NovelToon NovelToon
Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama
Popularitas:448.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: LatifahEr

Lisle yang baru pindah ke kota Black Mountain menemui banyak masalah. Kepolosannya telah dimanfaatkan oleh orang-orang berhati busuk, seorang teman baru yang hendak menjualnya dan bibi yang menjadikannya sebagai jaminan hutang-hutang. Tanpa sengaja bertemu dan berkali-kali diselamatkan oleh seorang laki-laki bernama Kennard Kent. Belakangan Lisle baru tahu bahwa lelaki itu adalah orang paling berpengaruh di kota Black Mountain. Namun latar belakang Kennard yang luar biasa dan wajah menawannya malah membuat gadis itu ketakutan. Penolakannya pada Kennard membuat lelaki itu makin tertarik dan tidak sabar. Dengan licik akhirnya Kennard berhasil membuat gadis itu berada dalam genggamannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LatifahEr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Kejutan

Bert tampak duduk menunggu di depan ruang perawatan. Dia mengangkat wajahnya yang tirus begitu mendengar suara langkah kaki cepat menuju ke arahnya.

“Bert, bagaimana keadaan bibi?” Lisle mendekat.

Sepupunya itu tidak menyahut. Dia malah mengalihkan pandangannya pada seorang lelaki gemuk yang kini juga mendekat dari arah yang berlawanan. Lisle menghentikan langkahnya. Membeku. Tuan Aaron menyunggingkan senyum lebar di wajahnya yang mulai terdapat kerutan.

“Baik dan tidaknya keadaan bibimu nanti itu tergantung padamu, Nona Lisle.” Aaron menjelajahi seluruh tubuh Lisle dengan tatapan matanya yang bersinar licik. Suaranya sengau menahan suatu perasaan penuh gairah ketika melihat lagi gadis itu yang tampak lebih menawan dari sebelumnya.

“Apa... apa maksudmu, Tuan?” Lisle gemetar bertanya. Dia menoleh pada Bert yang tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak dia tiba.

“Ginjalnya tidak bisa bekerja dengan maksimal. Harus cuci darah beberapa hari sekali. Biayanya sangat besar. Dan akan semakin besar jika sewaktu-waktu ginjalnya harus diangkat.” Bert menjelaskan sambil menunduk. “Kami tidak memiliki apa pun sekarang ini. Kau tahu maksudku. Aku akan mencari pekerjaan tapi tidak sekarang. Dan tuan Aaron memberikan penawaran.”

Lisle mulai mengerti arah pembicaraan ini. “Penawaran seperti apa?” Dia tidak memandang pada tuan pemilik kebun kopi itu. Matanya hanya menatap kosong pada tembok di belakang Bert. Celine benar tentang sesuatu yang tidak beres itu.

“Aku akan menanggung semua biaya perawatan rumah sakit bibimu bila kau bersedia menjadi wanita simpananku.” Aaron berkata penuh keyakinan. “Selama kau bersamaku dan menyenangkanku, selama itu pula aku akan menjamin biaya perawatannya. Kau juga tidak perlu bekerja lagi, aku akan membiayai hidupmu.”

Lisle sudah menduganya. Tentu saja, bukankah sedari awal memang itulah tujuan tuan Aaron.

“Kau juga tidak perlu lagi kuliah. Untuk apa gelar. Kau tidak memerlukannya karena kau tidak akan bekerja. Uangku cukup untuk menghidupi.”

“Aku ingin melihat bibi.” Lisle memutus kalimat Aaron. Dia mendekati pintu, meraih gagangnya dan membuka.

Di dalam begitu dingin dan sepi. Segala sesuatunya tampak berwarna putih. Bau pembersih lantai dan obat membaur di udara kamar. Annie terbaring diam membujur di tempat tidur dengan selimut menutupi mulai dada hingga lewat ujung kaki. Wajah wanita itu tampak pucat dan menua dari usia sebenarnya.

Lisle duduk di sebuah bangku di samping tempat tidur. Tak bermaksud membangunkan. Hanya memandang dalam keheningan. Bayangan ibunya saat di rumah sakit ini empat tahun yang lalu terbayang menggantikan wajah bibinya.

Kepalanya mengalami benturan keras. Perlu operasi.

Dia kehilangan banyak darah. Perlu donor darah segera.

Apakah ada seorang keluargamu yang bisa mengurus biaya rumah sakit ibumu?

Cepatlah. Kalau tidak, ibumu tidak bisa tertolong lagi!

Ibuuu!!!

Lisle memejamkan matanya berharap bisa membuat airmata yang menggenang itu bisa kembali ke muara, tapi alirannya malah menderas, menghanyutkan pertahanan dirinya yang sudah lemah.

Maafkan kami. Ibumu sudah tidak bisa diselamatkan.

Relakan dia!

Biarkan dia beristirahat dengan tenang!

Padahal sehari sebelumnya ayahnya telah pergi lebih dulu. Lelaki kesayangannya itu meninggal di tempat terjadinya kecelakaan. Ibunya yang menyusul kemudian membuat langit Lisle runtuh.

Dan bibinya yang mengurus semuanya. Pemakaman dan segala hal yang membuatnya lelah dan murung berminggu-minggu lamanya. Ya, bibinya Annie yang kini terbaring lemah di depannya.

Lisle tahu rasanya tidak punya harapan.

Pintu terbuka. Bert masuk ke dalam, berdiri sejenak di sisinya.

“Kau tak perlu berkorban untuk kami. Tuan Aaron juga tidak bisa memaksa kalau kau tidak setuju.”

Lisle tidak menyahut. Dia mengepalkan tangannya mencoba mencari kekuatan lantas bangkit meninggalkan ruangan. Di luar dia bertemu Aaron yang berdiri bersandar pada sebuah tiang sambil mengepulkan asap dari rokok yang dihisapnya. Dia terlihat santai. Lisle merasa perutnya mual seketika.

“Aku setuju dengan tawaranmu.” Lisle berkata dengan suara bergetar. Dulu langitnya runtuh. Hari ini bahkan bumi yang dia pijak amblas dan menelannya hingga ke dasar.

Aaron terkekeh senang. “ Aku tahu kau anak yang baik dan keponakan yang berbakti. Aku akan mengurus bibimu segera.”

Lisle berlalu dari sana dengan perasaan hampa. Hanya melangkah tanpa mengerti akan kemana. Dia tak ingin melihat bibinya lagi atau Bert. Satu sisi hatinya tidak bisa menerima garis takdir ini, sementara sisi hatinya yang lain telah merasa lelah dan pasrah.

“Kau mau ke mana?” tanya Aaron menghentikan langkah Lisle. “Aku akan mencarikan hotel untuk tempat tinggalmu sementara.”

***

Black Mountain

Urusan Kennard di luar negeri berjalan kurang lancar, karenanya dia harus menunda kepulangan hingga dua hari. Dia baru tiba di Palm Garden ketika ponsel Steve berdering. Asistennya itu bicara dengan alis berkerut. Kennard menebak telah terjadi sesuatu yang buruk.

“Tuan, Nona Lisle sekarang ada di Glassville mengunjungi bibinya di rumah sakit. Rupanya orang yang bernama Aaron itu masih penasaran dan berusaha menjeratnya dengan sebuah penawaran.” Steve memberitahu setelah memutus sambungan.

“Penawaran seperti apa?” tanya Kennard dingin. Dia berdiri di tengah ruang kerjanya yang luas. Cahaya matahari sore yang keemasan menerobos lewat kaca jendela menciptakan bayangan gelap di lantai.

Steve ragu sejenak sebelum menjelaskan. “Aaron bersedia menanggung semua biaya perawatan bibinya bila nona Lisle bersedia menjadi wanitanya.” Steve menunduk menghindari kilatan api hitam di mata Kennard. Gadis itu meski belum secara resmi menjadi kekasih tuannya, tapi Kennard sudah menandainya sebagai miliknya. Seseorang yang berupaya menyentuhnya berarti telah menandatangani kontrak kematiannya.

“Orang itu tidak sayang nyawanya....” desis Kennard geram. “Apa peringatan yang kuberikan kemarin tidak cukup jelas?”

Setelah terdiam beberapa saat Kennard memberikan perintah. “Lakukan sesuatu pada semua aset dan keluarganya. Aku ingin dia merasakan kesakitan sebelum menyeretnya ke depanku dan memperlihatkan padanya kekuasaan yang sebenarnya. Bukankah dia memiliki anak gadis? Jadikan dia wanita penghibur di kelab kita.”

Steve menelan ludah demi mendengar perintah mengerikan itu. “Baik, Tuan.” Dia menunduk memberi hormat sebelum meninggalkan ruang kerja yang terasa gerah.

Sekeluar Steve, Kennard menekan sebuah nomor di ponselnya.

***

Glassville

Sebuah mobil mewah mengantarkan Lisle ke sebuah hotel terbaik di kota kecil Glassville. Seorang petugas hotel mengantarkannya ke sebuah kamar VIP. Aaron telah memesankan kamar tersebut untuk Lisle selama beberapa hari selama dia mencarikan tempat tinggal tetap untuk gadis itu.

Lisle masuk ke kamar dengan interior mengagumkan itu. Dia tidak pernah menginap di hotel, karenanya agak canggung dengan perlakuan ramah petugas yang membukakan pintu sambil membungkuk menyilakannya masuk. Matanya hanya melihat sekilas ke sekeliling kamar dan merasa gugup waktu pandangannya tiba pada ranjang besar di tengahnya. Tubuhnya mendadak kaku mengingat dia tidak mengerti apa yang mesti dilakukannya saat Aaron datang nanti.

Ponselnya berdering. Lisle tertegun. Apa yang akan dikatakannya pada Celine nanti? Sebelum berangkat dia sudah berjanji akan menelepon begitu sampai di rumah sakit. Sahabatnya itu begitu mencemaskannya. Dia takut terjadi sesuatu yang akan membahayakan hidup Lisle mengingat dia kembali ke Glassville, kota yang telah ditinggalkannya dengan terburu-buru.

Lagi-lagi terdengar deringan seakan mendesak pemiliknya untuk segera menjawab panggilan.

 

1
Bzaa
ngarep banget ada extra part-nya otor 😄
kopi sudah otewe ya
Bzaa
salam juga otor sehat sll 😘
Bzaa
cemburu buta si tuan bucin 🤣
Bzaa
belajar makin dewasa les
Bzaa
Kasina Steve jdi serba salah 😄
Bzaa
lisle.... 😍💪
Bzaa
jgn2 Steve awalnya suka sama lisle , ato sama Andra😉
Bzaa
aamiin ya Robbal'alamin
Bzaa
cepat sehat lagi Celine
Bzaa
wahhhh si Celine.... knp jdi berubah
Bzaa
yah lisle kena jebakan
Bzaa
yah ada lagi si bert, Mao ngapain kali tuh orang gangguin
eka abud
lanjut
Bzaa
semoga Celine baik2 aja
Bzaa
sweet....
Bzaa
semangat 💪😘
Bzaa
bikin penasaran..lanjuty
Bzaa
keren nn
Bzaa
jgn sampe Celine jdi jahat karena iri ya tor... kasian lisle
Bzaa
wkwkkw kekuatan cemburu.. datanglah 😃😄🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!