Clara, seorang dokter cantik yang bertugas di sebuah rumah sakit swasta harus menghadapi seorang pasien yang sangat menyebalkan.
Pasien ini membuat keributan di ruangannya pasca siuman setelah menjalani operasi pengangkatan sebagian jaringan hatinya yang rusak.
Robert Kingston seorang mafia kejam yang tiba-tiba harus berhadapan dengan seorang dokter yang sama sekali tidak takut dengannya.
Bahkan dokter perempuan itu berani mendebatnya dan sampai memukul lengannya saat wanita itu ingin mengganti perban bekas luka operasinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMMK. 07
Brak!
Revina membanting pintu kamarnya saat dia tiba di rumah. Bahkan dia juga melampiaskan amarahnya pada semua barang-barang yang ada di atas meja riasnya.
Melihat hal itu membuat July sebagai ibunya merasa khawatir akan emosi putrinya yang meledak-ledak seperti itu.
"Astaga Revina, apa yang kamu lakukan, sayang?" tanya July yang merasa khawatir dengan keadaan putrinya saat ini.
"Apa lagi ibu? kenapa anak sialan itu selalu lebih beruntung dariku. Ayahnya menjodohkan dia dengan seorang laki-laki yang mapan segalanya, dan kini bahkan ada datang seorang laki-laki lagi yang ingin melamar ya bahkan sudah mempersiapkan pesta pernikahan di saat dia sendiri belum menerima apapun itu. Kenapa harus selalu dia yang lebih beruntung dariku? Kenapa ibu?" Revina masih tidak terima dengan semua ini.
Kenapa dia harus selalu bersaing dengan wanita itu. Padahal menurutnya dia itu jauh lebih baik dari segalanya. Tapi kenapa orang-orang lebih menyukai Clara daripada dirinya.
"Kamu tenang dulu. Jika Clara dan siapa tadi namanya?" July tidak terlalu mendengar siapa nama laki-laki yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk Clara.
"Robert," ucapnya pada sang ibu.
"Nah, iya. Jika dia memang benar-benar menikah dengan laki-laki itu, artinya kamu memiliki kesempatan untuk mendekati laki-laki yang pertama. Menurut ibu dia juga tidak terlalu buruk." ujar ibunya karena menurutnya laki-laki yang pertama kali ini di jodohkan dengan Clara itu tidak terlalu buruk.
Dia juga kaya dan perusahaannya berkembang pesat. Jadi tidak terlalu buruk jika dijodohkan dengan dirinya.
"Oh, no ibu. Aku ingin Robert . Apa ibu tidak tau siapa dirinya? Dia itu pengusaha paling maju saat ini dan ibu lihat sendiri bagaimana tampannya dia bukan? Bahunya yang lebar, wajah tampannya, ah...aku bisa gila jika terus memikirkannya. Pokoknya katakan pada ayah jika aku menginginkan Robert." July hanya bisa pasrah saja mendengar apa yang dikatakan putrinya.
Revina benar-benar sangat luar biasa sekali manjanya. Bahkan terlihat begitu manja pada ayah sambungnya. Padahal dengan ayah kandungnya sendiri pun dia tidak pernah seperti itu. Tapi biarlah, biar dia yang merasakan segalanya sendiri.
"Terserah kamu!" balas July yang langsung pergi meninggalkan putrinya begitu saja.
Sementara di dalam apartemennya, Clara masih diam dan mencerna apa yang baru saja terjadi dalam hidupnya.
Bagaimana bisa tiba-tiba ada seorang laki-laki yang melamarnya bahkan sudah mempersiapkan pesta pernikahan mereka di saat dia belum menjawab apapun. Yang sambil membuatnya tidak habis pikir lagi saat mengetahui siapa laki-laki yang ingin menikahinya.
Robert, laki-laki yang pernah menjadi pasien paling menyebalkan dalam sepanjang karirnya selama ini tiba-tiba saja ingin menikahinya.
Entah harus seperti apa dia memikirkannya, yang jelas ini tidak pernah tidak masuk akal.
"Astaga, jika terus-terusan seperti ini aku udah gila. Apa yang harus aku lakukan sekarang? syarat apa yang harus kuberikan. Ya, Tuhan. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini." Clara merebahkan tubuhnya begitu saja di atas tempat tidurnya sambil terus memikirkan apa yang harus dia lakukan, hingga akhirnya dia tertidur.
***
Keesokan paginya, Clara terbangun karena mendengar suara ponselnya yang terus-menerus berdering.
"Saya libur hari ini, Nia. Jadi tolong jangan ganggu saya," ucap Clara tanpa melihat siapa yang menelponnya.
Dia berpikir itu adalah Nia, asistennya di rumah sakit. Karena biasanya gadis itu yang terus saja menghubungi setiap pagi. Tapi kenapa tiba-tiba dia merasa ada yang aneh.
Sejak kapan suaranya berubah menjadi laki-laki?
"Morning, honey." sapa Robert ketika panggilan teleponnya dijawab oleh Clara.
Ya, yang menghubungi Clara pagi-pagi seperti ini adalah Robert. Karena dia ingin mempertanyakan pada wanita itu syarat apa yang akan diberikan.
Mendengar suara laki-laki yang bicara padanya membuat Clara langsung membuka kedua matanya dan melihat siapa yang menghubunginya. Nomor tidak dikenal karena dia tidak menyimpan sama sekali nomor kontak tersebut.
Tapi, ketika kembali mengingat suaranya Clara baru mengenalinya jika itu adalah Robert.
"Kamu?"
"Yes, it's me honey. Cepat buka pintunya, aku sudah berada di depan apartemen kamu saat ini."
"What?!" pekik Clara karena dia terkejut, ketika laki-laki itu mengatakan bahwa dia berada di depan apartemennya.
Tidak mungkin, mana mungkin laki-laki itu mengetahui di mana apartemennya.
"Kenapa terkejut honey? jangankan apartemen kamu, aku bahkan bisa masuk ke dalam apartemen ini tanpa kamu membukanya. Apa mau mencobanya?" tantang Robert yang membuat Clara langsung terbangun dan membuka pintu kamarnya.
Tapi, begitu dia membuka pintu kamarnya, Clara sudah melihat siapa yang ada di depan matanya saat ini.
"Morning, honey." sapa Robert setelah dia berhasil masuk ke dalam apartemen Clara.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Clara ketika melihat laki-laki itu sudah berada di dalam apartemennya.
"Aku?" tunjuk Robert pada dirinya sendiri.
Bahkan Dia terlihat begitu santai mendudukkan dirinya di atas sofa putih yang berada di apartemen ini. Di perhatikanlah setiap sudut apartemen yang menurutnya cukup bagus untuk seorang wanita seperti Clara. Benar-benar tertata dengan begitu rapi, cocok dengan kepribadian Clara yang perfeksionis.
"Keluar sekarang!" usirnya pada Robert sekarang saya tidak suka ada orang lain yang mengganggu privasinya.
"Untuk apa? kedatanganku kemarin hanya untuk melihat calon istriku saja. Jadi, bisa beritahu aku apa syarat yang kamu berikan?"
"Oh, astaga. Tidak bisakah membiarkanku hidup dengan tenang? jika ini tentang syarat apa yang akan ku berikan maka kita bisa membicarakannya nanti. Tapi, tidak sekarang oke. Karena aku harus pergi ke rumah sakit." alibinya agar Robert bisa pergi dari apartemennya.
"Kenapa tersenyum?" tanya Clara ketika melihat laki-laki itu tersenyum padanya.
"Kamu amnesia atau bagaimana honey? bukankah kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu hari ini libur? lalu kenapa tiba-tiba sekarang bicara jika kamu ingin pergi ke rumah sakit?" tanya Robert yang membuat Clara langsung bingung.
Dia merutuki kebodohannya sendiri. Bagimana bisa dia melupakan hal itu, padahal baru saja dia mengatakan pada Robert yang di sangkanya adalah Nia. Jika dia libur hari ini.
"Ah, sudahlah. Terserah kamu!"
Brak!
Clara membanting pintu kamarnya dan dia menguncinya dari dalam agar laki-laki itu tidak masuk.
Sedangkan Robert sendiri hanya tersenyum saja melihat reaksi Clara yang terlihat semakin menggemaskan di matanya.
"I got you, honey," ucap Robert setelah melihat reaksi Clara.
Dia memilih untuk menunggu wanita itu sambil memesan menu sarapan pagi untuk mereka mungkin. Karena setelah ini merek akaan pergi ke butik untuk fitting baju pengantin yang akan Clara gunakan nanti.
***
selamat pgi pengantin bru
manis sekali kalian 🤭
lanjut seyengggg