Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian dua belas
“Aku akan pulang lebih cepat,” kata Sean.
Clara mengembangkan senyumnya, sebelum bertanya. “Kakak mau dimasakin apa?”
“Untuk nanti malam, biarkan Koki yang memasak,” jawab pria itu.
Seketika ekspresi Clara langsung berubah, membuat Sean sedikit terkejut.
“Apa Kak Sean tidak menyukai masakanku?” Tanya gadis itu yang mengira kalau Sean tidak menyukai masakannya.
“Bukan, Clara. Aku tidak ingin kau kelelahan, kau bisa memasak kalau besoknya tidak ada jadwal kuliah atau libur,” jelas pria itu sambil menangkup wajah cantik Clara yang masih terlihat murung.
“Baiklah, aku mengerti,” akhirnya gadis itu kembali tersenyum.
Sean mendekatkan wajahnya, pria itu melabuhkan kecupan hangat di kening gadis kecilnya. Clara memejamkan matanya, ia masih merasa aneh dengan sikap manis Sean.
“Jangan terlalu dekat dengan lawan jenis, karena aku tidak menyukainya,” pesan Sean, saat menjauhkan wajahnya.
Clara menganggukkan kepalanya, gadis itu memberanikan diri untuk mencium pipi Sean. Setelah berhasil membuat pria itu terkejut, karena tindakannya… Clara bergegas keluar dari mobil Sean.
Sean menatap punggung gadis kecilnya yang semakin menjauh, tangannya terangkat untuk menyentuh pipinya yang baru saja mendapatkan kecupan manis dari Clara.
“Dia membuatku gila!” Geram pria itu sambil menahan seringainya.
Clara menoleh ke belakang, ia menghela napas lega saat mobil Sean sudah tidak ada di depan gerbang fakultasnya. Gadis itu merasa senang, karena Sean berada dipihaknya.
‘Meskipun aku belum sepenuhnya percaya, setidaknya aku tidak merasa takut Sean akan membunuhku dalam waktu dekat. Sekarang aku hanya perlu membuat Sean benar-benar mencintaiku, sehingga aku memiliki seseorang yang akan melindungiku dari orang-orang yang selalu berada dipihak Bella.’
Clara tidak masalah kalau ia hanya memiliki satu orang yang berada dipihaknya, bahkan melindunginya. Setidaknya orang itu memiliki kekuasaan yang besar, seperti Sean.
“Clara!” Aaron kembali muncul dan menghalangi jalannya.
Lelaki itu tidak sendirian, di sisinya selalu ada sosok Bella yang menempel kepadanya.
“Kita perlu bicara!” Kata Aaron yang dibalas tatapan malas oleh Clara.
“Apa yang perlu kita bicarakan? Bukankah semuanya sudah selesai? Kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, jadi jangan ganggu aku!” Clara hendak bergeser ke kanan, tetapi Aaron menahan tangannya.
“Tidak ada yang selesai! Aku tidak akan pernah membatalkan pertunangan kita, justru aku akan memaafkanmu kalau kau putuskan selingkuhanmu dan tinggalkan dia!” Suara Aaron sedikit lantang.
Sepertinya lelaki itu sengaja, agar orang-orang mendengarnya. Namun Clara masih tetap tenang, karena gadis itu tidak peduli dengan omongan orang lain.
“Aku tidak bisa,” kata Clara yang membuat tatapan Aaron semakin menggelap.
“Clara, aku sudah berbaik hati memberimu kesempatan. Jadi, pikirkan lagi keputusanmu atau kau akan kehilangan orang yang kau cintai!” Ancam lelaki itu.
Clara tersenyum, senyuman gadis itu terlihat sangat menawan dan membuat Aaron terpana untuk beberapa saat.
“Aaron!” Suara lembut Bella menyadarkan lelaki itu.
Bella memang sengaja melakukannya, karena ia tidak ingin Aaron terpesona oleh senyuman Clara yang terlihat begitu cantik.
“Clara, kau seharusnya menerima kesempatan yang diberikan Aaron. Kalau aku jadi kau, aku akan meninggalkan selingkuhanku dan mengambil kesempatan yang diberikan Aaron,” ucap Bella.
Clara tertawa mendengarnya, tawa gadis itu terdengar begitu merdu. Bella mengepalkan kedua tangannya, ia tidak melihat banyak pasang mata terpesona oleh kecantikan Clara yang masih tertawa.
“Clara, kenapa kau tertawa? Apa yang dikatakan Bella itu benar!” Marah Aaron yang sempat terpesona dengan Clara.
“Bella, jika kau menginginkan Aaron… ambil Aaron! Aku akan memberikannya kepadamu!” Clara mendorong bahu Aaron agar lebih dekat dengan Bella.
“CLARA!” Bentak Aaron yang tidak suka dengan tindakan sang tunangan.
“Aku hanya mengikuti permainan kalian, jika kalian berselingkuh… maka aku juga bisa,” kata Clara dengan tatapan dinginnya.
Aaron terkejut melihat ekspresi Clara yang tiba-tiba berubah, ia segera melepaskan tangan Bella yang sejak tadi digenggam olehnya.
“Aku dan Bella tidak berselingkuh!” Bantah lelaki itu dengan tatapan tajamnya.
“Benarkah? Tapi kau lebih banyak menghabiskan waktu dengan Bella, bahkan kalian selalu bergandengan tangan dan—”
“Cukup Clara! Kau jangan mengada-mengada! Di sini kau yang berselingkuh!” Potong Aaron sambil mencengkeram bahu Clara.
Clara menahan ringisannya, karena cengkeraman lelaki itu sangat kuat dan menyakitinya.
“Seperti yang aku katakan tadi, kau dan aku sudah tidak memiliki hubungan apa-apa. Sekarang kau bebas! Kau bisa bertunangan dengan Bella, karena itulah yang kau ingin sejak lama,” ujar Clara sambil menyentak tangan Aaron yang masih mencengkeram bahunya.
“Kau akan menyesal!” Seru Aaron kepada Clara yang sudah menjauh.
Clara menarik sudut bibirnya, lalu bergumam. “Justru kau yang akan menyesal, karena sudah pernah menyakiti orang yang mencintaimu dengan tulus.”
Clara melanjutkan langkahnya, karena sebentar lagi kelasnya akan dimulai. Beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda, tetapi gadis itu tidak memedulikannya.
“Dia sudah berubah,” gumam Eiden, teman Aaron yang sejak tadi menyaksikan apa yang terjadi.
Eiden menatap ke arah Aaron yang sedang melangkah ke arahnya, tentu saja dengan Bella yang berada di sisinya. Tatapan Eiden terjatuh pada tangan temannya yang menggenggam tangan Bella.
“Sepertinya Clara sudah tidak mencintaimu,” ucapan Eiden membuat rahang Aaron mengeras.
“Jangan bicara sembarangan! Dia sangat mencintaiku!” Seru Aaron penuh percaya diri.
Eiden menarik sudut bibirnya, “Aaron, setiap orang pasti memiliki titik lelahnya. Mungkin Clara sudah lelah menjadi tunangan yang tidak pernah dianggap keberadaannya olehmu, bahkan kau lebih banyak menghabiskan waktu bersama Bella. Jangan-jangan benar yang dikatakan Clara, kau dan Bella berselingkuh—”
Bugh!
Aaron memukul wajah Eiden, membuat Eiden tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Eiden yang tidak terima, membalasnya dan akhirnya keduanya terlibat perkelahian.
Bella mencoba melerai mereka, tetapi malah ia yang terkena pukulan sampai hidungnya mengeluarkan darah.
Keributan yang dibuat Aaron dan Eiden terdengar oleh salah satu dokter yang hendak mengajar, jadi keduanya dipanggil untuk menghadap ke ruang Dekan.
Clara sempat mendengarnya, tetapi gadis itu tidak memedulikannya. Hubungannya dengan Aaron sudah berakhir, Clara hanya perlu menunggu waktu untuk menemui keluarganya.
Gadis itu masih belum diizinkan keluar dari Mansion pribadi Sean, kecuali saat ada jadwal kuliah.
“Clara!” Panggilan itu mengejutkannya.
“Ada apa Zelin?” Tanyanya kepada Zelin yang duduk di sebelahnya.
“Ponselmu terus menyala!” Kata Zelin.
Clara menunduk, ponselnya memang tidak dibunyikan, jadi ia tidak tahu kalau ada nomor asing yang meneleponnya.
Clara menggeser tombol merah, ia yakin kalau nomor asing itu adalah nomor baru Gabriel yang sejak kemarin terus menghubunginya dengan nomor baru.
Gadis itu memang sengaja memblokir nomor keluarganya, karena ia sangat malas mendengar kemarahan mereka yang selalu menyalahkannya dan menyebutkan si biang masalah.
“Jika kalian terus menyalahkanku tanpa adanya bukti yang kuat, maka aku tidak akan berpikir dua kali untuk keluar dari keluarga Lexander!” Clara menatap dingin layar ponselnya yang kembali gelap.
Bersambung.
up..up..up..
/Determined//Determined//Determined/