Xaviera wanita berusia 25 tahun, seorang anak dan cucu dari keluarga konglomerat. Namun kehidupan sehari-harinya yang berkilau bagaikan berlian berbanding terbalik dengan kisah asmaranya.
Perjodohan silih berganti datang, Setiap pria tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya. Menjadi selingkuhan bahkan istri kedua bukanlah keinginannya, melainkan suatu kesialan yang harus di hadapi. Sebuah sumpah dari mantan kekasihnya di masa lalu, membuatnya terjerat dalam siksaan.
Suatu hari, pertemuan dengan mantan kekasihnya, Rumie membuatnya mati-matian mengejarnya kembali demi ucapan permintaan maaf dan berharap kesialan itu hilang dalam hidupnya.
Akankah Xaviera bisa mendapatkan maaf yang tulus dari Rumie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Kabar tentang Xaviera berada di rumah sakit pun terdengar oleh neneknya, setelah Lukas menelpon sekretaris Nyonya Eliasa.
Dengan tubuh gemetar, Lukas berada di ruang tunggu. Saat ini Xaviera masuk kedalam ruang ICU untuk mendapatkan perawatan.
Nyonya Eliasa tiba di rumah sakit dengan raut wajah panik.
“Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Eliasa.
Lukas, mendongak dan memikirkan jawaban tepat.
“Aku tidak tahu, tiba-tiba dia menarik tanganku saat aku mengemudi, dengan marah meminta berhenti di tengah jalan, dan keluar dari mobil,” kata Lukas, berdalih.
Nyonya Eliasa, melihat kondisi cucunya dari kaca jendela ICU. Kemudian, dokter keluar dan menjelaskan kondisi Xaviera yang kritis. Cucunya mengalami kerusakan pada tulang rusuk dan tulang punggungnya, sehingga harus segera. menjalani operasi.
Lukas semakin ketakutan mendapatkan kabar itu, jika ketahuan akan kebohongan dia akan mendapatkan masalah besar. Karena Nyonya Eliasa adalah salah satu orang berpengaruh di Jerman.
“Maafkan aku, aku tidak tahu jika dia akan keluar, harusnya … harusnya aku saja yang mengalami kejadian buruk itu,” ucap Lukas, menangis untuk menutupi kebohongannya.
Nyonya Eliasa menatap tajam wajah Lukas, merasakan kemarahan besar karena tidak bisa menjaga cucunya dengan baik.
Namun, Eliasa juga menyadari jika cucunya sangat arogan dan menolak Lukas sejak awal. Melihat cucunya, terbaring di ruang ICU dan kemungkinan tidak akan normal seperti sedia kala. Nyonya Eliasa mencoba merendah, berharap Lukas tidak membatalkan perjodohan ini dan masih mau menerima Xaviera.
“Tenang, aku tidak menyalahkanmu, aku tahu dia sangat temperamen, jadi maafkan dia, ya.” Nyonya Eliasa tersenyum pahit, memandang Lukas. Lukas merasa heran dengan situasi ini, seakan dukungan jatuh kepada dirinya.
“Tidak masalah, aku sangat mencintai Xaviera. Aku akan mencoba untuk selalu mengerti dia,” balas Lukas.
Setelah menjalani operasi selama 3 jam, Xaviera dipindahkan ke ruang perawatan. Saat ini Xaviera mendapatkan penanganan dan penjagaan khusus dari dokter spesialis. Xaviera masih tidak sadarkan diri, meskipun operasi berjalan lancar.
“Astaga anak ini, selalu membuat masalah!” gerutu Nyonya Eliasa, ketika menatap cucunya yang terbaring lemah di atas tempat tidur.
Karena kesibukan Nyonya Eliasa, Xaviera berada di rumah sakit hanya ditemani dan diurus dengan dokter dan perawat khusus pribadi dari keluarganya.
Tidak tampak kedatangan Nyonya Eliasa lagi untuk menjenguk cucunya, bahkan saat Xaviera sudah siuman.
Akibat kecelakaan, Xaviera selama masa penyembuhan menggunakan kursi roda, untuk membantunya beraktivitas. Rasa nyeri di punggungnya, masih terasa. Begitupun, perasaan dendam dan benci terhadap keluarganya semakin membara.
Setelah satu bulan masa pemulihan, Xaviera kembali pulang kerumah. Sambutan sinis dari tatapan mata neneknya membuatnya tak tenang.
“Sebentar lagi pernikahanmu dan Lukas akan dilaksanakan, sebaiknya cepat bangkit dari rasa sakitmu dan bersiap menjadi istri yang baik,” kata neneknya.
Mendengar hal itu, Xaviera langsung kesal.
“Aku tidak ingin menikah dengannya! Apa nenek tahu, dia yang membuatku seperti ini!” Xaviera membalas dengan lantang.
Dengan cepat, neneknya mendekat. Menarik rahang Xaviera, memberikan tatapan menusuk.
“Berpikir sebelum bicara! Hanya dia yang mau menerima kondisimu seperti ini!” Neneknya menendang kursi roda Xaviera, menunjukkan jika Xaviera harus tahu diri, dalam kondisi tubuhnya belum normal pasca kecelakaan.
“Aku akan kembali normal, dan aku tidak akan menikah dengan pria itu! Lebih baik aku mati, jika nenek masih memaksaku!” gertak Xaviera tak gentar.
“Silahkan tuan putri, silahkan tentukan pilihanmu! Kau ingin menikah atau tidak dengan Lukas. Kau akan kehilangan semuanya, aku akan menarik semua saham atas namamu, dan kau akan jadi pengemis jalanan!” Neneknya tersenyum sinis, “Seorang Xaviera yang selalu tampil menawan dan berkilau, di usir oleh orang tua dan neneknya!” imbuh neneknya, menekan Xaviera untuk menurut. Karena tahu, sifat cucunya yang tidak bisa hidup tanpa kemewahan.
Xaviera mengepalkan kedua tangannya dengan kesal, atas ancaman yang diberikan neneknya. Apalagi, saat ini Xaviera sedang memulai bisnis berlian barunya, dan itu butuh banyak biaya agar terealisasikan.
“Pernikahan dua minggu lagi, bersiaplah!” bisik neneknya dengan nada ketus, sebelum keluar dari kamar Xaviera.
Xaviera kemudian, memikirkan jalan keluar agar bisa membatalkan pernikahannya dengan Lukas.
Lukas, adalah pria paling buruk dari deretan perjodohan yang diberikan neneknya.
Xaviera menatap laci mejanya, melihat beberapa foto pria yang pernah dijodohkan olehnya. Mau tidak mau, dia harus keluar dengan cara memilih kembali pria yang pernah dia tolak. Setidaknya, ada salah seorang pria yang lebih baik dibanding Lukas.
Sebuah foto wajah pria, dengan tatapan lembut dan pernah membuatnya sedikit terpikat ia lihat saat ini. Pria itu bernama Jones, dia sudah memiliki istri. Istrinya saat ini dalam kondisi koma. Oleh Karena itu, Jones menawari Xaviera untuk menjadi istri rahasia.
Jones tidak pernah kasar dengannya, bahkan selalu menuruti ucapannya. Hanya saja, jika keduanya bersama, status Xaviera hanyalah sebagai istri rahasia, yang tertulis dalam kontrak seperti sebuah kesepakatan.
Air mata keluar dari pelupuk mata, menyadari Xaviera melangkah sejauh ini dalam penderitaan. Bayangan, kehangatan dan pelukan Rumie satu-satunya pelipur kesedihannya untuk bangkit.
“Kau dimana? Apa kau masih memikirkanku atau membenciku?”
Xaviera berusaha mencari Rumie bekerjasama dengan seorang detektif kepercayaannya, namun kabar Rumie belum didapatkan. Bak ditelan bumi, setelah Rumie mengalami kecelakaan, semua pintu keberadaan Rumie tertutup rapat.
💙💙💙
Sedangkan Rumie, setelah pingsan dan mendapatkan perawatan di rumah sakit. Andreas, semakin ketat dalam memberi penjagaan.
Andreas saat ini memberikan waktu untuk Rumie menikmati liburan selama satu bulan.
“Aku harus kemana?” gerutu Rumie, terbiasa bekerja, menikmati hidup berleha-leha bukanlah dirinya.
“Terserah, kau bisa pergi ke Jepang, Korea atau ke Afrika, mungkin?” Andreas juga bingung, karena dia sendiri jarang menikmati liburan. Hidupnya 24 jam hanya bekerja.
“Atau jika tidak, kau bisa temani ibu ke salon, ada banyak teman ibu yang ingin mengenalkanmu dengan putrinya,” sahut Rezty, sambil tertawa kecil.
“Astaga, aku tidak mau kemana-mana. Aku banyak kerjaan yang menumpuk,” gerutu Rumie.
“Sudah, ambil saja kesempatan ini. Selagi ayahmu baik menyuruhmu berlibur,” Rezty menepuk punggung Rumie.
“Hah, aku baik-baik saja. Istirahat satu hari cukup,” kata Rumie, tampak kesal.
Andreas kemudian melemparkan majalan ke arah Rumie.
“Apa?” Rumie mengernyit.
“Seorang kenalan Ayah, akan membuka perusahaan baru di Jerman. Kau bisa bekerja, sekaligus berlibur,” ucap Andreas, menunjukkan foto kenalannya yang terpampang di majalah.
Rezty menoleh dengan wajah kesal, dan memukul punggung suaminya dengan majalah tersebut, “Kau bilang ingin dia beristirahat! Kenapa menyuruhnya jauh-jauh kesana untuk bekerja!”
Andreas tertawa kecil, mendapatkan amukan dari istrinya.
Rumie menatap majalah tersebut dengan serius.
“Jerman,” gumamnya.