NovelToon NovelToon
Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rifaat Pratama

Menganggur selama 3 tahun sejak aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, aku tidak mengetahui ada kejadian yang mengubah hidupku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifaat Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

Mbak Putri yang duduk di kasur Ayah, segera menyingkir. Pak Kepala Desa kemudian duduk menggantikan Mbak Putri di tempatnya. Dia memegang tangan Ayah, mencoba mendoakan Ayah dan berbicara dengan Ayah.

Pak Kepala Desa itu menyentuh dada Ayah, kemudian menyentuh kaki Ayah.

“Ini nafasnya udah mau naik ke atas Bu, nafasnya sekarang cuma ada di dada ke atas.” Aku tidak tahu apa yang pria tua itu bicarakan awalnya, tetapi pikiranku telah menyimpulkan bahwa ruh Ayah akan segera meninggalkan tubuhnya.

Aku mencoba tetap tegar, mataku tertutup oleh air mata yang keluar tiba-tiba. Aku tidak ingin orang-orang ini melihatku menangis, jadi aku dengan cepat mengusap mataku untuk menghilangkan air mataku.

“Kalau mau di bawa ke rumah sakit dulu, coba dulu Bu. Soalnya kan peralatan saya kurang memadai.” Kata Mbak Putri sambil memeluk Ibuku. Tetapi ketika aku melihat ke sekitar, wajah orang-orang itu seakan sudah siap melepaskan sesuatu. Ekspresi mereka sangat sedih sampai mereka tidak bisa membuka mulut mereka sama sekali.

“Yaudah bawa dulu ke rumah sakit.” Aku mendengar masih ada harapan di sana, jika kami bisa membawa Ayah ke rumah sakit mungkin Ayah bisa kembali seperti semula.

Aku langsung berlari ke kamarku untuk mengambil ponsel, panggilan videoku dengan Melissa masih terhubung dan dia menungguku di sana. Tetapi aku tidak memikirkannya lagi, aku meraih ponselku dan mengatakan kepada dirinya. “Aku tutup dulu, Ayahku sakit.”

Aku langsung menutup panggilan video dengan Melissa, aku bahkan tidak memberikannya waktu untuk menjawab.

Dengan cepat aku membuka aplikasi penyedia transportasi online, mencoba memesan sebuah mobil untuk membawa Ayahku ke rumah sakit. Namun, jumlah pengendara di jam saat ini sangatlah sedikit dan butuh waktu lama untuk mencari.

Ketika pengemudi ditemukan, jaraknya 10 menit dari rumahku. Aku dengan cepat membatalkan pesanan itu sambil mengirimkan permintaan maaf karena aku sedang terburu-buru.

Aku terus mencoba dan selalu mendapatkan pengemudi yang jauh dari rumahku. Aku mencoba 3 kali, 4 kali, sampai aku menemukan pengemudi yang dekat dengan jarak rumahku. Ketika aku mencoba untuk kelima kalinya, aku menerumah pengendara yang jaraknya tidak jauh dari rumahku. Dia hanya perlu memutar balik, berjalan sedikit dan sampai rumahku, jaraknya hanya 4 menit dari rumahku.

“Pak tolong cepet pak, Ayah saya kritis.” Aku tidak bisa menyembunyikan situasi yang kualami, jadi aku dengan cepat mengirimkan pesan kepada pengemudi itu agar dia bergerak cepat.

Saat aku keluar dari kamar, Ibuku sedang memeluk Ayahku, dia menangis sambil memeluk tubuh Ayah.

“Ayah, maafin Bunda ya. Maafin aku.” Ibu terus menangis, mengulangi hal yang sama. Ini membuatku semakin khawatir, sekarang air mataku tak terbendung lagi. Melihat Ayahku berbaring kaku dan Ibuku yang memeluk Ayah sambil menangis, aku tidak bisa menahan air mataku lagi.

Aku melihat ke arah ponselku, dan saat ini, aku merasa 4 menit adalah waktu yang sangat lama. Aku bahkan merasakan setiap detik yang terlewati dan itu seperti berkendara menggunakan bis untuk pergi dari 1 pemberhentian ke pemberhentian lainnya.

Aku mengigit jariku dan terus menatap ponselku, mobil pengemudi itu memang bergerak dengan cepat. Tetapi tidak cukup cepat untuk membuat aku kehilangan rasa cemasku.

Aku melihat ke arah Ayah yang dikerumuni banyak orang, Pak Kepala Desa menyentuh kepala Ayah. Namun, dia tiba-tiba menggelengkan kepalanya dan tidak berkata apapun.

Seseorang kemudian mencoba mengambil cermin kecil, mengarahkannya di depan wajah Ayahku. Tetapi dia kemudian reaksi yang dia tampakkan adalah reaksi yang membuatku kesal.

“Udah gak ada uapnya Bu, Bapak udah pergi.” Kata orang itu.

Mendengar itu, aku hanya menatap Ayahku. Sesuatu di dalam diriku tiba-tiba serasa ingin meledak, aku melihat ponselku dan pengemudi itu masih berjarak 2 menit dari rumahku.

Kakiku menjadi lemas, bahkan aku tidak lagi memiliki kekuatan untuk berdiri dan menopang tubuh bagian atasku. Dengan tangan yang gemetar, aku meminta maaf kepada pengemudi itu.

“Maaf Pak, gak jadi. Ayah saya sudah pulang.” Setelah mengirimkan pesan itu, aku langsung membatalkannya.

Ibuku menangis di atas tubuh Ayahku sambil memeluknya, Ibu Mbak Putri mencoba menenangkan Ibuku dengan memeluk tubuhnya. Tetapi saat ini, aku merasa duniaku hancur. Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana, saat ini aku sedang terjatuh di tanah, melihat Ibuku menangisi Ayahku dan orang-orang yang memenuhi rumahku sambil menutup wajah mereka.

Aku mencoba bangkit dan berjalan ke arah Ayahku, aku melihat wajah Ayah. Saat ini mata arah benar-benar tidak melihat apapun, tubuhnya hanya membeku di sana. Aku masih berpikir apakah ada sesuatu yang bisa menyelamatkan Ayah lagi, tetapi bagaimanapun dipikirkan, itu mustahil. Yang bisa kami lakukan adalah menerima takdir.

Seluruh warga yang berkumpul di rumahku kemudian keluar, Pak Kepala Desa beranjak dan juga keluar. Mengarahkan semua pemuda untuk menyiapkan pemakaman. Lingkunganku adalah tempat yang ramai karena di sini masih ada orang-orang yang berkeliling menjaga keamanan. Jadi tidak heran jika rumahku sampai penuh oleh mereka yang datang.

Ibu dan Adikku terus menangisi Ayah di samping tempat tidurnya. Aku dengan berat hati pergi ke kamarku yang gelap dan duduk di sana. Aku tidak bisa menahan air mataku, jadi aku menangis di dalam kegelapan agar tidak ada orang yang melihatnya. Aku juga mencoba tidak mengeluarkan suara apapun agar seseorang tidak bisa mendengar bahwa aku sedang menangis.

Saat ini aku hanya menunduk, memeluk kedua kakiku dan menangis. Aku menyalahkan diriku sendiri, seharusnya aku keluar lebih cepat. Jika aku melakukannya mungkin Ayah masih hidup dan kita bisa membawanya ke rumah sakit untuk disembuhkan. Tetapi sesuatu dalam diriku seperti berbisik bahwa itu bukanlah salahku.

Aku kemudian berpikir, jika aku menjalani kehidupan normalku dan tertidur di waktu yang biasa aku tidur. Mungkin aku tidak bisa melihat Ayahku di momen terakhirnya, jika aku tidak mengambil minum jam 2 pagi, bisa jadi aku baru sadar bahwa Ayah sudah tidak ada pada keesokan harinya. Namun, apapun yang kupikirkan, bagaimanapun aku mencoba berpikir sesuatu yang baik, aku selalu berakhir dengan menyalahkan diriku. Aku menyalahkan diriku seharusnya aku berada di sampingnya dan selalu mengeceknya setiap waktu.

Aku tidak bisa melakukan apapun sekarang, saat ini aku hanya bisa menangisi kepergian Ayah di kamar sendirian. Mengingat wajah Ayah yang kaku, mengingat saat aku kesal, saat aku senang, saat aku tidak pernah mendengarkan saran Ayah. Semua memori itu tiba-tiba melewati kepalaku, saat ini aku berharap bahwa semua ini hanya mimpi karena aku sudah tertidur. Aku berharap Ayah datang ke kamarku seperti yang biasa dia lakukan, memanggil namaku dan hanya tersenyum ketika membuka pintu kamarku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!