Seorang gadis yang malang dia titipkan di panti asuhan oleh ayahnya sendiri selama bertahun tahun.
Banyak ujian yang pahit yang ia lalui sendirian tanpa sosok ayah di sisinya.
Dan suatu musibah terjadi, membuatnya harus terjebak bersama sosok pria yang terus menyiksanya.
Namun apakah ia sanggup untuk bertahan, di sisi Zein Alexander yang terkenal kejam dan terus menyiksanya?.
Dan bagaimana dia bisa lepas dari Zein Alexander?, apakah Celin akan terus terjebak bersama pria itu?.
Ikuti Kisah Mereka Yuk:
_Gadis Milik Tua Muda Kejam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Les07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Hiks hiks hiks"
"Sudah non jangan nangis lagi" Bi Jum mengelus punggung Celin dengan penuh sayang, dia juga merasa kasihan dengan gadis itu. Awalnya bi Jum terkejut mendengar bahwa Celin berada di dalam kamar majikannya. Selama satu jam lebih akhirnya gadis itu berhenti menangis, matanya tampak sembab.
"Sudah jangan menangis lagi ya non, bibi ikutan sedih jadinya!" ucap bi Jum tersenyum seraya mengelus rambut Celin. Celin menganggukan kepala, dan tersenyum mendengar ucapan bibi Jum, hatinya terasa tenang dan menghangat karena di perlakukan dengan baik oleh bi Jum, dia bisa merasakan kasih sayang dari wanita paru bayah ini.
"Ya sudah kamu istirahat lagi ya, bibi mau kebawah masih ada pekerjaan!"
"Tunggu bi!" panggil Celin. "Ya ada apa non?" tanya bi Jum menghentikan langkahnya menghadap Celin. "Emm.... bi aku mau ikut bibi kebawah aja deh, bosan soal nya! lebih tepatnya merasa tidak enak berada di kamar ini!!" cengir Celin, ia menggaruk kepalanya tidak gatal ia sungguh ingin keluar dari kamar ini, berlama lama di dalam ruangan ini leher Celin terasa tercekik.
Bi Jum menggelengkan kepalanya pelan, lalu mengangguk. Celin merasa senang, lalu segera beranjak dari ranjang mengikuti langkah bi Jum, namun langkahnya terhenti senyumnya langsung menghilang melihat sosok tegap berdiri di ambang pintu.
"Mau kemana?" tanya Zein datar. Ya setelah perdebatan dengan mama Veny, sehingga membuat kepalanya pusing. Zein memutuskan untuk pulang ke mansion, meninggalkan setumpuk pekerjaan. Walaupun begitu uangnya masih akan terus mengalir, dan hartanya di jamin tidak akan habis selama tujuh turunan.
Bi Jum menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri untuk turun kebawah melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda. Dan begitu juga dengan Celin, dia juga menundukkan kepalanya, tidak berani melihat sorot mata pria itu yang menatapnya tajam.
Setelah kepergian pelayan kepercayaan Zein meninggalkan kamarnya, lelaki itu melepaskan jasnya berlalu di hadapan Celin menuju ke sofa, membaringkan badannya di sana. Sesungguhnya Celin ingin pamit ingin ke bawah menyusul bi Jum, namun suaranya tercekat tidak berani melihat pria itu, yang selalu membuatnya ketar ketir.
"Hey, mau sampai kapan kamu berdiri di situ ha?" Panggil Zein menatap Celin tajam, Sesungguhnya Celin ingin keluar menyusul bi Jum kebawah, berlama lama di dalam kamar iblis, ini menurut Celin akan membuat jantungnya berpacu cepat ingin lompat dari tempatnya.
"Pijit kaki ku!!" ucap Zein dengan nada memerintah tak bisa di bantah sedikit pun, ia menatap gadis itu sinis, lalu memejamkan matanya rasa lelah yang saat ini dia rasakan. Celin merasa enggan, jantungnya telah berdetak kencang tak beraturan antara takut dan gugup. Merasa lama belum ada pergerakan apa pun, Zein membuka mata menatap Celin tajam.
"Lambat!, apa kau tidak dengar yang aku ucapkan, ha!" Bentaknya dengan tatapan membunuh.
Mendengar itu Celin terlonjak, lalu menghela nafas berat, mau tak mau dia harus melakukan perintah pria itu, jika tak ingin nyawa taruhannya. Perlahan kakinya melangkah mendekati tubuh Zein yang terbaring di sofa, dia menunduk telah di samping Zein, lalu ia langsung berjongkok, perlahan tangannya mengarah ke betis pria kejam itu, memijatnya dengan penuh hati hati.
"Kurang kuat!" ucap Zein menatap gadis itu sinis, Celin mencebikan bibirnya kesal, lalu menambah sedikit kekuatan memijatnya, "Terlalu kuat!" bentaknya menatap Celin dengan tatapan membunuh.
Celin menghela nafas kasar, lalu kembali memelankan pijatannya, "Bisa mijit tidak sih?" bentaknya lagi lalu bangun menatapnya penuh amarah. Hal itu membuat Celin langsung ketakutan, seketika ia memejamkan matanya tidak berani menatap Zein, yang menatap dirinya dengan sorot mata tajam, setajam mata pisau.
Melihat itu Zein mendengus, rahangnya mengeras. Lalu mengibaskan tangannya kasar. "Pergi! buatkan aku makanan" Ucapnya datar tanpa ekspresi. Celin langsung mengangguk
"Cepat!" Zein kembali membentaknya lalu mengarahkan tangannya ke sembarang arah.
Mendengar itu Celin terlonjak kaget, Celin tidak menggubris lalu segera bangkit berjalan meninggalkan kamar itu. Dengan berbagai macam umpatan dan sumpah serapah yang di lontarkan oleh Celin, "Argh dasar lelaki iblis sialan, dia seenak jidatnya menyuruh, dia pikir dia siapa!" gumam Celin kesal.
Dan apa bila dia mengucapkan itu di depan orangnya, bisa bisanya Celin langsung menuju ke alam baka, membayangkan itu Saja Celin telah bergidik ngeri, lalu kembali berjalan menuju ke dapur dengan seribu umpatan dan kata kata pedas di dalam benak gadis itu.
Sesampainya di dapur Celin melihat ruangan mewah itu telah sepi, mungkin semua orang telah tidur nyenyak di bawah selimut, pikirnya.
_To Be Continue_
woyy alice enk ajja nuduh sembarangan
lanjut thorr