NovelToon NovelToon
Perjalanan

Perjalanan

Status: tamat
Genre:Tamat / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: jauharul husni

Namaku Dimas dan kini aku sedang berada di pondok pesantren, sebenarnya aku tidak pernah berpikir untuk mondok bahkan dalam kehidupanku aku tidak pernah merasa kalau Tuhan selalu berada di dekatku.

Tapi setelah aku bertemu dengan salah satu anak bernama Bayu beberapa waktu lalu, aku jadi sangat ingin berada di dekatnya, aku tertarik pada kelakuan radikal yang selalu dia lakukan.

Kelakuannya inilah yang membuatku menyadari sesuatu, bagaimana kalau sebenarnya pertemuan kami ini bukanlah kebetulan, apakah sebuah keberuntungan jika aku berada di dekatnya dan terus mempelajari kehidupannya.

Ceritaku akan lebih berfokus pada sisi gelap dari suatu hal yang selalu kita anggap remeh, seperti pondok pesantren, semua orang juga tahu kalau tempat ini adalah tempat dimana orang orang beragama dilahirkan.

Tapi apa kalian pernah berfikir kalau tempat ini memiliki sisi gelap yang bahkan lebih busuk daripada tempat lainnya, bagaiman jika aku mengatakan kalau disana ada banyak sekali pembullyan dan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jauharul husni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhir dari drama panjang, tapi cerita masih belum berakhir.

Dengan ditemani oleh Daffa, mereka berdua berjalan melewati kerumunan anak yang ada di sungai, hal ini menandakan kalau solat di asrama kami telah selesai dan banyak anak mulai mandi atau mengambil jatah makanan di belakang rumah kyai atau lebih tepatnya di dapur rumahnya, mereka yang tidak peduli dengan makanan pergi ke sungai untuk mandi tanpa memperhatikan airnya yang bewarna coklat, lebih tepatnya mereka telah terbiasa dengan hal ini. Kami berdua tetap berjalan menunduk tanpa menyadari kalau Alfin, Iqbal dan Ilul sedang memandangi kami dari dalam air, mereka tidak berani menyapa kami dan terus bermain air seolah olah tidak terjadi apa apa.

Dewa berjalan cepat mendahului Daffa, perilakunya tadi yang sangat ketakutan kini berganti menjadi antusiasme tinggi, dia sangat bersemangat dan Daffa hanya tersenyum senang melihatnya, dia senang karena bisa membujuknya. Kini mereka berdua telah sampai di jembatan dan langsung berjalan sedikit lebih cepat dari yang tadi, Daffa kini menjadi lebih bersemangat mengenai mimpinya, dia percaya kalau dia bisa membuktikan kepada Bayu kalau ini bukan hanya omong kosong, melainkan sesuatu yang akan dia wujudkan.

Mereka berjalan bersama tanpa berbicara sama sekali, Daffa memang sengaja melakukannya karena dia ingin membiarkan Dewa memikirkan hal hal yang harus dia ucapkan saat bertemu sahabatnya. Pada akhirnya kami telah sampai dijalan bawah jemuran yang membuat cara berjalan cepatnya Dewa melambat, tangannya bergetar karena gugup dan sebenarnya malu untuk bertemu mereka semua. Aku yang melihatnya melambat, memegang tangannya sembari tersenyum memberi semangat, kami pada akhirnya mulai berjalan normal sembari saling memegang tangan seperti anak kecil.

Kami telah sampai dan langsung disambut oleh empat orang di samping warung hijau, wajah mereka yang awalnya sedih kini berubah menjadi sangat senang melihat batang hidung Dewa, begitu juga dewa yang walaupun mukanya masih memerah dia masih bisa tersenyum menyambut mereka, Daffa melepaskan genggaman tangannya dan langsung mendorong Dewa kearah mereka, dia lalu berbalik dan berniat tidak ikut campur terhadap kesenangan mereka.

Aisyah langsung memeluk erat tubuh Dewa sembari menangis, dia tidak bisa mengungkapkan perasaan bahagia yang mendatanginya hanya dengan ucapan. Ayahnya hanya tersenyum sembari tetap berbinar melihat mereka berdua yang sangat romantis dimatanya, benar benar ayah impian. Orang tua Aisyah juga tersenyum gembira dan saling berpelukan satu sama lain mensyukuri apa yang membuat mereka bersitegang sedari tadi akhirnya kembali.

"He, seng karo Dewa mau ( Hei, yang bersama Dewa tadi )." Ayah Dewa sekali lagi terus saja mengucapkan kata menjengkelkan itu, membuat Daffa yang belum berjalan terlalu jauh langsung menoleh, dia menerima isyarat tangan ayah Dewa yang menyuruhnya datang dan pada akhirnya hanya bisa menurutinya, entahlah, walau Daffa terlihat seperti orang caper tapi dia benar benar hanya berniat membantu Dewa tanpa berharap akan ikut sesi mengharukan itu.

"Enten nopo ngge ( Ada apa ya? )." Daffa yang masih belum siap menghadapi orang tua itu hanya bisa bertanya seperti seolah olah tidak ada yang terjadi. Dewa yang melihatnya berusaha melepaskan pelukan itu tapi Aisyah masih saja ingin memeluknya tanpa mempedulikan banyak santri yang berjalan di sana sini melihatnya. Ayah Dewa hanya memegang pundak Daffa lalu menyeretnya ke sampingnya agar pundak Daffa bisa menjadi alas untuk tangan ayahnya yang sok akrab dengan semua orang, Daffa mencium bau alkohol yang sangat melekat pada tubuh orang ini.

"Westala. oh iyo, kenek opo tanganmu iku? ( Sudahlah. Oh iya, ada apa dengan tanganmu itu? )." Dia bertanya kepada Daffa yang membuatnya langsung menggenggam tangannya dan melihatnya, kulit dan daging tangannya terkelupas dan terlihat sebuah benda putih didalamnya, hal ini ada pada kedua tangannya yang ternyata, walaupun ayahnya Dewa adalah pemabuk tapi matanya masih berfungsi dengan normal.

"Sepurane, aku mboten saget jawab ( Maaf, aku tidak bisa menjawabnya )." Daffa menunduk dalam dalam, dia tidak mau lagi mengingat kejadian tadi yang langsung dimengerti oleh ayahnya Dewa, dia hanya ngelamun memandangi dua sahabat itu berpelukan sangat lama dan sudah menduga kalau Daffa tidak mau menjawabnya. Pada akhirnya Daffa malah terseret kedalam pertemuan keluarga itu, bahkan ayah Dewa sampai memberinya makanan kepada Daffa yang sempat ditolak olehnya. Hal ini sebenarnya memang sangat wajar mengingat Daffa tidak seperti Bayu yang walaupun perkataannya menggunakan bahasa Indonesia, dia masih tetap menjadi dirinya yang mengumpat tepat di depan semua orang, sampai sampai ayahnya Dewa berkomentar seperti ini, "Kon gak koyok koncomu seng guateli iku yo, aku isok isoke dipisui lo, tapi aku yo ngerti semunggoo nek arek iku gak ngewangi, paling Dewa yo gak isok mbalik koyok saiki ( kamu tidak seperti temanmu yang menjengkelkan itu, bisa bisanya dia mengumpat di depanku, tapi aku juga mengerti kalau saja dia tidak membantu, palingan Dewa nggak bisa kembali seperti sekarang )."

...****************...

21.15

"Yu terima kasih ya untuk yang tadi, kamu dan Daffa telah bersusah payah membantu orang goblok sepertiku untuk bisa kembali." Dewa menemui Bayu yang kini setengah terbangun karena rasa lelah dan sisa obat bius, nyawanya belum benar benar terkumpul, dia hanya menolehkan wajahnya sebentar lalu menguap lebar. Dia benar benar malas diajak bicara sekarang dan hanya bisa berjalan bersamaan dengan anak anak yang lain, kini kita semua sudah selesai sekolah malam atau mungkin lebih kalian kenal diniyah.

"Daffa siapa?" Bayu bertanya sembari berjalan linglung dan mengucek matanya, terlihat sebuah benang mengkilap di tangannya yang sempat membuat banyak orang bertanya tanya, tapi Bayu hanya menjawab kalau itu sudah dari dulu bahkan Bayu justru yang mempertanyakan mereka kenapa tidak menyadarinya, dia sama sekali tidak bangun saat diniyah membuat semua orang semakin tidak bisa menanyainya lebih lanjut.

"Daffa, yang tadi ada bersamamu pas di kamar mandi baru." Dewa menjawabnya dengan keheranan karena dia jelas jelas mengingat kalau dia ditolong oleh Daffa juga. Bayu tidak terlalu menanggapinya dan menganggap anak ini hanya bergurau, matanya bahkan tidak terbuka dengan sempurna dan seperti sangat berusaha untuk pergi ke asrama dan tidur.

"Lu jangan bohong bangsad, aku telah mengenal seluruh anak disini, dan tidak satupun dari mereka yang bernama Daffa, sudahlah ya cok, aku mau tidur, lu kira lu bisa ganggu aku dengan kebohongan itu, nggak bisa babi." Bayu pada akhirnya menambah kecepatan dan meninggalkan Dewa begitu saja. Dari jauh Dewa dapat melihat Daffa dengan sengaja menyenggol bahu Bayu yang membuatnya seketika marah dan kebingungan disaat bersamaan, orang yang menyenggolnya terus ada disampingnya dan Bayu menoleh ke sana kemari mencari sang pelaku, Daffa juga terlihat terus mengatakan kalau dia pelakunya, tapi Bayu dengan perasaan kesal akhirnya hanya pergi meninggalkan pertanyaan besar pada benak mereka berdua.

Inilah drama panjang yang terjadi antara pihak pihak yang berbeda, walaupun ada beberapa hal yang tidak masuk diakal tapi hal ini benar benar terjadi, aku saja sampai bingung mau mengatakan apa. Aku jelaskan sedikit ya tentang yang terjadi antara Bayu dan Daffa, Bayu pernah membuat sumpah untuk tidak berbicara kepada Daffa. Nah, itulah yang tadi terjadi sepulang diniyah, dia benar benar tidak bisa melihat keberadaan Daffa bahkan tidak dapat mendengar dan hanya bisa menganggapnya seperti hantu, hal ini dia lakukan karena trauma masa lalu.

Kisahnya tidak berhenti sampai disini saja, masih ada satu kejadian yang masih berhubungan dengan Bayu, dan ini adalah kejadian yang sangat mengerikan sampai sampai banyak anak yang mulai menjauhinya pada hari itu, dan membuatnya diskors atau kalau di pondok ini, itu dipulangkan sementara selama 2 bulan karena terlibat kasus kekerasan dan hampir bisa dikatakan percobaan pembunuhan, pihak pondok sengaja menyembunyikannya dari publik agar rating pondok ini tidak menurun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!