajah sesaat. Namun selepasnya dia menuturkan, "Pak. Maafkan aku. Tapi sepertinya aku agak telat."

"Sebab ada orang-orang yang harus saya beri pelajaran."

Tut.. Tut. Ayuma memutuskan sambungan telepon!

"Halo nona? Halo!!"

"Yahhh. Kebiasaan." Pak Ernando pun pasrah dengan keadaan."

Sedangkan di perjalanannya hendak menuju ke perusahaan setelah beberapa hari tidak memperlihatkan batang hidungnya, Ayuma membelokkan haluan mobilnya ke jalanan sepi tanpa pengendara. Brummm!!!

Dan dugaannya benar, para pemotor itu tetap mengikutinya, entah apa yang segera mereka lakukan!

1
Aisyah Suyuti
seru
Fitria Dewi
yeyyyyyy happy ending 🥳👍👍👍👍👍👍
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Huuu, makasih loh udah nemenin sampe akhir🤧 Terhuruuu akutu
total 1 replies
Fitria Dewi
Hendrik cpetan Dateng kasihan ayuma 🥺
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: 🥺🥺🥺🥺🥺😭
total 1 replies
Fitria Dewi
lanjut tor semangat 💪🥳
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Maacihhh
total 1 replies
Resi Maulana
Luar biasa
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Makasih kak🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!