NovelToon NovelToon
Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Fantasi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alvarizi

Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.

Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.

Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.

Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.

Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19: Tarian Ranting dan Peti Mati Besi

Matahari berada tepat di atas kepala, mengubah arena batu itu layaknya wajan penggorengan raksasa.

Ling Tian berdiri di Zona 4, dikelilingi oleh seratus dua puluh empat peserta lain. Jarak antar peserta sangat rapat, tidak lebih dari rentangan tangan. Bau napas gugup dan keringat masam menguap ke udara, menciptakan kabut tipis yang menjijikkan.

Di tribun utama, seorang Tetua berjubah emas bangkit berdiri. Suaranya diperkuat oleh formasi suara, menggelegar ke seluruh penjuru kawah.

"ATURANNYA SEDERHANA!"

"Yakni tidak ada aturan... Gunakan tangan kosong, senjata, racun, atau bahkan gigimu. Yang keluar garis arena, berarti gugur. Yang pingsan, juga gugur. Yang mati... biarlah anggap saja tidak beruntung."

"Hanya SEPULUH ORANG terakhir yang berdiri di setiap zona yang akan lolos ke fase berikutnya!"

Ling Tian menarik napas panjang. Dia membiarkan pedang raksasanya tetap terbungkus kain goni tebal dan terikat di punggungnya. Tangannya tergantung santai di sisi tubuh, tapi otot kakinya menegang, mencengkeram tanah di balik sepatunya.

Di sekelilingnya, dia bisa merasakan tatapan tajam. Kelompok Aliansi Serigala Besi dengan berjumlah sepuluh orang yang tadi mengancamnya di lorong sudah mulai membentuk formasi setengah lingkaran di belakangnya.

"Siap-siap..." bisik si Pria Bekas Luka, pemimpin mereka. Pedangnya sudah terhunus, matanya menatap punggung Ling Tian dengan nafsu membunuh.

Tetua di panggung mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"MULAI!"

GONG!

Suara gong itu bukan sekadar bunyi. Itu adalah pemicu sebuah ledakan pertempuran.

CRAAAANG!

Dalam sepersekian detik, arena berubah menjadi neraka. Seratus senjata beradu secara bersamaan. Teriakan perang bercampur dengan jeritan kesakitan pertama. Darah langsung muncrat ke udara sebelum debu sempat naik.

"MATI KAU, LING TIAN!"

Pria Bekas Luka tidak membuang waktu. Bersama dua temannya, dia menerjang punggung Ling Tian. Tiga pedang melesat serentak, mengincar leher, punggung, dan kakinya.

Mereka bergerak cepat. Untuk seukuran Murid Luar, koordinasi mereka juga lumayan rapih.

Tapi bagi Ling Tian, yang sudah merasakan kecepatan Manusia Berwajah Kelelawar di kegelapan total di gua itu, gerakan mereka terlihat... penuh dengan celah.

Ling Tian tidak berbalik. Dia hanya memutar pinggangnya, menggunakan bahu kirinya sebagai poros.

Bungkusan besar di punggungnya berayun. Dia tidak menarik pedang itu. Dia hanya menggunakan seluruh bungkusan yang berisi pedang itu sebagai gada raksasa.

"Minggir."

WOOOSH!

Benda terbungkus kain itu membelah udara dengan suara berat yang mengerikan.

BUK! ... KRAK!

Tidak ada suara denting logam yang indah. Yang ada hanya suara tumpul, sebuah suara benda keras yang menghantam seonggok daging lunak.

Pedang si Pria Bekas Luka patah saat menghantam bungkusan itu. Detik berikutnya, bungkusan itu menghantam dada kirinya.

"Ugh!"

Pria itu tidak terpental jauh. Dia justru tertanam ke tanah. Tulang rusuknya amblas. Kemudian dia muntah darah, matanya melotot kaget, lalu roboh pingsan seketika.

Dua temannya yang lain ternganga. Serangan mereka terhenti di udara karena ekspresi kaget.

Ling Tian berputar penuh, menghadap mereka dengan berekspresi datar.

"Satu sudah tidur," kata Ling Tian. "Sisa sembilan."

"S-serang! Dia tidak pakai senjata! Itu cuma bungkusan kain!" teriak salah satu teman mereka panik.

Mereka salah. Itu bukan kain. Itu semacam peti mati besi seberat tiga ratus kilogram yang dibalut dengan kain.

Ling Tian bergerak maju. Dia tidak menggunakan teknik yang rumit. Dia hanya mencengkeram ujung ikatan kain di dadanya, lalu mengayunkan benda raksasa di punggungnya itu ke kiri dan ke kanan seperti sedang mengusir kawanan lalat.

BUK! BUK! BUK!

Setiap ayunan memakan korban. Satu murid terkena hantam di bahu, tulangnya remuk, dia jatuh menjerit.

Satu murid mencoba menangkis dengan tombak, tombaknya bengkok membentuk huruf U, dan dia terpental keluar arena.

Ling Tian bergerak di tengah kerumunan seperti badai. Dia tidak butuh ketajaman. Berat senjata itu sendiri sudah cukup untuk menghancurkan pertahanan Qi lawan yang tipis itu.

"Jangan dimakan," peringat Tuan Kun di dalam kepalanya. "Terlalu banyak pasang mata. Jangan gunakan teknik Devour di sini kecuali kau mau diburu seluruh sekte sebagai kultivator iblis."

"Aku tahu," batin Ling Tian, napasnya mulai memburu. Mengayunkan beban seberat ini terus-menerus menguras stamina fisiknya dengan cepat. "Cukup pakai otot saja."

Di tengah kekacauan Zona 4 itu, Ling Tian tiba-tiba merasakan sesuatu. Bukan ancaman melainkan aura keheningan.

Di tengah hiruk-pikuk teriakan dan benturan logam, ada satu area di kejauhan yang terasa sunyi senyap.

Mata Ling Tian melirik ke arah Zona 1.

Di sana, pemuda berjubah bersih dengan pita biru si pemilik ranting willow itu sedang berjalan santai. Dia dikepung oleh lima orang berbadan besar yang membawa kapak dan parang.

"Habisi si cantik ini!" teriak salah satu pengepung.

Kapak besar diayunkan ke kepala pemuda itu.

Pemuda itu tidak menghindar. Dia hanya mengangkat tangan kanannya yang memegang ranting pohon kecil yang masih ada daun hijaunya.

Kemudian dia menyentakkan pergelangan tangannya.

Wush.

Hanya itu suaranya, suara yang sangat pelan. Tapi efeknya mengerikan.

Kapak baja yang sedang melayang itu tiba-tiba terbelah dua di udara. Potongannya halus dan rapi, seolah dipotong oleh laser.

Si pemilik kapak melotot, masih memegang gagang kayu kapak yang kini telah buntung.

Pemuda pita biru itu melangkah maju. Ranting di tangannya seolah menari.

Tap. Tap. Tap.

Dia menyentuh bahu, lengan, dan kaki para penyerangnya dengan ujung ranting itu.

Setiap sentuhan diikuti oleh semburan darah tipis. Urat-urat di tangan lawan putus presisi. Mereka menjatuhkan senjata mereka serentak, lalu jatuh berlutut karena tendon kaki mereka dilumpuhkan.

Tidak ada tulang yang hancur, juga tidak ada teriakan yang brutal. Hanya efisiensi bedah yang menakutkan.

Pemuda itu terus berjalan, jubahnya tetap bersih tanpa noda darah setetes pun.

Ling Tian menyipitkan mata.

"Qi Pedang," batin Ling Tian. "Dia melapisi ranting rapuh itu dengan Qi yang dipadatkan setajam silet. Kontrolnya gila."

"Itu 'Sword Intent' tingkat awal," koreksi Tuan Kun, nadanya sedikit terkesan. "Bocah itu... jiwanya berbentuk pedang. Dia lawan yang buruk untuk gayamu yang kasar, Ling Tian."

Ling Tian menyeringai. Darahnya berdesir panas. Bukan rasa takut melainkan rasa seolah ia tertantang.

"Hei! Jangan melamun!" Sebuah teriakan menyadarkan Ling Tian.

Sisa anggota Aliansi Serigala Besi yang kini tersisa tujuh orang kembali mengepungnya. Mereka tidak bodoh. Mereka melihat Ling Tian sebelumnya hanya mengandalkan sebuah gerakan ayunan yang berat.

"Kunci pergerakannya!" perintah wakil ketua mereka. "Gunakan Jaring Besi!"

Tiga orang dari mereka melempar jaring logam yang diberi pemberat. Jaring itu melayang di udara, siap menjerat Ling Tian dan bungkusan besinya.

"Repot," gumam Ling Tian.

Dia tidak bisa menghindar karena di belakangnya ada peserta lain yang sedang bertarung. Ruang geraknya makin sempit.

"Baiklah. Sedikit pemanasan."

Ling Tian meraih kain pembungkus senjatanya.

SREEET!

Dia menarik kain itu lepas dengan satu sentakan kuat. Kain goni itu terbang, dan untuk pertama kalinya di arena ini, wujud Embrio Pedang Void terlihat jelas di bawah sinar matahari.

Batang logam berwarna hitam, kasar, karatan, dan memancarkan aura kuno yang membuat udara di sekitarnya bergetar.

Jaring besi itu jatuh menimpanya.

Ling Tian tidak mencoba memotong jaring itu. Dia mengangkat pedang raksasanya lurus ke atas kepala, lalu menghantamkannya ke tanah. Bukan ke arah musuh tapi ke TANAH.

"[Heavy Sword Art Ground Breaker!]"

BLAAAAAARRRR!

Pedang itu menghantam lantai batu arena. Dampak fisiknya menciptakan gelombang kejut murni. Lantai batu di radius lima meter meledak pecah. Pecahan batu tajam menyembur ke atas.

Jaring besi itu terhempas oleh tekanan udara sebelum sempat menyentuh Ling Tian.

Ketujuh anggota Aliansi Serigala Besi kehilangan keseimbangan karena tanah yang mereka pijak berguncang hebat seperti gempa bumi lokal.

"Uwaaa!"

Ling Tian memanfaatkan momen itu. Dia memutar pedang raksasanya secara horizontal setinggi pinggang.

WOOOONG!

Suara anginnya seperti auman naga.

"Minggir atau mati!"

Ketujuh orang itu pucat pasi. Mereka mencoba melompat mundur, tapi pedang itu terlalu panjang dan jangkauannya terlalu lebar.

BUK! BUK! BUK!

Tiga orang yang paling dekat tersapu. Tulang mereka berbunyi ngeri saat dihantam sisi pedang yang tumpul. Mereka terbang keluar arena seperti boneka rusak, mendarat di tribun penonton dengan suara gedebuk keras.

Empat sisanya menjatuhkan senjata mereka dan lari terbirit-birit menjauh.

"Aku menyerah! Aku menyerah!" teriak mereka panik.

Ling Tian berhenti berputar. Dia menurunkan pedangnya ke tanah. Klang. Ujung pedang itu menancap sedalam lima senti ke lantai batu yang keras itu.

Napasnya berat. Keringat menetes dari ujung hidungnya. Teknik ini memakan stamina fisiknya dengan rakus.

Di sekelilingnya, radius sepuluh meter menjadi zona kosong. Tidak ada yang berani mendekat. Peserta lain di Zona 4 memilih saling bunuh di sudut lain daripada mendekati "Tukang Gepuk" gila ini.

Di Zona 1, pemuda berpita biru itu baru saja melumpuhkan lawan terakhirnya. Dia menoleh ke arah Zona 4, melihat debu yang mengepul di tempat Ling Tian berdiri.

Tatapan mereka bertemu lagi. Kali ini, tidak ada anggukan. Hanya tatapan tajam dua predator yang saling mengukur ukuran taring masing-masing.

Di atas panggung VIP, seorang tetua Istana Shenxiao tertawa kecil.

"Tahun ini menarik. Ada 'sebilah' Pedang Halus, juga ada 'sebilah' Pedang Kasar. Sayang sekali... pedang kasar biasanya patah jika bertemu baja berkualitas tinggi."

Xueya, yang duduk di belakang tetua itu, diam saja. Tapi matanya tidak lepas dari sosok Ling Tian yang berdiri di tengah kawah batu yang dia buat sendiri.

'Dia belum mengeluarkan Qi-nya,' batin Xueya. 'Dia bertarung murni hanya dengan mengandalkan otot. Apa yang dia sembunyikan?'

Gong berbunyi lagi.

TENG!

"BABAK PENYISIHAN SELESAI!"

"SISAKAN 10 ORANG DI TIAP ZONA!"

Ling Tian menghembuskan napas panjang, menyeka keringat di dahinya dengan lengan baju yang robek.

Babak pertama selesai. Pemanasan telah usai. Dan Ling Tian selalu saja masih lapar akan kekuatan.

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
👍👍👍👍
Sutono jijien 1976 Sugeng
siapa predator puncak 😁😁😁
Sutono jijien 1976 Sugeng
si fang yu hanya jadi badut ,yg Tak tahu apa apa 🤣🤭
Anonymous
Ga kerasa cepet banget udh abis aja 😭
Anonymous
Whooa, apakah sekte matahari hitam itu keroco yang ditinggalkan seberkas kehadiran void Sovereign pada bab prolog?
Renaldi Alvarizi: Hehe mohon dinantikan kelanjutan ceritanya ya
total 1 replies
Anonymous
Alur ceritanya makin kesini makin meningkat, tetap pertahankan
Renaldi Alvarizi: Terimakasih kawan Kunpeng 😁
total 1 replies
Anonymous
up thor
Anonymous
Hahaha Ling Tian punya budak pertamanya
Anonymous
Haha akhirnya badut yang sebenarnya 'Li Wei' mokad juga
Anonymous
Ceritanya bagus, besan dengan yang lain seperti titisan naga, phoenix dsb. Semoga tetap konsisten updatenya.
Joe Maggot Curvanord
kenapa xinxin penyimpanan ataw barang berharga musuh tidak di ambil
Renaldi Alvarizi: Hehe sudah kok kak yang akan digunakan untuk keperluan di bab mendatang namun saya memang lupa memasukkan atau menjelaskannya didalam cerita. Terimakasih atas sarannya.
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
semoga semakin berkembang ,dan bukan di alam fana ,naik ke alam atas
Renaldi Alvarizi: Hehe tunggu saja kelanjutannya bersama dengan Ling Tian dan Tuan Kun ya kak hehe
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
belagu si fang yu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!