Hana Larasati Abraham, wanita cantik yang memiliki karir cemerlang. Dia salah satu penerus perusahaan keluarga Syahbana. Memiliki paras mempesona membuat dirinya diperebutkan para pria.
Kehadiran seorang pria yang ditugaskan menjadi sopir pribadinya menjadikan dirinya sosok wanita sombong dan angkuh. Apalagi dia tahu jika Dennis adalah bocah laki-laki tak disukainya dari kecil, rasa kebenciannya semakin besar dan berusaha membuat lelaki tersebut tidak betah.
Akankah Dennis Lim Kyo bertahan dengan sikap arogan Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Mengantar Hana Pulang
Hana tak mampu menjawab, kelihatan seperti gadis bodoh yang mengejar seorang pemuda. Wajahnya tampak panik ketika dilontarkan pertanyaan.
"Nona.."
"A..aku mau pulang!" Hana memegang kunci mobil hendak menghidupkan mesin.
Dengan cepat Dennis menyentuh tangannya Hana, "Biar saya antar pulang!"
"Tidak perlu!" Hana berkata gugup.
"Ini sudah malam, Nona."
"Aku bukan anak kecil, kamu tidak perlu khawatir," ucap Hana.
"Nona!"
Hana menatap mata Dennis begitu dalam.
"Dengarkan saya."
Hana dengan cepat mengangguk.
"Tunggu sebentar, saya mau memasuki motor ke dalam," ujar Dennis.
Hana mengiyakan.
Tak lama kemudian Dennis kini berada di bangku pengemudi.
Belum menghidupkan mesin mobil, ponsel Dennis berdering. Ia pun menjawabnya, "Halo."
"Sudah."
"Selamat tidur juga, sampai jumpa besok." Dennis menutup teleponnya.
"Dari Winny?" tanya Hana ragu.
"Iya, Nona." Dennis mulai menyetir.
"Kalian saling serius?" tanya Hana lagi.
Dennis tak menjawab.
"Pasti kamu sekarang bahagia dengannya," tebak Hana.
"Siapa 'sih pria yang tak bahagia jika dekat dengan Winny? Gadisnya baik, sopan, ramah dan pekerja keras."
"Aku juga pekerja keras," Hana membanggakan diri.
"Tapi, Nona bekerja di perusahaan milik keluarga sedangkan Winny membangun toko es krim dari uang hasil menabungnya," ungkap Dennis.
"Memangnya dia tidak memiliki orang tua?"
"Orang tuanya bukan orang kaya raya seperti Tuan Harsya, Nona."
"Oh."
"Makanya saya menyukai Winny," Dennis berkata dengan tersenyum.
Hana terdiam seakan dirinya begitu senang melihat Dennis bahagia.
"Saya ingin menikahinya. Menurut Nona bagaimana?"
"Terserah kamu," jawab Hana tersenyum getir.
Sesampainya di rumah Hana segera berlari ke kamar. Air matanya tak mampu dibendungnya akhirnya tumpah. Hatinya terasa sakit mendengar pria yang dibencinya selama ini jatuh cinta dan ingin menikahi wanita lain.
"Tuan Dennis, kenapa malam-malam begini ada bersama dengan Nona Hana?" tanya salah satu pengawal heran, karena pemuda itu tidak bekerja untuk putrinya Harsya lagi.
"Tadi dia singgah ke rumah, jadi aku menawarkan diri mengantarnya pulang. Apakah ada kamar kosong untukku bermalam hari ini?"
"Sepertinya ada, Tuan."
"Kalau begitu aku mau beristirahat, tolong titip kunci mobil Nona Hana," Dennis menyerahkan benda tersebut.
"Baik, Tuan."
Dennis pun masuk ke rumah.
****
Keesokan paginya, Hana menanyakan keberadaan Dennis kepada pelayan.
"Jam enam tadi Tuan Dennis pergi, Nona."
"Memangnya kapan Dennis kemari?" Anaya mendengar percakapan putrinya dengan pelayan.
"Tadi malam, Bu."
"Kenapa dia kesini?" tanya Anaya.
"Dennis tadi malam mengantarkan aku pulang, Bu."
"Kenapa dia yang mengantarmu?"
Hana tak dapat menjawab.
"Jangan bilang jika kamu ke rumahnya," ucap Anaya.
Hana semakin terpojok.
"Kenapa dia tidak berpamitan jika pergi?" Harsya bertanya lalu duduk.
"Tuan Dennis mengatakan jika buru-buru tak sempat berpamitan kepada Tuan dan Nyonya," jelas pelayan.
"Dennis bukan sopir Hana lagi jelas dia buru-buru karena harus menjemput Dayna," tutur Anaya.
"Benar, Sayang. Aku juga lupa kalau Dennis sekarang bekerja dengan Kak Darrell," ujar Harsya.
Selesai sarapan, Hana berangkat ke kantor diantar dengan sopir. Begitu sampai, ia lantas menghubungi Dennis.
Cukup lama, Hana menunggu panggilannya tersambung hingga suara Dennis terdengar.
"Kenapa kamu pergi tanpa pamit?" tanya Hana tanpa basa-basi.
Dennis tak menjawab, terdengar jika pria itu sedang berbicara dengan seorang wanita.
"Teh untukmu!"
"Terima kasih, Win."
"Halo, Dennis!" pekik Hana.
"Maaf, Nona. Tadi saya buru-buru jadi tak sempat berpamitan," ujar Dennis.
"Kamu lagi di mana? Dengan siapa?" cecar Hana.
"Saya lagi di rumahnya Winny."
Seketika nyeri di hatinya Hana terasa.
"Nona, maaf saya tutup teleponnya. Selamat pagi!" Dennis mematikan panggilannya.
Hana mengepalkan tangannya. "Aarrgh....."
-
Dikediaman Winny...
"Nona Hana?" tebak gadis berusia 23 tahun.
"Iya."
"Bukankah kamu tidak bekerja dengannya lagi? Tapi kenapa selalu menghubungimu?"
"Entahlah aku juga tidak tahu," jawab Dennis menyesap tehnya. Hari ini ia tak bekerja karena Dayna akan berangkat ke kantornya Harsya bersama papanya.
"Apa sebenarnya Nona Hana menyukaimu?" tanya Winny.
Dennis meletakkan cangkir tehnya dan tertawa kecil.
"Dari sikapnya seperti dia menyukaimu," ujar Winny.
"Nona Hana dari kami masih kecil membenciku, mana mungkin menyukaiku."
"Aku dapat melihat dari wajah kesalnya, Dennis."
"Jangan membahasnya, lebih baik kita pikirkan bagaimana caraku dapat bertemu dengan kedua orang tuamu," ujar Dennis.
"Kamu serius dengan aku?"
"Aku tidak pernah main-main, Win. Aku ingin kita menjalin hubungan ini serius."
"Apa kamu mencintaiku?" tanya Winny.
"Apakah dengan keseriusan aku tidak cukup memberikan bukti?" Dennis balik bertanya.
Winny tersenyum.
"Ayo, aku antar ke toko!" Dennis beranjak berdiri.
"Aku ambil tas, ya!"
Dennis mengiyakan.
ceritanya bagus lo,,
lanjut la thor sampai HANAN AMA NADIEN bersatu,,kan nanggung ceritanya
ya thor ya🙏🙏🙏
jangan berhenti dong...