Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.
Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
void vs time
"kita akan maju. Lalu venus, lebih baik kau dihutan saja karena lawannya adalah mantan kelompokmu." Tegas arya.
"Hah?! Kau pikir kau siapa?!, hm... Baiklah. Lagian aku tidaka bisa bertarung dalam mabuk gini." Balas venus.
"Terimakasih, *teleportasi!" Memindahkan venus ke hutan dekat ibukota.
"Dina,gamma. Bisakah kalian urus prajurit yang datang nanti? Aku akan menghadapi Noctis the void sendiri." Arya yakin.
"Hah?! Kau melawannya sendiri?"
"Ya, lawannya adalah VOID pasti akan menghilangkan segalanya."
"Baiklah kak, semoga berhasil." Balas gamma.
"Baiklah, semoga berhasil." Balas dina.
"Terimakasih. Time stop!". Waktu dalam radius 100meter terhenti dan hanya arya,dina,gamma yang bergerak.
"Majulah."
Dina,gamma bergerak maju menghabisi para penjaga.
"Lalu, Fly!" Arya terbang. "Keluarlah noctis".
---
Langit ibukota menghitam. Bukan karena malam, tapi karena kehampaan yang muncul di atas istana. Udara mendadak menebal, seperti dipenuhi energi tak terlihat. Arya berdiri di atas balkon tertinggi, tubuhnya tegak dan dingin seperti biasa. Tapi hari ini... dia merasa ada sesuatu yang berbeda.
Lalu, ruang di hadapannya meretak.
Bukan secara fisik, tapi realitas itu sendiri bergoyang, membentuk pusaran seperti cermin retak. Dari dalamnya, sosok berjubah hitam melangkah keluar. Tidak ada suara, tidak ada riak sihir biasa—yang muncul hanyalah keheningan yang menusuk jiwa.
"Noctis," gumam Arya.
Mata pria itu bersinar keunguan gelap, penuh kehampaan. Ia tidak berkata sepatah kata pun. Di belakangnya, bayang-bayang bergelombang seperti lautan tinta hidup. Ini bukan sihir biasa. Ini adalah Void.
“Jika kau datang untuk menghentikanku,” ujar Arya tenang, “maka bersiaplah.”
Noctis mengangkat tangannya. Dalam sekejap, tanah di sekitar mereka menghilang—bukan hancur, tapi lenyap seperti tidak pernah ada. Arya mundur satu langkah.
Void Art: Annihilation Sphere.
Bola kehampaan sebesar kepala manusia melesat ke arahnya. Arya memutar tubuh, melompat ke samping, lalu menembakkan peluru sihir dari pistolnya. Tapi bola itu tidak pecah—pelurunya menghilang begitu menyentuh permukaannya.
"Jadi, sihir ini tidak menghancurkan... tapi menghapus keberadaan," gumam Arya, wajahnya serius.
Void Art: Erase Step.
Noctis muncul tepat di belakang Arya tanpa suara. Seperti teleportasi, tapi ini bukan perpindahan ruang—Noctis menghapus jejaknya dari tempat sebelumnya dan 'muncul' di tempat baru, tanpa celah untuk dideteksi.
Arya mencondongkan tubuh ke depan, lalu...
Time Magic: Slow Time.
Segalanya melambat. Serangan Noctis tertahan di udara. Arya melompat mundur dan membidik dengan tenang.
Dor!
Tapi pelurunya berhenti di tengah udara... lalu lenyap.
Void Art: Null Field.
“...Area sihir pun bisa dia telan?” desis Arya. “Menjijikkan sekali kemampuanmu.”
Noctis mengangkat wajah, tersenyum tipis. Suara akhirnya terdengar, tenang tapi menggema dalam ruang kosong.
“Waktu pun bisa dihapus.”
Void Art: Collapse of Chronos.
Lingkaran hitam muncul di langit, dan sihir waktu Arya terhisap perlahan. Arya menyipitkan mata. Jika Void bisa memakan waktu... maka satu-satunya cara adalah mempercepat waktu, bukan memperlambatnya.
Ia menyentuh dadanya.
Time Magic: Accelerate Core.
Tubuhnya menyala. Gerakannya lima kali lebih cepat. Mata Arya bisa menangkap celah yang bahkan bayangan tidak sempat tinggalkan.
“Tidak semua yang tak terlihat tak bisa ditebak.” Ia melompat ke udara.
Time Slash!
Sihir waktu mengalir di katananya. Sekilas, bahkan Void pun terpatahkan. Noctis mundur. Luka tipis tergores di pipinya.
Itu cukup. Arya tersenyum.
"Jadi Void tidak bisa menghapus segalanya. Bahkan kehampaan pun tak bisa menaklukkan waktu."
Noctis tidak menjawab, hanya menurunkan tudung jubahnya. Wajah tampan dan berkarismanya terlihat. Tapi mata itu... terlalu hampa untuk usia seperti itu.
“Apa tujuanmu sebenarnya?” tanya Arya.
Noctis hanya mengangkat tangannya lagi.
Void Art: Realm Collapse.
Ruang itu mulai pecah seperti kaca. Arya tahu, ini akan menghapus lokasi mereka dari dunia ini jika tidak dihentikan.
“Cukup,” gumam Arya.
Time Magic: World Rewind.
Sihir waktu terbesar yang dia kuasai. Dunia seolah bergetar, waktu memundurkan kehancuran sebelum sempat terjadi.
Void dan Time saling menelan.
Ruang kosong bertemu detik yang berputar.
Arya dan Noctis saling menatap dalam diam, sebelum akhirnya tubuh Noctis bergetar... dan perlahan, lenyap menjadi abu hitam.
Sebelum menghilang, satu kalimat ia ucapkan.
“Jadi kau bisa melakukan apa saja ya... Hebat sekali Exone the executor."
Arya menatap ke tanah yang kembali utuh. Penuh debu, luka, dan keheningan.
Ia menurunkan pistol dan katananya.
“…Terimakasih sobat..."
Langkah Arya menjauh, perlahan.
Tapi bekas pertarungan itu akan membekas dalam jiwanya selamanya.
"Dia benar benar mengerikan, untung saja aku belajar sihir waktu dari tuan noctarion. Dan ternyata bisa digunakan menyerang juga ya." Gumam arya.
"Aku selalu berpikir buruk saat dengar tentang Void, dan memang waktu yang bisa menghilangkan kehampaan."
Pertarungan berlangsung tidak lama, hAnya 10 Detik dikarenakan Arya bolak balik menggunakan sihir waktu.
"Apakah kak arya baik baik saja?" Bertanya dan cemas.
"Tenang saja gamma! Dia itu abnormal! Lihat itu diatas! Sambung dina.
"Eh mana dia? Kok gaada diatas?"panik.
"Kemana kak arya kak?!" Panik.
"Gatau, mungkin dibawa ke dimensinya si noctis itu?" Memberi jawaban membingungkan.
...———
"Tapi banyak sekali penjaganya, apa mereka bisa mengatasi berdua? Biarin saja lah."
Arya langsung masuk ke ruangan raja.
Setelah pertarungan sunyi itu, Arya perlahan mendarat di reruntuhan balkon istana. Nafasnya berat, tapi langkahnya masih tegap. Tanpa banyak jeda, ia melangkah menuju ruang tahta—tempat semua pertanyaan menanti jawabannya.”
"Berhenti disana!" Teriak prajurit menodongkan tombak.
"Berisik." Dor! Peluru menembus kepala meski pakai helm.
"Jadi kau rajanya?" Tanya arya.
"Benar! Tunjukkan sopan santunmu jelata!" Balas sekius.
"Sopan santun? Jangan membuatku tertawa! Ajudanmu sudah mati dalam pertarungan 10 detik." Arya tersenyum merendahkan.
"Apa?! Noctis-kun mati? Tidak mungkin. Berarti... Sudah waktunya untukku ya."
"Kalau dia masih hidup kenapa tidak datang kesini?".
"HAHAHAHA! Hebat sekali Exone! Sekarang apa yang kau mau?! Membunuhku?" Menyipitkan mata.
"Membunuhmu? Banyak yang ingin kupertanyakan."
"Apa tujuanmu melakukan semua itu?!"
"Tujuan? Bukankah sudah jelas? Ingin menghancurkan kerajaan ini tentunya!"
*Beep beep! *(Aktif).
"Ada apa dina?" Tanya arya.
"Apanya ada apa?! Kamu dimana?! Kok tidak ada diatas? Bukannya tadi kau diatas?" Dina cemas.
"Aku sudah selesai melawannya, dalam waktu 10 detik."
"Apa?! 10 detik menang lawan orang sekuat itu?!" Terkejut.
"Kakak hebat!"
"Hahaha! Tentu saja hebat! Aku adalah yang terhebat!" Bangga.
"Kau! Beraninya mengabaikanku!" Sekius kesal.
"Sssttt kau diam dulu! Aku lagi ngomong sama keluargaku!" Perlahan pergi.
"Ngomong sama siapa itu kak?!" Tanya penasaran.
"Raja negeri ini! Orangnya narsis banget!"
"Kau ga berhak ngomong gitu!" Bentak dina.
"Apa?! Tentu saja berhak! Eh sudah dulu ya! Dia keliatan marah banget saat dicuekin." Melirik ke sekius.
"Bye kak! Hati hati!"
"Iya bye!"
"Permisi, anda ngomong apa barusan?" Perlahan mendekat lagi.
"Tidak jadi, lalu bagaimana? Apa kau akan membunuhku?"
"Tentu saja! Setelah aku tahu apa niatmu sebenarnya!"
———