Benci, perasaan itu yang dimilki oleh Sienna Abraham pada Michael Robinson. Pria yang telah merenggut keperawanannya dan membuatnya memilki seorang putra.
Akan tetapi ia terpaksa berjumpa lagi dengan pria itu karena permintaan sang putra yang sedang sakit keras.
Justin bukan hanya butuh kasih sayang dari sang Daddy tapi juga biaya pengobatan agar ia bisa sembuh dan merasakan kebahagiaan.
Akankah hubungan mereka akan membaik atau malah semakin buruk?
Pantengin kisahnya ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 AG Menjadi Objek Lukisan
"Apa kamu bisa berjalan sendiri Sienna?" tanya Michael setelah mereka sampai di depan pintu Mansionnya.
"Ah ya, aku bisa jalan sendiri Tuan, terimakasih," jawab Sienna tersenyum. Michael balas tersenyum.
Pria itu merasakan dadanya semakin berdebar. Hatinya sangat bahagia melihat senyuman manis dari wanita yang sangat dicintainya itu.
"Kalau begitu silahkan masuk Nyonya Robinson, mulai saat ini semua yang ada di sini adalah milikmu dan juga Justin," ucap pria itu dengan tangan mengarah ke depan mempersilahkan wanita cantik bergaun pengantin itu memasuki Mansionnya.
"Terimakasih banyak dad," ucap Justin mewakili sang mommy.
"Dan sekarang, mari kita masuk Nyonya," lanjut anak itu seraya meraih tangan Sienna layaknya seorang pria dewasa yang akan menjadi pasangan dari wanita itu.
"Oh Justin, kamu manis sekali sayang. Aku sangat mencintaimu Justin." Sienna membalas sang putra dengan akting yang tak kalah mengesankannya. Ia menekuk lututnya sedikit ala seorang putri yang bertemu dengan seorang pangeran.
Kedua ibu dan anak itu memasuki pintu utama istana mewah itu dengan ekspresi yang sangat bahagia. Michael memandang dua orang itu dengan wajah yang juga sangat bahagia.
Michael semakin merasa kalau dunianya penuh dengan anugrah dari Tuhan. Ya sangat bersyukur. Wanita yang sangat dicintainya itu telah menjadi miliknya seutuhnya karena sudah tercatat di catatan sipil dan juga dihadapan Tuhan.
Pria itu menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Ia yakin sekali kalau tidak ada lagi yang akan memisahkan mereka bertiga.
Hidupnya kini sempurna.
"Mike!"
Langkahnya tiba-tiba terhenti oleh panggilan wanita yang sangat ia kenali suaranya.
"Mama?" ucap pria itu dengan wajah yang sangat kaget.
Megan menatapnya dengan tatapan tajam sedangkan Julia yang merupakan bibinya langsung berlari ke arahnya dan memeluknya.
"Selamat atas pernikahanmu Mike. Aku sangat bahagia," ucap wanita itu dengan senyum lebar di wajahnya.
"Terimakasih bibi Juli," balas Mike tersenyum. Ia sangat senang melihat ekspresi bahagia dari sang bibi tapi sepertinya tidak dengan ekspresi mamanya. Wanita tampak sangat marah.
"Mike, kejutan mu ini sangat luar biasa," ucap Megan bertepuk tangan.
"Kamu melaksanakan pernikahan yang luar biasa dan tidak memberi tahu padaku padahal aku adalah ibumu," protes wanita paruh baya itu dengan berusaha menahan perasaannya. Nafasnya tampak turun naik di dadanya.
Michael pun melepaskan pelukan Julia, sang bibi kemudian menghampiri sosok wanita yang telah membesarkannya itu. Ia pun meraih tangan Megan seraya berucap, "Maafkan aku Mama, aku pikir mama masih sibuk mengabiskan liburan musim panasmu di Hawaii. Dan kamu tahu 'kan kalau aku sangat tidak ingin mengganggumu?"
"Apa kamu sedang berusaha membujuk aku Mike?"
Michael tersenyum kemudian mencium pipi wanita itu dengan penuh cinta.
"Aku akan selalu melakukannya agar kamu senang."
"Sayangnya aku tidak senang dengan pernikahanmu ini Mike. Bagaimana mungkin seorang ~"
Mike langsung memeluk wanita paruh baya itu agar ia tidak melanjutkan kalimatnya. Pria itu sangat tahu bagaimana sifat ibunya yang sangat mengagungkan status sosial seseorang termasuk untuk calon menantunya.
"Ia seorang pelayan dari keluarga yang sangat miskin Mike," lanjut Megan dengan suara tertahan.
"Aku punya seorang putra darinya Mama, dan itu adalah alasanku menikahinya selain karena aku memang sangat mencintainya."
Megan mencibir dibalik punggung Michael. Ia berusaha mati-matian menahan dirinya untuk marah dan menerima keadaan sang putra.
"Baiklah, pertemukan aku dengan wanita itu. Aku ingin menyapanya," ucap Megan.
"Sienna mama, namanya adalah Sienna Robinson. Ia adalah ibu dari putraku Justin."
Megan menelan salivanya kasar kemudian berucap, "Ah ya. Namanya adalah Sienna. Aku rasa aku tidak pernah lupa nama itu."
Michael tersenyum kemudian mencium punggung tangan sang mama. Ia pun mempersilahkan wanita itu untuk masuk ke dalam Mansion untuk menemui Sienna dan juga Justin.
"Istirahatlah dulu Mama, kamu pasti sangat lelah karena baru tiba dari Hawai. Kamu akan bertemu dengan Sienna dan juga Justin saat makan malam tiba. Kita akan merayakan pernikahanku dengan acara yang sangat luar biasa."
"Ah ya baiklah. Aku memang sangat lelah dan tidak ingin merusak waktu istirahatku yang berharga ini," ucap Megan kemudian meninggalkan tempat itu menuju kamarnya sendiri.
Michael menghela nafasnya kemudian segera pergi ke kamar Justin. Ia yakin istrinya itu pasti ada di sana.
Pria itu mengetuk pintu kemudian memasuki kamar yang tak terkunci itu. Matanya seakan dimanjakan dengan keindahan yang sangat luar biasa.
Di dalam kamar yang sangat luas itu Sienna sedang duduk di sebuah kursi dengan tatapan lurus ke arah Justin yang sedang melukisnya.
Gaunnya menjuntai dengan sangat indah terhampar menutupi lantai berwarna krem itu.
"Justin, bisakah aku ikut menjadi objek dalam lukisanmu my boy?" pinta Michael dengan wajah memohon. Ia ingin sekali bersama dengan Sienna di dalam imajinasi sang putra.
"Tentu saja Dad. Aku sudah lama menunggumu. Silahkan berdiri di belakang mommy." Justin menjawab tanpa menghentikan gerakan kuasnya menyapu kanvas.
Michael tersenyum kemudian melangkahkan kaki panjangnya ke arah Sienna yang sejak tadi berwajah serius karena sedang menjadi objek imajinasi sang putra.
"Apakah ini sudah cocok Justin?" tanya Michael seraya berdiri di belakang sang istri.
"Lebih merapat sedikit dad, tanganmu harus menyentuh bahu mommy."
"Apakah seperti ini?" tanya pria itu lagi dengan tangan berada di bahu Sienna. Ia nampak ragu karena wanita itu tak memberikan reaksinya. Ia terlalu fokus pada Justin.
"Letakkan dengan santai Dad. Jangan terlalu tegang dan kamu Mom, tersenyumlah sedikit," ucap Justin memberikan instruksi. Sienna pun berusaha menarik ujung bibirnya kiri dan kanan untuk membentuk senyum.
Sedangkan Michael dengan senang hati meletakkan tangannya pada bahu putih dan mulus wanita yang sangat dicintainya itu.
Dalam puluhan menit dua orang suami istri itu benar-benar sangat menikmati menjadi objek lukisan dari kuas dan kanvas sang putra.
Justin berdiri dari duduknya dan meletakkan kuas dan cat airnya di atas meja. Ia menarik nafas lega karena lukisannya sudah selesai dengan hasil yang sangat memuaskan.
Ia tersenyum kemudian menatap kedua orangtuanya dengan perasaan yang sangat bahagia. Ia pun menghampiri mereka kemudian memeluknya.
"Lukisan kalian sangat bagus, tetaplah seperti ini karena aku sangat bahagia melihatnya," ucap anak itu dengan mata berkaca-kaca. Hatinya dipenuhi rasa haru dan juga bahagia.
"Hey. Kenapa menangis Justin? Aku dan mommy mu akan selalu bersama untuk mendampingimu sampai dewasa my boy," ucap Michael dengan perasaan yang sama dengan sang putra.
"Kamu akan jadi seniman terkenal melebihi Leonardo Davinci," lanjut Michael memberikan motivasi pada sang putra.
"Benarkah dad?"
"Iya my boy, tanyakan pada Mommy mu. Doa kami akan selalu menyertaimu." Michael ikut duduk disamping Sienna kemudian memeluk dua orang kesayangannya itu dengan penuh perasaan.
Sienna langsung merasa tidak nyaman tapi Michael langsung berbisik ditelinganya dengan lembut, " Kita harus membiasakan ini Sienna. Aku tidak akan menyakitimu sayang."
🍁🌺
*Tobe Continued.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
karena kalo Oh itu justru konotasinya meremehkan, tapi kalo "Apa" itu seperti tidak percaya dengan suatu yg di dengar.
lbh enakan gitu thor,ketika seanna bicara dengan justin dia manggil dirinya sendiri mommy,ketimbang aku.
mf ya thor kritikan nya🙏