"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. Menginap
...Bahagia dan bersedih sewajarnya, Karena sedih dan Kecewa akan selalu datang menyapa...
...🍁...
Asmara lantas meletakkan minuman yang sebelumnya dia bawa ke atas meja.
Disusul Loka yang juga memilih untuk kembali duduk.
Keduanya duduk saling berhadapan, dengan Loka memilih untuk duduk di tempatnya semula.
"Kau tidak punya saudara ?"
Asmara tampak menggelengkan kepala, menandakan jika memang dia hanya sendiri saja.
"Iya , Saya anak tunggal"
Keduanya tampak menyesap Jahe geprek hangat buatan Asmara, Susana hening semakin menambah rasa canggung diantara keduanya.
Beberapa kali hanya terlihat Asmara menyesap minumannya, begitu juga dengan Loka melakukan hal yang sama.
Tok tok tok !!!
Terdengar ketukan pintu yang begitu nyaring dari arah depan.
Asmara tampak menoleh kesana , begitu juga dengan Loka yang juga mengerut kan keningnya. Tidak mungkin rasanya ada tamu yang datang bertandang ketika malam, terlebih saat ini tengah hujan.
Kalau pun pasien yang datang, mereka pasti akan langsung memencet bel yang ada di depan pintu ruang periksa, dan bukan mengetuk pintu rumah.
"Siapa ?"
"Bapak Nduk"
Sadar siapa yang datang, Asmara segera bangkit dan bergegas Menuju pintu depan untuk membukakan pintu.
'Pak Basuki' Jelas asma langsung tahu, karena hanya pak Basuki yang kerap datang kerumahnya.
"Bapak kok hujan-hujan kesini ?" Panik Asmara
Bukan tanpa alasan pak Basuki selalu saja datang disaat hujan besar atau Guntur menyapa, sejujur nya Asmara sangat tahu apa alasannya, tentu rasa khawatir dan sifat ke bapak an paman nya itu yang selalu menghawatirkan Asmara dan juga Senja.
Belakangan diketahui pak Basuki datang untuk memastikan apakah Asmara sudah di rumah atau belum, pasalnya tadi mbok Jum yang merasa khawatir, mendatangi pak Basuki dan Bu Retno mengatakan jika keduanya belum pulang sejak pagi tadi.
Hal itu tentu yang melatar belakangi pak Basuki datang kali ini.
"Syukur kamu sudah pulang Nduk, Bapak khawatir"
"Bapak tadi tahu dari mbok Jum kalian pergi main, tapi belum pulang pulang"
Asmara merasa sangat bersalah pada pak Basuki, terlihat dia begitu mencemaskan nya. Wajah lelah pak Basuki, ditambah mencemaskan dirinya dan juga Senja, tentu hal itu semakin membuat Asmara merasa bersalah.
"Bapak Masuk dulu ya, asma buatkan Jahe"
"Ya Nduk"
Karena seringkali pak Basuki setelah melihat Asma berada dirumah dan baik-baik saja maka pak Basuki akan langsung pulang, Namun kali ini Asmara sengaja memintanya untuk singgah sejenak.
Asma lantas berjalan kearah belakang, sementara pak Basuki berjalan menuju ruang tamu.
Tatapan pak Basuki langsung tertuju pada sosok laki-laki yang tengah duduk di ruang tamu.
Pak Basuki yang tidak mengenakan kaca mata, mulai menajamkan penglihatannya.
"Pak ?"
Sapa Loka dengan menunduk hormat terlebih dahulu, menyadari kedatangan pak Basuki.
"Lhoo Nak Loka to?" Pak Basuki. Loka tersenyum ramah dengan mengangguk sopan.
Setelah pak Basuki mengambil posisi duduk , Loka lantas menceritakan bagaimana dia bisa berada di tempat ini.
Pak Basuki tampak mendengar dengan antusias setiap ucapan dari Loka, dia juga sangat bersyukur dan berterima kasih pada sosok laki-laki baik di hadapannya itu.
Entah bagaimana dia akan mencari Asmara dan Senja jika tidak ada Loka yang menolongnya , begitu pikir pak Basuki.
Tidak berselang lama Asmara keluar dengan membawa nampan berisi secangkir jahe hangat dengan pisang goreng yang sebelumnya mbok Jum siapkan.
Asmara lantas meletakan minuman tepat didepan Pak basuki, dan mempersilahkan nya untuk minum terlebih dahulu.
"Mas, dicoba pisang gorengnya"
Asmara mendekatkan pisang goreng yang masih hangat ke depan Loka. Sementara loka tersenyum menerima nya.
"Terima kasih" Loka. Asmara menjawab dengan anggukan kepala.
Ketiganya lantas berbincang bersama, tak banyak yang di tanyakan pak Basuki, karena justru Loka yang lebih banyak dan aktif untuk bertanya.
Tentunya berkaitan dengan kondisi alam di desa ini, meski tidak mengatakan secara langsung, namun Loka agaknya mulai mencari informasi berkaitan dengan tempat wisata dan tempat-tempat lain yang banyak di minati.
Hal itu tentu karena kedepannya dia akan membangun usaha yang serupa , meski tidak sama, karena tentu tempat usaha yang akan di bangun Loka kebanyakan hanya di minati kalangan atas saja.
"Ohya Nduk, jembatan di bawah sana rubuh, jadi sebaiknya kamu tidak usah kemana-mana" titah pak Basuki.
Mengatakan itu pak Basuki baru mengingat jika diantara mereka juga ada Loka.
Pak Basuki sendiri menjadi bingung karena nya. Sejenak pak Basuki menautkan kedua alisnya, menatap sekilas pada Loka yang juga mendadak menjadi bingung.
"Nak loka sebaiknya menginap disini saja" titah pak Basuki.
Hal itu tentu karena jembatan yang merupakan akses penghubung antar desa itu rubuh.
Kalaupun loka memaksa untuk kembali, dia harus mengambil jalan yang lebih jauh, dan jalan tersebut cukup curam karena di samping kanan dan kirinya terdapat tebing, tentu pak Basuki tidak akan mengambil resiko itu dengan mengizinkan Loka pulang.
Terlebih mengingat Loka tentu tidak familiar dengan jalanan di daerah sini, hal itu yang semakin membuat pak Basuki yakin meminta Loka untuk menginap.
Pak Basuki pun juga tidak bisa mengajak Loka untuk menginap di rumahnya , sementara pak Basuki dan Bu Retno sendiri malam ini ada kegiatan di balai desa.
Disana warga desa tengah mengadakan Pagelaran wayang kulit untuk pembukaan maulid Nabi, tentu sebagai kepala desa tidak begitu saja mudah bagi pak Basuki untuk meninggalkannya.
Terlebih tentu banyak warga yang mengharap kedatangan pak Basuki.
"Tidak masalah pak saya menginap di sini ?"
Pak Basuki lantas tersenyum ramah mendengar pertanyaan Loka.
"Tidak papa Nak, bapak percaya sama nak Loka" ucapnya kemudian.
Loka tampak lega dengan mengulas senyum manis di bibirnya.
Setelah perceraian Asmara dengan Bima sejujurnya cukup membuat hati pak Basuki turut sakit dan kecewa, banyak laki-laki yang meminta Asmara padanya, namun juga lagi lagi selain karena Asmara tidak suka atau lebih tepatnya Asmara yang belum siap, juga hal itu karena pak Basuki tidak mengizinkannya.
Namun entah mengapa, ketika bersama Loka filing pak Basuki berbeda , jika di bandingkan dengan kebanyakan pria yang mendatanginya.
"Terima kasih pak kalau begitu" Loka. Pak Basuki pun menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Setelah cukup lama berbincang, pak Basuki beranjak dari duduknya , karena waktu telah menunjukan angka 20.15 , Mengingat pembukaan pagelaran wayang kulit jam 21.00.
Pak Basuki yang merupakan kepala desa tentu tidak boleh telat , karena dia juga di dapuk sebagai penabuh Gong, pertanda dibuka nya acara pagelaran malam nanti.
"Ya sudah , Bapak pulang dulu ya, kalau ada apa-apa kamu telpon bapak saja Nduk"
Asmara tampak menganggukkan kepala, paham dengan apa yang di katakan pak Basuki padanya.
"Bapak hati-hati ya" Asmara. Pak Basuki menjawab dengan anggukan kepala.
Pak Basuki lantas keluar rumah di susul Asmara dan juga Loka yang ikut mengantarkan sampai ke teras rumah.
Mengenakan kembali jas hujan berwarna ungu, pak Basuki beranjak meninggalkan rumah asmara menggunakan motor Supra nya.
***
Bonus Visual Pemeran , Mohon Maaf jika tidak sesuai Ekspektasi Pembaca, boleh memvisualkan dengan karakter lainya, Bebas... 🥰🤗🙏
Loka Wiratmaja
Asmara
Bima Dirgantara