Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentuhan Pertama
Perasaan Dewa lega. Tubuhnya menjadi ringan kini, dan kepalanya terasa fresh, walau mungkin sudah berbuat dosa di dalam sana. Eh, tunggu dulu, belum tentu dosa karena orang yang berani dalam fantasinya adalah Ayra, istrinya sendiri.
Rasanya ringan tubuhnya, membuat mood Dewa kembali membaik. Dia keluar dari kamar mandi dengan wajah ceria. Ketika mencari sosok Ayra, gadis itu sudah terlelap di sofa tempatnya biasa tidur dengan posisi duduk bersandar di sana.
Mungkin gadis itu terlalu lelah hingga tertidur dengan pulasnya, padahal ini masih terlalu dini untuk tidur malam. Tidak dipungkiri, dua hari dalam sel jorok dan juga perasaan hati yang tidak tenang, tentu saja membuat Ayra tidak bisa tidur dengan tenang.
Dewa terpaku menatap kecantikan Ayra yang justru terlihat saat gadis itu tertidur pulas. Seolah tidak senang diperhatikan oleh Dewa, Ayra bergerak resah, hingga bathrobenya tersingkap memamerkan pahanya yang putih mulus.
Gleg!
Dewa susah payah menelan salivanya. Dia selayaknya pria brengsek yang menikmati tubuh istrinya diam-diam. Ada dorongan dalam hati Dewa untuk mendekat, dan itu dia lakukan. Bisa dibilang, Dewa terhipnotis dengan kecantikan Ayra. Dia penasaran, apa yang membuat kening Ayra berkerut.
Jarak Dewa semakin dekat, dan tanpa dia duga, tangannya mengusap kening itu, berbisik lembut di atas bibir Ayra.
"Ssssttt... Jangan takut, aku ada di sini," ucapnya yang dia sendiri tidak mengerti untuk apa dia mengatakan hal itu. Tapi usahanya berhasil, Ayra kembali tertidur dengan nyenyak.
Semua terjadi begitu saja. Perasaan yang tidak dia duga dia miliki, perasaan iba akan nasib gadis itu. Dewa menggendong Ayra ke ranjang agar gadis itu bisa tidur lebih nyenyak.
Dengan pelan Dewa membaringkan tubuh Ayra di kasur, agar gadis itu tidak terbangun. Namun, saat akan mengangkat tangan dari bawah leher Ayra, gadis itu menimpanya hingga Dewa tidak bisa bergerak kemana pun.
"Gimana nih, gue gak bisa pergi," gumam Dewa, memandangi wajah Ayra lagi. Melihat gadis itu terlelap, Dewa yang juga merasa lelah dan mengantuk, memutuskan ikut berbaring di samping Ayra.
***
Ketukan di pintu yang berulang kali akhirnya membangunkan Dewa. Tangannya terasa mati rasa ditimpa Ayra. Gadis itu seperti mayat, tidur dengan pulas, padahal mereka sudah tidur lebih dari dua jam.
Dewa menebak, mungkin orang di balik pintu itu adalah Bi Ijah yang ingin memanggil mereka makan malam, karena memang sudah jam nya.
Tidak adanya sahutan membuat si pengetuk akhirnya menyerah, meninggalkan penghuni kamar yang tidak berniat untuk membuka pintu itu.
"Ayra, bangun. Makan dulu," ucap Dewa lembut, matanya terus menelusuri rahang dan hidung mancung gadis itu, hingga jatuh ke bibir ranum nan menggoda.
"Ayra... Ay, bangun," kembali Dewa mencoba membangunkan gadis itu, tapi masih tetap tidak membuka matanya. Dorongan itu semakin kencang, dia normal.
Jangan salahkan dia, Nona. Kau yang terlalu menggoda," batinnya, menyapukan bibirnya pada bibir Ayra diiringi degub jantungnya yang bertalu. Hanya sekilas, gadis itu masih menutup matanya. Dewa mengulangi lagi, ada rasa manis terasa dari bibir gadis itu
Dewa ketagihan, mengemut pelan bibir bawah Ayra hingga gadis itu memberi reaksi, menggeliatkan tubuhnya karena merasa diganggu sedang bermimpi indah.
Ayra bertemu dengan ayahnya dan memeluk Ayra dengan erat. Ayahnya meminta jangan khawatir, dan menyuruhnya untuk tidur dengan nyenyak di pelukan sang ayah.
Hembusan napas wangi mint yang terasa menyapu wajahnya membuat gadis itu membuka mata. Dewa tidak menyadari hal itu, masih menikmati posisi dengan wajah nya yang begitu dekat dengan wajah Ayra.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Ayra setelah beberapa detik mereka saling bersitatap.
Dewa jadi salah tingkah. Dia ingin segera me jauh agar bisa berpikir mencari alasan, tapi tangannya masih menyelip di bawah leher Ayra.
"Gue... Gue mau narik tangan gue. Lo timpa. Tidur kok kayak mayat, dibangunin juga gak mempan!"
Ayra merasakan lehernya diganjal oleh tangan Dewa segera bangkit, kurang mengukur jarak, Ayra yang maju justru semakin dekat ke wajah Dewa dan kembali bibir mereka saling bersentuhan.
Bibir menyatu dan bola mata saling mengunci, membuat kesadaran mereka hilang untuk beberapa saat. Ketikan kembali terdengar di pintu kamar yang akhirnya membuat keduanya tersadar. Dewa bergegas berdiri, menjauh dari Ayra yang juga tampak gugup.
"Mungkin itu Bi Ijah, manggil kita turun makan malam. Segera pakai bajumu. Gue turun duluan," ucap Dewa segera membuka pintu kamar.
Benar tebakan Dewa, Bi Ijah masih akan mengetuk lagi, berhubungan pintu dibuka, tangannya menggantung di udara.
"Maaf, Den. Bapak manggil, minta Aden dan Neng Ay turun untuk makan malam bersama," ucap Ijah celingukan mencari Ayra.
"Iya, Bi. Ayok," jawab Dewa tidak memberi celah pada Bi Ijah untuk melihat ke dalam kamar.
Dito sudah duduk di meja makan, bersama Maya dengan wajah tampak muram. Sepertinya, tambuk kekuasaan di rumah itu sudah kembali ke tangan ayahnya.
"Kenapa kalian lama sekali turun? Perut ayah sudah lapar sekali," ucap Dito sudah tidak sabar. Maya sudah menyarankan agar mereka makan duluan, tapi Dito melarang. Dia mewajibkan untuk makan bersama semua anggota keluarga, yang artinya harus menunggu Ayra juga.
Maya tidak berkutik kali ini, jelas dia tidak berani. Dia baru saja melakukan kejahatan besar, jangan sampai ancaman Dito terjadi padanya.
"Mana Ayra?" tanya Dito pada putranya yang sudah duduk di sebelah kiri Dito
"Lagi pakaian, Pa. Sebentar lagi juga turun," jawab Dewa cuek. Membalikan piring yang ada di depannya. Tiba-tiba dia ingat kalimatnya yang bisa menimbulkan makna lain pada orang yang mendengar. Dewa segera memutar kepalanya melihat ke arah ayahnya yang sedang tersenyum, lalu menoleh ke wajah ibunya yang tampak masam.
"Jangan salah paham, dia baru selesai mandi, saat aku keluar tadi," ucap Dewa berbohong. Dia masih ingin menjaga image nya sebagai tuan muda yang tidak tersentuh hatinya.
"Kami tidak mengatakan apapun," ucap Dito yang tidak bisa menyembunyikan rasa gelinya.
Pembicaraan itu terputus kala Ayra turun. Dia tersenyum pada Dito yang menyambutnya, lalu mengambil tempat di samping Dewa seperti biasa tanpa melihat ke arah Maya.
Tentu saja dia masih dendam pada wanita itu. Menuduhnya mencuri, bahkan memasukkan dirinya ke penjara.
"Ayo kita makan. Papa sudah sangat lapar," ucap Dito menyendok nasi dan lauk ke piringnya.
"Ayra, kamu makan yang banyak. Om lihat kamu makin kurus," ucap Dito. "Kamu juga Dewa, sebagai suami, kamu harusnya lebih memperhatikan istri kamu!" lanjut Dito.
"Selamat malam semua. Wah, tumben keluarga ini makan bersama, terlihat begitu harmonis dan bahagia sekali ya," ucap suara yang memasuki ruang makan dan tanpa menunggu dipersilakan, tamu yang sama sekali tidak diundang itu mengambil kursi tepat di ujung dan saling berhadapan dengan Dito, yang berhasil mendatang amarah yang jelas tergambar di wajah pria itu.
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya