Mimpi seorang Hasna adalah sembuh dari penyakit yang dia derita dan karena mimpinya itu membutuhkan banyak uang, Hasna pun pergi ke ibu kota untuk mencari uang disana, walau izin dari sang ayah tidak dia dapatkan.
Mungkin karena berangkat tanpa izin dari sang ayah, Hasna yang berada diibukota telah salah memilih kawan, dan berakhir dengan dia yang malu untuk pulang walau hanya bertemu keluarga apalagi sang Ayah yang dulu bersikeras melarangnya pergi.
Dan Kini Dunia Hasna semakin rumit manakala seseorang yang dia sukai hadir kembali dihidupnya, yang sudah tidak berharap akan mendapatkan pasangan, karena kesalahannya dulu yang membuatnya merasa tidak pantas untuk siapapun terutama Burhans yang begitu baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
Hasna tersenyum kearah Hans sambil menenteng sebuah dus bekas dari warung yang dia datangi tadi.
"Tahu gitu, gak bakalan aku tinggalin tas ku dikelas" ucap Hans menyesal karena sudah sengaja meninggalkan tas gendongnya dikelas demi bisa menempel dengan Hasna.
Hasna yang sudah berada didekat motor Hans, langsung bersiap naik, namun sebelum naik Hans meminta agar hasna tidak menggunakan dus tersebut untuk penghalang tubuh mereka, tapi Hasna kekeh ingin menggunakannya dan Hans pun mengalah, tapi sementara karena dia mempunyai sebuah rencana.
Motor yang dibawa Hans mulai melaju meninggalkan kawasan sekolah dan saat dijalan Hasna berkata "Hans kalau jok motor mu tidak nungging kaya gini, sebenernya aku mau-mau saja diantar jemput, lumayan uang yang buat ojek bisa aku tabung."
"Aku tidak punya motor yang begitu, oh iya kamu nabung buat apa?" jawab Hans dengan suara normal karena laju motornya tidak terlalu kencang, sengaja agar perjalanan mengantar Hasna lebih lama.
"Buat berobat, kekota besar" jawab Hasna.
"Oh... memang berapa biaya berobatnya?" tanya Hans penasaran siapa tahu dia mampu untuk membantu Hasna.
"Tidak tahu tapi sepertinya banyak," jawab Hasna.
"Kalau aku bantuin mau tidak?" tawar Hans karena dia tahu Hasna tipe orang yang selalu sungkan jika diberi bantuan berupa uang, itulah salah satu sifat Hasna yang tidak diketahui semua orang tapi diketahui Hans dari Nabila.
Ya Nabila sang sepupu sering bercerita tentang Hasna karena tahu Hans menyukai Hasna tapi gengsi digedein, dan kemarin saat Nabila pindah Hans yang memang sudah menyukai Hasna langsung menghilangkan gengsinya untuk mendekati Hasna, dan dengan terang-terangan mengakui perasaannya.
"tidak perlu, aku ingin berusaha sendiri, tidak mau merepotkan siapapun lagi" dan benar yang dikatakan Nabila tentang Hasna.
"Yakin?" tanya Hans berharap Hasna mau menerima bantuannya.
"Ya aku yakin, aku bisa pergi kekota dan bekerja sesuai ijazahku disana," jawab Hasna penuh dengan keyakinan.
"Gaya mu Na Na, seperti cari kerja dikota semudah membalikan tangan saja, tapi aamiin aku doakan semoga kamu dapet pekerjaan yang sesuai dengan ijazah juga kemampuanmu dan semoga rekan kerjamu mau menerima kekuranganmu."
"Aamiin" jawab Hasna
"Oh iya kalau kamu butuh bantuan kamu bilang sama aku, aku siap membantumu, jika aku mampu" ucap Hans setulus hati, iya lah demi pujaan hati apa yang engga, jangankan memberikan bantuan mendaki gunung lewati lautan jika si pujaan hati yang minta pasti diturutin.
"Iya," jawab Hasna berbohong karena tidak mungkin rasanya jika dia harus meminta bantuan Hans kelak.
Pembicaraan berakhir dan karena hal itu Hans menaikkan kecepatan motornya dan dengan kecepatan tingkat tinggi pula dia langsung menarik dus yang menjadi penghalang tubuhnya dan Hasna.
Empuk itu yang dirasa Hans yang jail kebangetan, dan saat baru merasakan hal itu tangan Hasna langsung mencubit pinggang Hans, sampai motor yang di kendarai Hans sedikit oleng dan langsung berhenti mendadak.
Hasna yang mendapat kesempatan untuk turun langsung turun dengan wajah yang penuh amarah dan pergi meninggalkan Hans tanpa perduli dengan panggilan Hans yang sudah beberapa kali memanggilnya.
"Nana tunggu!!" panggil Hans sambil turun dari motornya dan karena langkah Hans sangat lebar jadi Hasna yang berjalan sudah lama tapi kaya siput merayap dengan mudah tersusul.
"Na maaf, sungguh aku cuman risih dengan dus itu, coba kamu bayangkan kita naik motor seperti itu tapi ada dus bekas disana apa pikir orang nantinya." jelas Hans panjang lebar berharap Hasna tidak merajuk lagi dan sepertinya berhasil karena Hasna memaafkan tapi dia enggan naik kembali keatas motor Hans dan dia memilih memesan ojek yang kebetulan sedang mangkal.
Jujur Hasna agak sedikit takut dengan Hans setelah kejadian barusan dan sepertinya dia benar-benar harus menjauhi Hans seperti kata Tari, "Dia sungguh berbahaya jika didiamkan" batin Hasna yang kini sudah meninggalkan Hans dengan menaiki ojek.
Hans yang kini hanya bisa menatap kepergian Hasna, dibuat menyesal sangat, sungguh sangat menyesal karena tindakan tidak terpujinya, Hasna marah dan entah besok atau kedepannya dia bisa berteman lagi atau tidak, mengingat wajah Hasna yang menurut Hans benar-benar terlihat marah.
