(Area orang dewasa🌶️)
Hidup Viola Amaral berubah drastis ketika sebuah kontrak mengikatnya pada kehidupan seorang jenderal berpengaruh. Bukan pernikahan impian, melainkan perjanjian rahasia yang mengasingkannya dari dunia luar. Di tengah kesepian dan tuntutan peran yang harus ia mainkan, benih-benih perasaan tak terduga mulai tumbuh. Namun, bisakah ia mempercayai hati seorang pria yang terbiasa dengan kekuasaan dan rahasia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
...(1 jam sebelumnya)...
...Begitu Viola meninggalkan kamar hotel, Nyonya Rose bergegas mengajak Tuan Finn menyusul. Namun, sesampainya mereka di depan hotel, Viola telah lebih dulu masuk ke dalam taksi....
"Pa, ayo kita kejar taksi itu!" seru Nyonya Rose sambil menarik lengan Tuan Finn menuju mobil mereka setelah menghafal plat nomor taksi yang di tumpangi oleh Viola.
"Sayang, yakin kamu bisa membujuknya?" tanya Tuan Finn, menatap istrinya dengan ragu.
"Tentu saja! Aku akan berusaha sekuat tenaga membujuknya. Lagipula, dia sudah bersama Revan... siapa tahu sebentar lagi ada kabar baik," sahut Nyonya Rose seraya masuk ke dalam mobil.
"Kau benar," timpal Tuan Finn, ikut bergegas masuk.
...Tanpa menunggu, Tuan Finn menginjak pedal gas, berusaha mengejar taksi yang membawa Viola. Namun, tiba-tiba taksi itu berbelok arah, membuat Tuan Finn terheran. Ia menoleh pada istrinya yang tampak fokus menatap taksi yang semakin menjauh....
"Sayang, sebenarnya ke mana mereka pergi?" tanya Tuan Finn dengan rasa ingin tahu.
"Fokus menyetir saja, Pa. Aku sedang berusaha keras agar kita tidak kehilangan jejak," jawab Nyonya Rose tanpa mengalihkan pandangannya dari taksi.
...Melihat tingkah istrinya yang begitu tegang, Tuan Finn hanya bisa menghela napas panjang. Ia menambah kecepatan mobil, namun sialnya, lampu merah memaksa mereka berhenti tepat di persimpangan....
"Ma... bagaimana sekarang?" tanya Tuan Finn dengan nada frustrasi.
"Terobos saja!" perintah Nyonya Rose tanpa kompromi.
"Tapi, Ma..." Tuan Finn mencoba membantah.
"Kubilang TEROBOS!" bentak Nyonya Rose dengan nada tinggi.
...Tak punya pilihan lain, dengan berat hati dan perasaan campur aduk, Tuan Finn menginjak pedal gas dalam-dalam, menerjang lampu merah....
...Dari kejauhan, mata Nyonya Rose terpaku pada Viola yang tampak kebingungan. Gadis itu berjalan limbung menuju tepi jembatan, hanya dibatasi oleh beberapa batang besi. Kepanikan mencengkeram Nyonya Rose, membuatnya berteriak histeris....
"Cepat! Tambah kecepatannya!"
"Baik!" sahut Tuan Finn, suaranya tak kalah cemas. Ia menginjak pedal gas dalam-dalam.
...Mobil itu meraung, membelah jalanan. Belum juga roda berhenti sempurna, Nyonya Rose sudah menerjang keluar, jantungnya berdebar kencang....
"Tunggu!" pekik histeris Nyonya Rose, terhuyung keluar dari mobil dan berlari sekuat tenaga ke arah Viola dengan wajah pucat pasi, di susul Tuan Finn dari belakan yang tak kalah panik berlari ke arah yang sama.
...Suara Nyonya Rose yang meninggi menghentikan gerakan Viola. Gadis itu menoleh, tangannya urung menyentuh besi pembatas jembatan....
"Nyonya? Tuan? Kalian... kenapa bisa ada di sini?" tanya Viola, matanya menyiratkan kebingungan.
Nyonya Rose masih terengah-engah, mencoba mengatur napas. "Tunggu sebentar... hah... hah... ya ampun, lari-lari begini tidak cocok untuk usia ku yang sudah sangat tua."
Tak lama, Tuan Finn pun muncul dan berdiri di samping Nyonya Rose. "Viola, jawab kami. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan nada khawatir.
"Aku..." Bibir Viola bergetar, namun tak ada suara yang keluar. Ia hanya bisa menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya di balik rambut yang terjuntai. Butiran air mata mulai merayap turun, meninggalkan jejak basah di pipinya.
...Nyonya Rose dengan naluri seorang ibu segera merengkuh Viola ke dalam pelukannya. Ia merasakan bahu gadis itu bergetar hebat, pertanda gejolak batin yang sedang berkecamuk. Dalam hatinya, ia yakin Viola sedang bergumul dengan kebingungan dan trauma yang mendalam....
"Ssst... tenang, sayang... ada kami di sini," hibur Nyonya Rose dengan suara lembut yang menenangkan, sembari mengusap punggung Viola dengan sayang.
...Tangis yang selama ini tertahan bagai bom waktu akhirnya meledak. Viola terisak tanpa suara, tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan Nyonya Rose. Melihat pemandangan itu, Nyonya Rose dan Tuan Finn hanya bisa saling bertukar pandang, diliputi rasa iba dan tanda tanya besar....
...(Beberapa menit kemudian)...
...Setelah meluapkan kesedihannya dalam isak tangis yang menyayat hati, Viola akhirnya lebih tenang. Ia duduk di tepi jalan, diapit oleh Nyonya Rose dan Tuan Finn. Dengan mata sembab, ia menatap keduanya secara bergantian, raut wajahnya masih menyimpan jejak kesedihan dan kebingungan....
"Ta-tadi..." Viola memulai dengan suara serak, "Tuan dan Nyonya belum menjawab pertanyaanku... kenapa kalian bisa ada di sini?"
"Astaga!" Nyonya Rose menepuk dahinya pelan. "Maafkan kami, Nak. Kami datang ke sini memang untuk membicarakan sesuatu yang penting denganmu."
"Membicarakan sesuatu?" Viola mengerutkan kening, semakin bingung dengan arah pembicaraan ini. "Sesuatu tentang apa?"
"Begini, Viola," Nyonya Rose menarik napas sejenak, menatap Viola dengan tatapan lembut namun sungguh-sungguh. "Kami ingin... melamarmu untuk Revan."
Deg!
...Satu kata itu bagai petir yang menyambar Viola di siang bolong. Melamar? Untuk Revan? Otaknya mencerna kalimat itu dengan lambat, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ironis sekali. Pria yang selama ini menunjukkan kebencian dan penghinaan padanya, kini justru akan dilamar untuknya? Bagaimana mungkin Nyonya Rose, wanita yang tampak begitu lembut, bisa menginginkan ia bersanding dengan sosok kasar dan dingin seperti Revan? Sebuah rasa tidak percaya yang pahit menjalari Viola....
(Bersambung)