Wanita mana yang sanggup hidup menjanda saat baru dua hari menikah? Di tinggalkan suami tercinta untuk selama-lamanya, membuat kehidupan Khaira Arandhita, gadis yang biasa dipanggil Aira, menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Ia harus menikah dengan adik iparnya sendiri karena wasiat dari mendiang suaminya.
"Jangan pernah berharap Aku akan menyentuhmu, karena Aku sudah mencintai wanita lain, pernikahan ini ku anggap hanya sebuah kesepakatan, bukan ikatan." ucap Martin kepada Aira di saat malam pengantin mereka.
Martin Nugroho, mantan adik ipar yang kini menjadi suami Aira, yang sudah memiliki kekasih yang di pacarinya sejak dua tahun, Martin memaksa tetap akan menikahi pacarnya meskipun dirinya sudah menikah dengan istri dari kakaknya.
Akankah kehidupan rumah tangga Aira berjalan mulus? Mampukah Aira meluluhkan hati suaminya?
Ikuti kisah romantis mereka ❤️❤️
Novel pertama author yang bertema religi, mohon dukungannya ya 😊🥰❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepala pusing
Hingga akhirnya Aira tersadar jika waktunya sekarang sholat berjamaah, Ia memalingkan wajahnya dari pandangannya Martin yang sempat membuatnya tidak bisa konsentrasi "Ayo kita sholat, Mas!" ucapnya kepada Martin yang juga terlihat salah tingkah.
"Iya!" jawabnya sembari membalikkan badannya untuk menghadap kiblat. Kemudian mereka pun melaksanakan sholat berjamaah, mereka berdua terlihat khusyuk menjalankan perintah wajib itu, Aira sebagai makmum mengikuti gerakan Martin dengan tertib, hingga akhirnya pada rokaat terakhir, setelah keduanya mengucapkan salam, Martin terlihat memimpin doa, Aira tidak menyangka jika Martin bisa memimpin doa, sementara pria itu berbeda sekali dengan Panji yang lebih agamis, tapi nyatanya sang adik tak kalah dengan almarhum kakaknya.
"Subhanallah! Ternyata Mas Martin tak seburuk yang ku kira, Aku pikir dia berbeda dengan Mas Panji, tapi ternyata kakak beradik ini sama-sama memiliki keistimewaan, bacaan Al Quran nya sangat fasih!" batin Aira sembari memperhatikan Martin yang sedang memanjatkan doa dengan khusyuk.
Ada senyum terukir dari bibir Aira saat melihat Martin, ada kekaguman pada sosok pria yang awalnya membuat dirinya kesal. Tapi, senyum itu seketika hilang saat Aira mengingat pacar Martin, yaitu Lita.
"Astaghfirullah, kenapa Aku jadi berpikir seperti itu, Mas Martin tidak mungkin tertarik denganku, dia sudah mempunyai seorang kekasih dan tentunya Mas Martin pasti sangat mencintainya, ya Allah maafkanlah hamba , hamba sudah menyusahkan Mas Martin, dia pasti sangat terluka dengan pernikahan kami." batin Aira sembari diam memandangi wajah Martin.
Martin mengusap wajahnya seusai berdoa, dan tiba-tiba saja dirinya melihat wajah Aira yang sedang memikirkan sesuatu. Martin duduk menghadap kepada istrinya yang masih duduk di atas sajadah miliknya.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya kepada Aira.
Aira terkesiap dan Ia mencoba mengalihkan perhatian Martin dengan berkata, "Tidak! Aku tidak memikirkan apa-apa, Mas!" jawabnya sembari menggelengkan kepalanya.
"Oh ya! Kamu nggak usah berbohong, kamu sedang memikirkan Aku, bukan?" ucap Martin dengan nada menggoda. Aira pun dibuat terkejut dengan penuturan Martin yang membuatnya menutupi senyumnya karena malu.
Martin yang melihat itu segera menahan tangan Aira agar gadis itu tidak menutupi senyumnya. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Martin membuat Aira menatap dalam-dalam bola mata Martin yang menyorot kepadanya.
"Mas Martin!"
"Jangan pernah kamu tutupi keindahan senyum itu dari mataku, Aku ingin selalu melihatnya." ucapan Martin membuat Aira gugup dan salah tingkah.
"Apa maksudmu, Mas?"
"Bukankah Aku adalah suamimu, Aku berhak bukan untuk melihat senyum istriku sendiri?"
Aira tersipu malu, pipinya kian merona kala suaminya memuji dirinya, tapi sejenak Aira berubah ekspresi saat dirinya ingat jika Martin tidaklah mencintainya.
"Kamu memang Suamiku, tapi hatimu tidak pernah ada untukku, tidak apa-apa Mas, Aku mengerti, Aku juga minta maaf jika pernikahan kita membuatmu tidak nyaman dan kamu harus berpisah dengan Lita, jika kamu merasa ini tidak akan bisa membahagiakan mu, Aku iklhas jika kamu menceraikan ku, karena Aku sadar Aku tidak akan pernah bisa membuatmu bahagia, bukankah Pernikahan harus saling mengasihi dan menyayangi, dalam pernikahan kita aku rasa kasih sayang itu tidak ada, yang ada hanyalah keterpurukan seperti yang pernah kamu katakan dan ...." Aira tidak melanjutkan kata-katanya karena Martin menutup bibir Aira dengan satu jarinya.
"Jangan katakan itu lagi, karena Aku tidak akan pernah menceraikan mu, kamu akan tetap menjadi istriku!" ucapan Martin membuat Aira menundukkan wajahnya.
"Kamu tidak akan menceraikan ku? Itu berarti kamu akan meluruskan niatmu untuk memberikan madu untukku dengan menikah dengan Lita? Bukankah kamu sudah berjanji untuk menikahi nya setelah Dia pulang dari luar negeri?"
Martin menghela nafasnya dan membuka kancing baju Kokonya, Ia tampak kepanasan saat Aira berbicara itu kepadanya.
"Jangan bicarakan itu lagi, Aku dan Lita sudah putus!" jawaban Martin membuat Aira mengerutkan keningnya, entah kenapa tiba-tiba dirinya merasa senang mendengar kenyataan jika Martin dan Lita sudah putus, ada senyum tipis yang terukir pada bibir Aira. Yang tak sengaja Martin melihatnya.
"Apa kamu senang mendengar Aku sudah putus dari Lita? Kamu senang, kan?" pertanyaan konyol macam apa yang diutarakan Martin kepada Aira, Gadis itu menatap wajah Martin sembari berkata, "Apa Mas? Aku senang? Bagaimana kamu bisa menyimpulkan seperti itu, Bagaimana mungkin Aku bahagia di atas kesedihan orang lain, ada-ada saja kamu. Udah ah Aku mau tidur, istirahatlah Mas! Besok kamu harus kerja!" Aira berdiri dari tempat duduknya, Ia pun mulai melepaskan mukenanya dan menyimpannya kembali.
Martin terus memperhatikan Aira yang sedang berjalan ke sana-kemari, sehingga membuat Aira sedikit risih Martin yang terus melihatnya dengan tatapan yang aneh.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu, Mas? Tidurlah! Ini sudah malam!" ucap Aira sembari beranjak untuk tidur dan menutupkan selimut pada tubuhnya.
"Aku tidak bisa tidur! Temani Aku ngobrol dong!" pinta Martin dengan berbaring di samping Aira yang sedang tidur membelakanginya.
"Ini sudah malam, Mas! Ngobrolnya besok saja!"
"Tidak bisa! Aku inginnya sekarang." ucap Martin sembari memainkan ponselnya keras-keras agar Aira tidak bisa tidur. Tentu saja Aira sangat terganggu dengan suara dari ponsel Martin yang sedang memainkan game.
Aira terpaksa bangun dan menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Kemudian Dia berkata kepada Martin yang sedang asik bermain game pada ponselnya.
"Oke! Apa yang ingin kamu katakan! Cepetan, Aku udah ngantuk berat nih!" ucap Aira sembari menyilangkan kedua tangannya. Martin pun mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas nakas.
Kemudian tiba-tiba saja Martin meletakkan kepalanya pada pangkuan Aira dan menyuruhnya untuk memijit kepalanya pelan-pelan. Sontak apa yang dilakukan oleh Martin membuat Aira sangat kaget.
"Mas Martin! Apa yang kamu lakukan?" seru gadis itu saat kepala Martin tidur di pangkuannya.
"Kepala ku pusing banget, kelamaan nyetir mobil tadi, jadinya pusing. Tolong! Pijitin sebentar dong, Aku mohon! Biasanya Mama yang selalu mijitin kepala ku kalau sedang kumat gini, sekarang masa Aku harus minta Mama sih yang melakukannya, kan sekarang ada kamu!" ucapan Martin membuat Aira malu, bagaimana bisa seorang pria tiba-tiba tidur di pangkuannya, meskipun itu suaminya sendiri. Karena dulu mendiang Panji belum pernah melakukan hal itu kepada Aira.
"Ayo dong cepetan, biar Aku cepat tidur, dan kamu tidak akan Aku ganggu lagi." pinta Martin yang tidur dengan posisi wajahnya menghadap tubuh Aira. Bagaimana gadis itu tidak deg-degan, posisi kepala Martin yang menghadap ke perutnya membuat Aira sangat tidak nyaman.
"Astaghfirullah! Aku benar-benar deg-degan, Aku bisa saja menolak permintaannya. Tapi Aku lebih takut murka Allah, Mas Martin benar-benar membuatku semakin pusing!"
...BERSAMBUNG ...