NovelToon NovelToon
As You Wish, Duke!

As You Wish, Duke!

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:51k
Nilai: 4.9
Nama Author: Eva IM

Elia putri Duke Haliden menikah dengan putra selir kaisar yang berstatus Duke, Julius Harbert.
Pernikahan yang tidak didasari cinta tidak akan bertahan selamanya, itulah yang Elia percaya. Julius selalu melihatnya sebagai gangguan di matanya.
Selama tiga tahun pernikahan Elia siang malam memikirkan bagaimana caranya lepas dari rumah Harbert yang tidak pernah menghargainya.
Kematian.
Hanya ada satu ide yang terlintas di benaknya.
"Seperti apa yang kamu inginkan, Duke! Kematianku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva IM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jebakan Yosef

Pesta ulang tahun Permaisuri Giselle dimulai dengan pemotongan kue. Dilanjutkan dengan ucapan selamat ulang tahun dari Raja Wilhem dan ditirukan oleh para tamu secara serempak. Musik dansa segera mengalun. Pasangan penguasa Inoa tersebut berdansa di tengah ruangan, disaksikan oleh para tamu. Setelah itu diikuti oleh pasangan lain termasuk Ines dan Julius.

Awalnya Ines ragu-ragu namun tangannya dipaksa Julius untuk mengikuti gerakan dansanya. Tubuh mereka menjadi sangat dekat. Saking dekatnya, Ines bisa mendengar suara detak jantung yang menggebu-gebu. Entah itu milik siapa Ines bingung. Karena jantungnya sendiri melonjak tak karuan. Mereka berdansa dalam diam. Menikmati setiap langkah yang disesuaikan dengan suara musik. Dia bersyukur ibunya bersedia mengajarinya langkah-langkah dasar berdansa.

Musik berakhir. Tubuhnya menjauh dari Julius. Sebagai penutup dansa mereka saling menunduk. Saling memberi hormat pada pasanga. Setelah dansa pertama selesai, dilanjutkan dengan gelombang dansa kedua. Ines mundur untuk menghirup udara segar. Dadanya masih bertalu-talu. Berpacu dengan keintiman dan oksigen yang dia hirup. Kehadiran Julius membuatnya kewalahan. Dekat dengan orang itu membuat tubuhnya bergeleyar tak karuan.

"Lady Ines?"

"Ya Yang Mulia?" Dia tidak fokus pada Julius.

"Saya akan menemui Yang Mulai Raja dan beberapa aristokrat Inoa. Lady Ines silahkan menikmati pestanya. Tunggu saya kembali. Saya tidak akan lama." Bisik Julius di telinga Ines.

Ines yang terkejut sedikit menyusut. Suara di telinganya seperti angin dingin di musim dingin.

"Baik Yang Mulia." Jawabnya gagap.

Julius melempar senyum kemudian segera meninggalkan Ines.

Ines yang ditinggal sendirian oleh Julius kembali sadar pada kenyataan. Orang itu kenapa suka sekali mendekatinya. Ines memegang kedua pipinya yang terasa panas. Hembusan nafas Julius masih memenuhi isi otaknya. Dia butuh istirahat. Tubuhnya tegang. Dia perlu merilekskan diri.

Setelah bertanya kepada salah satu pelayan dimana letak ruang istirahat, Ines segera menuju kesana tanpa aba-aba.

Ruang istirahat ini di desain dengan sederhana namun sesuai dengan fungsinya. Ada sofa panjang di tengah. Meja rias hingga kursi untuk sekedar duduk. Ada kamar mandi di dalamnya.

Ines masuk tanpa ada satu orang pun disana. Berencana duduk sebentar sambil mengatur nafas kemudian kembali. Mungkin karena pesta baru saja dimulai maka ruang ini masih sepi.

Di luar terdengar hiruk pikuk orang mengobrol, berbagi minuman hingga menikmati makanan yang disediakan. Setelah makanan penutup dihidangkan, artinya pesta telah usai.

Melihat banyak sajian makanan yang dihidangkan dan banyaknya pelayan yang membawakan minuman, pesta ini akan berlangsung lama.

"Hah!." Ines menggerutu. Dia melemparkan tubuhnya ke sofa yang sangat empuk. Menengadahkan kepalanya melihat langit-langit putih dengan lampu gantung penuh kristal.

Ines memejamkan matanya sejenak. Berharap ketenangannya segera kembali. Tubuhnya masih panas akibat dansa dengan Julius tadi. Dia tidak pernah sedekat itu dengannya. Bahkan ketika dia adalah Elia Haliden.

Apakah seorang pria bisa begitu sempurna sepertinya. Selama menari mengikuti irama, Ines memperhatikan fitur Julius dengan jelas. Wajah tampan yang sangat rupawan. Bibir merah seindah kelopak mawar. Mata dan hidung yang sama memesonanya. Saat melihat bola mata birunya, tubuhnya seperti tersedot ke dalam samudra yang luas.

Dia seperti pahatan dewa. Jika diperhatikan dengan seksama, tidak kecacatan dalam profilnya. Kekuasaan, kedudukan, kekayaan dan ketampanan, Julius Delian Harbert memiliki semuanya.

"Hah!" Ines kembali mendesah. Masih berusaha menghilangkan pesona Julius.

Tiba-tiba suara ketukan menginterupsinya. Ines bangkit dan langsung melihat pintu. Tidak ada yang masuk. Ketukan kembali terdengar.

"Siapa?" Ines terpaksa bangkit. Dia merapikan gaunnya kemudian berjalan ke pintu.

Apakah dia salah mendengar atau dia tidak sengaja mengunci pintu. Ines berhenti sejenak di depan pintu ruang istirahat. Ruangan ini bersifat umum jadi tidak mungkin seseorang menggunakannya secara pribadi, termasuk dirinya. Jadi siapapun bebas masuk dan keluar tanpa ijin.

"Siapa?" Ines mengulanginya. Jika itu wanita mereka seharunya bebas masuk. Kalau seorang pria tidak mungkin ke ruang istirahat wanita. Itu tidak sopan.

Ines merasakan ada hal yang tidak beres. Dia masih tetap diam di depan pintu.

Suara ketukan terdengar lagi. Ines langsung membukanya tanpa basa-basi. Penasaran dengan siapa orang dibalik pintu ini. Ines berharap orang itu adalah seorang gadis muda yang tidak berpengalaman, atau baru pertama kali menghadiri pesta. Namun kenyataan mengkhianatinya.

Orang itu adalah Yosef Hayes.

Mata Ines membulat. Apa yang orang itu lakukan disini.

"Apa yang anda lakukan disini?" Tanya Ines dengan suara tajam.

"Maaf mengganggu Lady Ines. Saya melihat anda menuju ruang istirahat. Jadi saya berharap bisa bertemu Lady Ines sebentar."

Pria tidak tahu malu. Itulah yang tertulis di wajah Yosef di mata Ines. Orang yang memaksakan kehendak meskipun sudah ditolak. Betapa tersiksanya Ines atas perlakuan tidak tahu diri orang itu.

Menunjukkan rasa berlebihan padanya padahal Ines tidak pernah menggubrisnya. Mengacuhkannya, bahkan menghindarinya. Mengejarnya seperti dia adalah seorang buronan.

"Maaf saya sedang lelah Lord Yosef. Jika tidak ada hal lain yang anda ingin sampaikan tolong pergilah. Saya hanya ingin menikmati pesta tanpa gangguan." Jawab Ines dengan penekanan dan penolakan.

Dia terlalu lelah untuk meladeni Yosef.

Saat Ines hendak menutup pintu, tangan Yosef menahannya.

"Saya hanya ingin menyampaikan maaf saya pada Lady Ines. Ini yang terakhir kali saya janji." Celetuknya. "Bisakah kita berpindah ke balkon daripada disini?" Sambungnya.

Ines melirik Yosef dan ruang penerima secara bergantian. Ada rasa aneh dan ingin menolak. Namun memilih percaya dengan kata ini untuk yang terakhir kali. Jika Yosef berbohong Ines akan mengajukan keluhan kepada Dewan Lecite bahwa Yosef Hayes mengganggu kehidupan pribadinya.

Dia mengangguk pelan kemudian berjalan lebih dulu menuju balkon di sayap kanan yang terdekat dengan ruang istirahat. Saat Ines membuka pintu balkon, angin malam segera menerpanya. Sedikit hangat meskipun dingin. Yang membuatnya tidak nyaman adalah potongan gaun bagian belakangnya yang terbuka. Sontak punggungnya menjadi dingin.

Ines berhenti tepat di pagar balkon. Mengedarkan pandangannya sekilas. Langit gelap, penerangan cahaya yang redup, sangat misterius pikirnya. Perasaan buruk itu kembali muncul.

"Silahkan sampaikan apa yang ingin anda katakan Lord Yosef." Ucap Ines terburu-buru. Ingin semuanya segera berakhir.

"Tunggu dulu Lady Ines. Saya akan mengambil minuman. Ini adalah hari perpisahan kita bukan?" Tanyanya dengan senyum yang menurut Ines aneh. "Saya sudah melihat Lady Ines berpasangan dengan Pangeran Delian tadi. Artinya saya tidak lagi memiliki kesempatan bukan? Maka hari ini saya putuskan untuk tidak mengejar Lady Ines lagi." Tambah Yosef dengan penuh keyakinan.

Ines tertegun sesaat kemudian mengangguk. Tidak memprotes ucapan Yosef tentang dirinya dan Julius. Baiklah dia akan menikmati alur ini. Lagipula dia belum menyentuh apapun di pesta ini.

Yosef segera keluar dan kembali tak lama setelahnya. Membawa dua gelas anggur berwarna merah. Alis Ines mengernyit. Anggur. Kenapa harus anggur.

"Saya memilih anggur merah untuk perayaan perpisahan kita Lady Ines." Jelas Yosef seraya menyerahkan gelas anggur pada Ines.

Dia menerimanya dengan ragu-ragu. Memandangnya sekilas kemudian kembali memusatkan perhatian pada Yosef.

"Say awalnya kecewa ternyata Lady Ines lebih memilih orang asing dibandingkan saya. Tapi ini saat saya harus menyerah bukan?" Gerutu Yosef sambil menenggak anggurnya. Satu kali tegukan tandas.

Ines hanya bisa diam sambil melihat gelas anggurnya.

"Entahlah, saya sendiri tidak mengerti." Jawabnya pura-pura. Tidak ingin menjelaskan lebih jauh tentang hubungannya dengan Julius. Jika dia disalahpahami dan hasilnya menguntungkan baginya, Ines tidak masalah.

Terpancing oleh tindakan Yosef, Ines menenggak habis isi gelasnya. Rasa terbakar segera mengaliri tenggorokannya. Dadanya yang dingin kini terasa hangat. Ines menghela nafas dalam-dalam.

"Apakah itu selera anda?" Tanya Yosef dengan bibir penuh senyum saat melihat Ines menghabiskan minumannya.

"Ya?"

"Seorang pria yang pernah menikah. Itukan selera anda Lady Ines?" Tanya Yosef kasar.

Ines mengerutkan kening kemudian membalas.

"Apa maksud Lord Yosef?" Bentak Ines. Tidak terima atas pernyataan Yosef, atau mungkin karena efek anggur yang baru saja dia minum. Tubuhnya terasa terbakar dan jantungnya berdetak kencang.

Yosef hanya tersenyum melihat wajah bersungut-sungut Ines. Melihat tangan Ines yang menekan dadanya sendiri membuatnya senyumnya semakin dalam.

"Apakah anda baik-baik saja Lady Ines?"

Mata Ines menyipit. Tidak mengerti maksud Yosef.

"Tubuh anda terasa panas bukan?"

Yosef mendekati Ines. Menurunkan kepalanya kemudian berbisik di telinga Ines.

"Sebentar lagi tubuh anda akan terbakar. Kemudian anda akan kehilangan kesadaran." Ucap Yosef yang sama sekali tidak Ines mengerti. "Anda akan ditemukan orang-orang sedang berdua dan bermesraan dengan saya. Begitu anda sadar, anda tidak akan bisa menghindari saya lagi." Sambungnya.

Tubuh Ines gemetar hebat. Dia mengingat kembali anggur yang dia minum.

"Apa yang anda lakukan pada saya!" Teriak Ines dengan suara lemah. Ketakutan menggerogoti dirinya. Ines ambruk karena tubuhnya tiba-tiba kehilangan kekuatan.

Bersambung...

1
Merry Maria
keren dooong..sangat menghibur😊
Esti Afitri88
Demi ines apapun ditempuh julius .
Merry Maria
wow..
Diah Al Khalifi
grazy up Thor🙏🙏
Sara Famay
lanjut ceritax bagus sekali /Smile//Smile/
Fikri Syahroni
up lg donk
Merry Maria
thank U karyax thor..keren dan menghibur. semoga nggak kelamaan yaa ngupdatex 🌹💐
Ddyat37 Del*
😘😘😘🥰🥰🥰🥰🥰
Sri Lia Mulyati
👍
vio~~~~
jangan lama2 ya thor kasian si ines jongkok ma nangisnya kelamaan..😅😅
vio~~~~
ditunggu lanjutannya ya..😊
Yulia Nengrum
lanjut ceritanya bagus ni torr
Esti Afitri88
siaap thor
Esti Afitri88
thanks.. thor
Diah Al Khalifi
dulu acuh ko sekarang jd peduli ,suami GK jelas😓
meee
semangat up thor... 💪💪💪
Frando Wijaya
gw semkin kesel bner....bknny jauhi semua bangsawan sialan tpi knp hrs dkti lg.....
Frando Wijaya
klo gw jd Ines gw langsung bicara inti....persetan dgn status uang mwpun kekuasaan....gk ada bedany bahwa mereka sendiri jg aib gk layak bicara dgn org yg sebut org lain aib
Frando Wijaya
lah? tua bangka busuk itu adalah paman Giselle ini?! jika bner....mka gk heran ines gk sudi dkt2 pda spapun
Anonymous
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!