Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersamamu
Ayesha menyerah, ia mesti menemui Azlan agar bisa keluar. Tidak mungkin bukan? Ayesha berdiri disini sedangkan Azlan sendiri sedari tadi tidak menunjukkan tanda-tanda bakal keluar dari apartemen padahal jam sudah menunjukkan jam delapan pagi dan tentunya Azlan akan berangkat kerja di jam segini.
Ayesha mencari Azlan kearah dapur karena tempat itu terakhir kali ia melihat Azlan.
"Kemana dia?" Ayesha celingukan mencari keberadaan Azlan.
Perut Ayesha berbunyi, ia sungguh sangat kelaparan. Namun apa yang bisa Ayesha makan sedangkan disini bukanlah rumahnya.
Ayesha menatap ke arah mini bar, disana ia melihat sepiring sandwich. Ayesha yakin lelaki itu yang membuatnya. Ingin rasanya Ayesha menyantap makanan itu. Namun Ayesha takut Azlan bakal marah.
Ayesha semakin mendekat dan hendak menjangkau sandwich buatan Azlan, pasti rasanya sangat enak karena di lihat dari tekstur bentuknya yang begitu menggiurkan.
"Kau sedang apa?" Suara dari arah belakang menghentikan niatnya. Ayesha menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Sungguh ini sangat memalukan, harusnya Ayesha mesti meminta izin dulu, bukan main comot saja.
Ayesha berbalik menatap kearah Azlan yang sudah rapi dengan stelan kantor. Azlan tampak begitu menawan, harusnya dulu ia tidak menolak perjodohan itu.
"Maaf, aku kelaparan." Ayesha tertunduk lemah, ia malu mengungkapkannya namun Ayesha juga tidak bisa menunggu lama karena bisa-bisa maghnya bakal kambuh kembali.
"Ya sudah makanlah ..." Azlan duduk untuk menemani Ayesha makan, ia menatap Ayesha yang begitu lahap memakannya.
"Ckck ... kau seperti manusia rakus. Apa memang begitu cara kau makan di depan seorang lelaki?" Azlan kembali menunjukkan sikap dinginnya. Ayesha merasa, Azlan memiliki dua kepribadian. Terkadang lelaki itu baik dan terkadang sangat menyebalkan.
"Kalaupun aku makan seperti itu, apa salahnya? Tidak ada yang melarangnya bukan?" Ayesha makan dengan begitu lahapnya sehingga bibirnya belepotan dengan mayonnaise.
Azlan hanya berdehem dan berdiri dari duduknya.
"Pak, kau mau kemana?"
Azlan menatap kearah Ayesha, ia merasa gemas mendengar pertanyaan Ayesha. Sudah jelas Azlan akan berangkat ke kantor. Tapi Ayesha malah bertanya Azlan akan kemana.
"Kau tidak bisa lihat pakaianku?"
Ayesha tersenyum malu, ia baru menyadarinya. Tentu ia tahu kalau Azlan bakal berangkat ke kantor.
"Tunggu dulu Pak ...! Makananku belum habis, sayang sekali kalau tidak dihabiskan." Ayesha semakin mempercepat memakannya, ia tidak ingin terkurung disini sendirian.
Melihat senyum Ayesha dan lahapnya Ayesha memakan makanan buatan Azlan, ada kebahagian tersendiri di hati Azlan. Ada keinginan di hati Azlan untuk menikahi Ayesha dan membuat perempuan itu bahagia. Tapi untuk di tolak kembali, tentu Azlan belum siap.
"Apa kau tidak bekerja hari ini?" Azlan mengalihkan perhatiannya, ia berusaha untuk tidak canggung di depan Ayesha, agar Ayesha nyaman berbicara dengannya meskipun Azlan terkadang terlalu ceplas-ceplos kalau sedang berbicara.
Ayesha terdiam, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. Bukannya Ayesha tidak ingin masuk kerja tapi Ayesha berniat akan mencari kontrakan untuk ia tempati malam ini.
"Jangan kau pikir, karena aku telah menolongmu. Kau bakal jadi karyawan pemalas dan bakal bolos untuk bekerja!" Ayesha ingin rasanya menjawab namun ia urungkan. Ayesha tidak ingin di kasihani oleh Azlan dan terlihat lemah di depan lelaki itu.
"Terserah kau saja, Pak!" Ayesha berjalan lebih dulu di susul Azlan di belakangnya.
Azlan menatap Ayesha yang memegang kopernya. "Kau berniat kabur dari rumah?"
"Jangan sok tahu, Pak! Sekarang bukain dong pintunya, aku harus keluar dari sini!" Azlan menatap mata Ayesha yang terlihat berkaca-kaca, entah masalah apa yang Ayesha alami sehingga Ayesha harus minggat dari rumah.
Azlan berjalan mendekati Ayesha, selangkah demi selangkah hingga posisi Ayesha merasa terpojok dan tidak bisa kabur.
"Jawab pertanyaanku Ayesha, kau mau kemana? Kenapa kau mesti membawa koper?" Seketika emosi Azlan memuncak, ia tidak ingin kehilangan Ayesha. Apalagi melihat Ayesha pergi jauh dari pandangannya.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha