Dia Milikku Bukan Milikmu

HAPPY READING

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Bagaimana bisa pria itu tidak terlihat ada rasa bersalah sama sekali?! Padahal jelas-jelas dia sudah berselingkuh dan mengkhianatinya, dengan menghamili perempuan lain!

"Kenapa harus aku yang mengerti dirimu? Kenapa bukan kamu yang mengerti aku? Masalah ini akan selesai, hanya jika wanita itu tidak ada diantara kita"

"Nes, wanita itu tidak akan menggangu hubungan kita. Dia akan pergi setelah anak itu lahir"

"Kenapa harus menunggu sampai anak itu lahir?! Kenapa dia tidak bisa pergi sekarang?! Aku mau dia dan anaknya, pergi sekarang juga dari hidup kita!" Seru Agnes dengan wajah yang semakin memerah karena amarah yang membara dihatinya.

"Kenapa kamu sangat keras kepala sih Nes? Padahal masalah ini terjadi, juga karena dirimu" Sikap keras kepala Agnes membuat kesabaran Wisnu mulai menipis.

"Kenapa kamu jadi menyalahkanku? Jelas-jelas kamu yang menghamili perempuan itu dibelakangku" Tanya Agnes yang bingung dan tidak terima karena tiba-tiba dia yang disalahkan atas perbuatan bejat Wisnu. Padahal jelas-jelas dialah yang dikhianati!

"Karena malam itu aku sedang mabuk! Hatiku hancur hingga aku stress dan mabuk-mabukan! Dan kamu tau penyebabnya apa?! Karena kamu berselingkuh dengan pria itu, dan mencampakkanku!" Ungkap Wisnu dengan nada tinggi.

Sedari tadi dia diam dan berusaha sabar. Namun Agnes terus saja memojokkannya. Seakan-akan dia adalah orang yang paling bersalah.

Padahal apa yang terjadi padanya ibarat asap, yang tidak mungkin akan terjadi tanpa adanya api. Dan Agnes sendirilah yang telah menyalakan api itu, hingga masalah besar ini bisa terjadi.

"Jadi kamu menyalahkanku?!"

"Aku tidak menyalahkan siapapun Nes. Aku hanya bicara sesuai fakta. Memang seperti itulah kejadian yang sebenarnya. Aku tidak sengaja memperkosa Annisa. Karena saat itu aku mengira dia adalah kamu" Jawab Wisnu dengan nada suara yang mulai menurun kembali. Rasanya dia sudah mulai lelah dengan perdebatan yang tiada ujungnya ini.

"Terserah apapun alasanmu. Yang jelas sekarang aku minta, kamu tinggalkan perempuan itu! Sama seperti aku yang sudah meninggalkan pria itu demi kembali padamu"

"Aku sudah bilangkan? Aku akan meninggalkan perempuan itu, setelah dia melahirkan anakku"

"Untuk apa menunggu sampai dia melahirkan? Kenapa tidak sekarang saja kamu tinggalkan dia?"

"Karena itu adalah anakku. Darah dagingku. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Aku tidak bisa membiarkan dia hidup susah bersama wanita itu. Kalaupun nanti kamu bisa memberikanku anak setelah kita menikah, tetap saja aku tidak bisa membuang anak itu. Karena dia juga anakku. Meskipun dia terlahir dari wanita yang tidak aku cintai"

"Oke, kalau kamu bersikeras ingin merawat bayi itu. Aku yang akan mundur"

"Maksudnya? Mundur bagaimana?" Tanya Wisnu bingung.

"Ya kita batalkan saja rencana pernikahan kita"

"Kamu ingin membatalkan pernikahan kita, untuk kedua kalinya?"

"Ya kalau kamu tidak mau, kamu harus memilih. Kamu lebih memilih aku, atau anak dari perempuan jalang itu! Kamu lebih memilih bayi itu, aku yang akan pergi" Ucap Agnes dengan berapi-api.

"Kamu yakin, ingin meninggalkanku lagi? Bukankah kamu sendiri yang bilang, akan menggunakan kesempatan kedua yang aku berikan, untuk memperbaiki hubungan kita?" Tanya Wisnu yang rasanya tidak percaya kalau wanita itu akan kembali menyia-nyiakannya.

Padahal dia sudah memberikan perempuan itu kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya yang dulu. Dia juga sudah menjelaskan semuanya bagaimana dia bisa memperk*sa Annisa hingga hamil anaknya.

Tapi kenapa wanita itu tetap saja tidak bisa mengerti, dan tetap dengan argumennya sendiri? Bahwa dia dan Annisa sudah berselingkuh darinya.

"Aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Bukan menerima anak dari perempuan murahan itu"

"Ya sudah kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu. Aku akan menerimanya" Ucap Wisnu pasrah.

"Maksudmu, menerima apa?" Agnes mengernyit bingung.

"Ya aku bisa apa? Kalau kamu ingin membatalkan pernikahan kita untuk kedua kalinya. Mungkin aku memang harus belajar menerima kenyataan, kalau kita tidak berjodoh"

"Jadi kamu lebih memilih anak h*ram itu daripada aku?!" Seru Agnes yang sangat terkejut hingga merasa tidak percaya kalau Wisnu lebih rela kehilangan dirinya, ketimbang anak h*r*mnya itu.

Apa segitu berharganya anak dari wanita murahan itu, ketimbang dirinya? Wanita yang katanya sangat dia cintai?!

"Agnes cukup. Aku sudah cukup sabar menghadapi sikap keras kepalamu. Jangan terus-terusan menguji kesabaranku, dengan menyebut anakku sebagai anak h*ram. Kalau kamu ingin meninggalkanku lagi, kamu bisa pergi sekarang. Tidak ada yang akan mencegahmu. Nanti aku akan bilang pada keluargaku, kalau kita sudah sama-sama sepakat, untuk membatalkan pernikahan kita" Wisnu berkata dengan gusar. Kesabarannya benar-benar sudah habis.

Dia tau Agnes adalah wanita yang keras kepala, arogan, angkuh dan egois. Namun dia tidak menyangka kalau perempuan itu akan menghina seorang anak yang tidak berdosa. Bahkan anak itu belum lahir kedunia.

Dia tidak bisa terima ada yang menghina anaknya! Sekalipun yang melakukannya adalah wanita yang dicintainya!

Padahal dia dengan tulus bisa memaafkan dan menerima Agnes, setelah apa yang dia lakukan padanya. Tapi kenapa Agnes tidak bisa melakukan hal yang sama? Memaafkan dan menerimanya apa adanya. Dia hanya memintanya untuk menerima anak itu. Bukan menerima ibunya.

Wisnu melangkahkan kakinya, meninggalkan Agnes dengan kemarahan. Dan hal itu membuat Agnes jadi resah. Dia tidak ingin meninggalkan Wisnu ataupun membatalkan pernikahan mereka. Semua yang dikatakannya hanya untuk menggertak pria itu saja, supaya dia mau meninggalkan wanita itu dan anaknya.

Ternyata pria itu bersikeras ingin memiliki bayi itu, dan tidak akan meninggalkannya apapun yang terjadi. Jika pernikahan mereka sampai batal, maka tidak ada lagi yang bisa dia manfaatkan untuk menyokong kehidupannya.

Tidak-tidak!! Itu tidak boleh terjadi! Dia tidak mau hidup susah!!

"Honey tunggu" Seru Agnes mengejar Wisnu yang terus berjalan dengan langkah lebar tanpa menghiraukannya.

Setelah berhasil menjangkau Wisnu dengan berlari kecil, Agnes memeluk pria itu dari belakang dengan manja.

"Tolong jangan tinggalkan aku honey. Aku tidak bisa hidup tanpamu" Rayunya dengan nada suara lembut.

"Bukan aku yang meninggalkanmu. Tapi kamu sendiri yang meninggalkanku. Aku tidak akan memaksamu untuk menerima anakku, kalau memang kamu sangat keberatan akan hal itu. Aku juga tidak butuh wanita, yang menghina dan membenci anakku" Jawab Wisnu datar dengan tatapan tajam lurus kedepan.

"Aku minta maaf honey. Aku sedang emosi. Baiklah, demi kamu, aku akan menerima anak itu. Aku akan menjadi ibunya. Aku akan menganggapnya seperti anakku sendiri. Asalkan kamu tidak membatalkan pernikahan kita. Aku tidak mau kehilanganmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu honey" Ucap Agnes terpaksa mengalah.

BERSAMBUNG