Candra Firgon seorang pianis sekaligus pewaris tunggal keluarga konglomerat mengalami kecelakaan, hingga membuatnya tidak dapat melihat.
Tapi dirinya merasa beruntung, ada seseorang wanita yang mencintainya dengan tulus. Menikah dengannya, mengatakan banyak kalimat indah.
Tapi bagaikan pelangi yang pudar setelah hujan terhenti. Istrinya menghilang kala pengelihatannya kembali.
"Petter! Temukan Giovani, tidak peduli pada apapun!" Teriaknya murka.
Sedangkan Petter menunjukkan senyuman kariernya."Baik tuan..."
Banyak hal yang disembunyikan istrinya. Termasuk beberapa hal yang mencurigakan, parfum istrinya terkadang tercium dari tubuh Petter.
Apa istrinya berselingkuh dengan Petter kemudian melarikan diri?
Ada banyak tanda tanya... juga hal mencurigakan yang disembunyikan asistennya.
"Uuueekk..."
"Petter kamu kenapa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa, tuan saya ingin mengundurkan diri."
Bau perselingkuhan tercium menyengat. Apa istrinya yang menemani ketika dirinya buta, berselingkuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Romance
Bunga mawar merah? Sungguh konyol Petter harus benar-benar membelinya untuk Giovani. Tapi itulah pekerjaannya, dirinya harus dapat membedakan batas antara Petter dan Giovani.
"Aku sudah mengurus pembelian dan penyewaan apartemen. Saham PT Zero, untuk sementara aku jual, ada kemungkinan nilainya akan turun. Kita ambil jalan aman dulu sebelum nilainya stabil." Penjelasan singkat oleh Petter tentang pekerjaannya. Sembari menunggu kedatangan pihak kepolisian.
"Turun?" Tanyanya.
"Benar! Beberapa informan yang mengawasi skandal, memberikan informasi tentang hancurnya koalisi pernikahan bisnis. Kekasih putra tunggal PT Zero sedang mengandung saat ini. Tentunya nilai saham akan turun sementara waktu. Kita akan membelinya kembali saat sudah berada di harga terendah." Ucap Petter, duduk menyandar di sofa.
"Itu resiko sebagai pemilik perusahaan. Sebagai pemegang saham, jika menguntungkan kita bertahan. Tapi jika sudah merugikan jual saja." Candra terdiam sejenak."Kamu tidak akan berpihak pada paman dan Boby bukan?"
Petter menggeleng."Untuk apa aku berpihak pada orang yang hanya dapat memberikan aku uang sekali. Aku lebih berpihak pada masa depan finansial yang aman bersamamu. Lagipula mendiang ayahmu yang sudah banyak mengajariku tentang cara mengelola uang. Tentunya aku akan mengabdi pada putranya."
"Ingat untuk memastikan keadaan Giovani." Tegas Candra.
"Aku akan pergi ke rumahnya, setelah mengurus sampah-sampah di villa ini." Petter menghela napas kasar.
"Omong-ngomong aku mau buang air besar." Ucap Candra tanpa malu sama sekali.
"Apa akan ada bayaran tambahan?" Tanya Petter membimbing Candra ke kamar mandi.
"Gajimu sudah besar. Mana ada asisten digaji 75 juta sebulannya." Candra mengangkat salah satu alisnya.
"Bukan asisten biasa, tapi jin Aladin! Ingat aku mengabulkan semua keinginanmu. Mulai dari penggandaan uang dengan investasi saham, sampai menghajar musuhmu, bahkan pacar pun aku yang carikan. Jasa apa yang kurang? Ini seperti jin penggandaan uang, santet dan pelet. Kamu bahkan tidak keluar tumbal untuk jin tampan sepertiku." Komat-kamit mulut Petter mengomel.
"Kalau harga saham naik kamu dapat bonus." Itulah yang diucapkan Candra, kala dirinya membuka celana di hadapan Petter. Duduk di toilet mengeluarkan unek-uneknya.
Sementara Petter menghela napas kasar, menatap ke arah jam tangannya beberapa kali. Benar-benar majikan yang manja. Bahkan ke toilet harus ditunggui.
"Kamu merasa cocok dengan Giovani? Jika tidak, aku akan mencarikan wanita lainnya." Ucap Petter, menunggu di kamar mandi dengan sabar. Lebih tepatnya duduk di tepi bathtub.
"Aku menyukainya. Dia benar-benar tipeku." Jawab Candra.
"Kamu itu tampan, dan kaya. Jangan terlalu terpaku dengan satu wanita. Setelah penglihatanmu kembali aku akan mencarikan wanita lain untukmu. Tentunya yang lebih dari Giovani." Petter menghela napas kasar. Bagaimana pun sosok Giovani harus menghilang, jika majikannya sudah dapat melihat nanti.
"Tidak! Aku akan melamar Giovani." Kalimat yang membuat sang jin Aladin menelan ludah.
"Melamar? Kalian baru kenal." Petter terdengar gugup membuat Candra semakin curiga. Tentang hubungan Petter dan Giovani. Logika saja, mana ada wanita yang tidak akan jatuh cinta pada Petter. Dan mana ada pria yang tidak akan jatuh cinta pada Giovani yang cantik, super lembut penyabar.
"Aku akan menikah dengannya. Dia wanita baik-baik yang kamu pilihkan. Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini. Apa kamu diam-diam menyukai Giovani!?" Nada cemburu yang benar-benar terasa dari Candra yang tengah buang air besar.
"Aku? Menyukai Giovani? Apa kamu gila?" Tanya Petter tertawa garing.
"Petter, aku ingin, bulan ini menikah dengan Giovani. Bagaimana pun caranya." Tegas Candra.
Bagaikan sambaran petir bagi Petter. Menelan ludahnya, bagaimana caranya mengabulkan keinginan tuannya kali ini. Gila! Menikah dengan Giovani!
"Giovani belum ingin berkomitmen. Dia menolak untuk menikah." Kali ini nada bicara Petter terdengar benar-benar aneh bagi Candra. Tidak pernah rasanya Petter menolak apapun keinginannya.
Ini semakin menegaskan kecurigaan Candra, tentang perasaan Petter pada Giovani. Jemari tangannya mengepal, gadis sebaik Giovani, dirinya tidak akan melepaskannya. Tidak bisakah Petter mengalah padanya yang mengalami kebutaan?
"Jika Giovani tidak menikah denganku. Lebih baik aku mati saja!" Lagi-lagi ancaman terakhir, paling ampuh super efektif terdengar dari mulut Candra, untuk mengendalikan Petter.
"Ja... jangan! Baik Giovani akan menikah denganmu. Bagaimana pun caranya." Petter menyanggupi, dirinya akan menipu Candra membuat pernikahan palsu.
"Baik?" tanya Candra, kembali memastikan.
"Baik! Kamu akan menikah dengan Giovani." Petter memijit pelipisnya sendiri. Mengusap wajahnya, ini hanya sampai Candra dapat melihat. Maka secara otomatis majikannya akan berhenti mengancam untuk bunuh diri. Lebih mudah untuk mencari pacar baru, sebagai pengganti sosok Giovani.
"Kamu fikir aku bodoh? Janji suci, sampai surat nikah, jangan coba-coba memalsukannya. Jika kamu melakukannya---" Kalimat Candra disela.
"Kamu akan bunuh diri." Petter melanjutkan kalimat Candra yang terhenti.
"Sudah! Aku sudah selesai buang air besar." Ucap Candra yang tengah membersihkan... entahlah.
Yang jelas tugas Petter hanya membimbing Candra.
"Tugasku kelihatannya bertambah. Sekarang aku adalah matamu." Keluh Petter.
"Jangan mengatakan kalimat romantis. Terdengar menjijikkan."
"Menjijikkan karena aku pria paling tampan. Jika aku wanita cantik, itu menjadi romantis. Istilah lainnya tahi adalah tahi jika di toilet. Tapi tahi berbentuk kopi di kandang luwak, adalah kopi mewah."
"Kenapa kamu menjadi begitu cerewet."
"Karena aku adalah jin Aladin. Puas?"
*
"Pagi... sayang..." Suara yang familiar, suara Giovani terdengar. Membuat Candra meraba-raba ke arah sekitarnya.
Petugas kepolisian telah membawa semua perampok. Kini matahari telah terbit, dirinya baru saja terbangun dari tidurnya.
"Pagi, kamu adalah mataku." Ucap Candra pada Giovani, yang membimbingnya untuk duduk.
"Sayang kamu romantis. Terimakasih bunganya, Petter bilang kamu mengirimkannya untukku." Kalimat Giovani membuat Candra tertunduk salah tingkah. Jemari tangannya memegang tangan Giovani erat.
Bukankah cinta bagaikan tanah subur dan gersang? Dapat tumbuh dengan mudah, tapi bisa juga menjadi sulit untuk tumbuh. Sebuah perasaan yang tumbuh di saat yang tepat.
Kali ini seperti biasanya Giovani membantunya mandi. Melangkah menuju ruang musik, usai sarapan dan mengenakan pakaian.
Bukan permainan biola, kali ini permainan harpa. Seorang pemuda berbakat yang dapat memainkan berbagai alat musik. Benar-benar merasai nada, walaupun dirinya tidak dapat melihat kini.
Sedangkan Giovani? Dirinya terus memuji. Mendengarkan sembari sibuk dengan pekerjaannya sebagai Petter.
"Giovani, aku ingin merekam permainanku hari ini. Tolong ambilkan handycam." Pintanya menghentikan permainannya.
"Baik!" Ucap Giovani meninggalkan pekerjaannya, hendak merekam.
Tapi.
"Judul lagu ini, 'Hujan.' Karena setiap hujan turun aku merasa berada bersamamu dan ayah." Sebuah kalimat dari Candra mengawali permainannya, membuat Giovani tertegun.
Tangannya gemetar, merasai setiap nada duka, takut kehilangan, sekaligus bahagia. Bagaimana seorang komposer jenius dapat menarik hatinya yang seperti batu?
Hingga tarikan dawai terkahir."A...aku bodoh, mencintaimu..." air mata Candra mengalir seakan takut kehilangan entah mengapa.