Tak di pandang di tempat iya berada sebelumnya. Namun keberadaannya saat ini mampu membuat orang lain mengejar-ngejarnya. Berawal dari kesalahan orang tua yang membuatnya harus hidup di antara garis kemiskinan. Di hina oleh orang lain dan di rendahkan oleh kekasihnya sendiri.
Tiba-tiba sang kakek datang ketika cucu nya benar-benar dalam himpitan rasa malu dan kesal.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat dan alur cerita itu bukanlah hal yang sebenarnya.
Salam Halu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Turyana affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil yang memuaskan
William sangat tahu dan mengerti apa yang sudah di capai Arsa dan Talita itu adalah sebuah prestasi besar. Apalagi kalau disponsori oleh grup super besar seperti Kendi Group. Iya telah memutuskan disaat akan melaporkan biaya hasil sumbangan dari sponsorship, dia akan mencantumkan namanya sebagai pencari dana yang utama. Sehingga hal tersebut akan sangat membantu menaikkan promosi dirinya sebagai Wakil Ketua Serikat Mahasiswa di periode yang akan datang.
"Berhenti! " Teriak Arsa. Arsa langsung saja menghalangi William. Dia tidak akan membiarkan bajingan itu mengambil uang dan surat perjanjian yang sudah di dapatkannya itu.
"Apa yang kamu lakukan? Aku adalah Ketua Serikat mahasiswa, Dan Talita adalah sekertarisku. Dia sudah menyelesaikan tugasnya. Sudah pasti uang dan surat perjanjian itu saya yang harus memegangnya.
"William, apa yang kamu katakan memang benar. Tapi jangan khawatir tentang laporan hasil sponsor ini. Talita akan melaporkannya sendiri." Arsa berkata mencibir William. Arsa sudah tahu apa yang direncanakan oleh benak William. Jadi, Arsa tidak membiarkan William untuk mengambil uang tersebut. Iya Pun menoleh ke kanan.
"Adit, Talita... Kalian simpan dulu uang dan surat perjanjiannya." Ucap Arsa.
"Kamu... Beraninya kamu." William sangat marah dengan apa yang di lakukan oleh Arsa. Adit pun buru-buru mengambil amplop berisi uang itu sementara Talita mengambil surat persetujuan.
"Kita harus berhenti lemah saat sini . Sekarang saatnya kita menagih janji William." Arsa berkata dengan ucapan mencibir kepada William. Adit mengangguk mendengar apa yang di katakan oleh Arsa.
"Benar sekali, Taruhan yang kamu buat dengan Arsa sudah berakhir. Sekarang saatnya kamu menepati janji sesuai dengan apa yang kamu katakan tadi." Adit sebenarnya datang ke asrama William untuk melihat ketua serikat itu memenuhi janji taruhannya. Namun Wajah William berubah ekspresi saat dia mendengar tentang taruhan itu.
William masih ingat dengan jelas tentang Ketentuan taruhan yang telah Ia buat bersama Arsa beberapa jam yang lalu. Iya Berani bertaruh dengan Arsa karena ia sangat yakin bahwa Arsa dan Thalita tidak akan pernah bisa mendapatkan dana dari sponsor yang berjumlah 30 juta hanya dalam satu hari. Dan saat ini William kalah dalam taruhan tersebut.
"Tadi kamu sangat yakin kalau bisa memenangkan taruhan ini. Tadi kamu juga membual kalau kamu kalah kamu akan makan tai di tengah-tengah halaman kampus." ucap Adit dengan jelas.
"Apa yang dikatakan Adit sangat benar. Perjanjian taruhan di antara kita sudah berakhir. Dan pemenangnya adalah aku. Dalam perjanjian tersebut kamu menyebutkan kalau kamu kalah, kamu harus makan tai di tengah-tengah halaman kampus. Jadi kita mau kamu memenuhi janjimu itu." kata Arsa dengan suara pelan.
William yang mendengar saat Arsa mengucapkan bahwa ia harus menepati janjinya, wajahnya terlihat sangat tidak suka.
"Aku hanya bercanda. Aku tidak menganggapnya serius." William berkata dengan terbata-bata. Menepati janjinya dengan makan kotoran di tengah-tengah halaman kampus, sudah pasti William tidak akan mau melakukan itu.
Di saat yang bersamaan, Arsa yang mendengar ini pun merasa sangat emosi. Arsa menggebrak meja di depannya.
"Apa kamu bercanda? Apa kamu pikir aku mudah untuk dibodohi? William, dengar ya, aku memenangkan taruhan ini, jadi kamu harus menepati janjimu sendiri! Jangan coba-coba untuk tidak menepati apa yang kamu katakan! " Teriak Arsa. Iya merasa sangat geram kepada William. Sejak hari dimana dirinya menjadi cucu dari Andi Sudiryo, tidak ada yang bisa membodohinya.
"Heuh, kamu pikir kamu ini siapa? Seorang anak yang berpakaian lusuh dengan beraninya meneriaki aku di sini. Aku adalah ketua serikat Mahasiswa. Siapa kamu? Kamu pikir aku akan takut pada Arsa Kenandra? "
"Saya William, akan mengatakannya di sini, saya tidak akan menepati janji saya, lalu apa yang akan kamu lakukan? " Ucapan William terdengar sangat angkuh.
"Sebaiknya kamu menepati janjimu! Karena jika kamu tidak menepatinya sendiri, maka aku yang akan memaksa kamu melakukan apa yang sudah kamu janjikan." Jawab Arsa dengan nada dingin.
"Memaksaku? Aku ingin lihat bagaimana caramu melakukannya." William tertawa terbahak-bahak.
William memegang jabatan tinggi di Serikat Mahasiswa, dan dia tidak takut pada apapun, terutama kepada Arsa. Di saat itu pula, ketiga teman sekamar William turun dari tempat tidur mereka dan berdiri di belakangnya. Mereka memelototi Arsa dengan ekspresi sangar di wajah mereka.
"Kalian berada di asramaku. Jadi, sekarang juga aku minta kalian keluar dari sini, atau jangan salahkan aku kalau aku bertindak tidak sopan." William berteriak dalam ucapannya. Tiga orang yang berada di belakang William semuanya bergerak dengan mengepalkan tangannya, seolah-olah mereka sedang menghadapi musuh.
"Jika kamu tidak keluar dari sini, maka kita yang akan menyeretmu keluar." Ucap salah satu teman William dengan sombong.
"Bagaimana Arsa? Haruskah kita melawan mereka?" Adit juga menirukan gerakan teman William sambil berkata.
"Aku tidak akan mrlakukan hal serendah ini. Perkelahian hanya akan membuat kita seperti preman. Ayo kita pergi! " Arsa tersenyum dingin. Arsa Kenandra yang sekarang adalah pewaris generasi ketiga dari keluarga kaya. Dia tidak perlu melakukan perkelahian yang tidak ada gunanya. Setelah itu, Arsa menoleh dan melihat ke arah Adit dan Talita untuk mengajak kedua temannya tersebut keluar.
"Nah kan, kalian ngga berani. Menurutmu seberapa hebat kamu. Kalau kamu hebat, kenapa kamu tidak terus di sini untuk melawanku? Kamu fikir kamu hebat? Kamu memang pantas untuk di bodohi." William yang melihat Arsa keluar dari kamar asramanya pun berkata panjang lebar. Dia membusungkan dadanya merasa sangat bangga dengan apa yang dia lakukan. Bahkan, di saat Arsa dan kedua temannya pergi, William masih terus berteriak.
"Dengarkan aku ya kalian bertiga, Karena kalian sudah berani menyinggung perasaanku hari ini, aku pasti akan membuatmu merasakan penyesalan." William sangat menyombongkan diri karena jabatannya di kampus adalah ketua serikat mahasiswa. Sehingga menghadapi Arsa dan teman-temannya hanya seperti berhadapan dengan remahan kue saja.
Mendengar apa yang di ucapkan oleh William, Arsa pun berhenti dan menoleh ke arah ketua serikat mahasiswa itu.
"William... Apa menurutmu aku sudah mengakhiri urusan ini? Lihat saja nanti, aku akan membuatmu menepati janjimu." Arsa menunjukkan senyumnya yang aneh yang langsung membuat orang yang menatapnya bingung.
Arsa, Adit dan Talita langsung keluar dari asrama dan meninggalkan TKP. Setelah mereka keluar dari asrama William.
"Arsa, Apakah kita akan membiarkan mereka begitu saja? Ekspresi angkuh di wajah William membuat aku benar-benar jengkel." kata Adit dengan semangat membara.
"Tentu saja tidaklah. Kamu tahu kan Sekarang aku bagaimana. Aku tidak akan membiarkan orang-orang seperti William membodohi kita semua. Apa yang dia katakan harus dia lakukan." Arsa Berkata sambil tersenyum.
"William adalah ketua Serikat mahasiswa. Kita tidak bisa memaksanya untuk menepati janji yang telah diucapkan. Aku tidak bisa keluar dari serikat mahasiswa Meskipun aku benar-benar sudah sangat muak dengan semua kelakuan William." Talita yang mendengar apa yang diucapkan oleh Arsa tadi langsung berkata dengan nada khawatir.
"Jangan khawatir, aku punya rencana bagus." Arsa tersenyum dan sudah menyusun sebuah rencana dalam otaknya.
Setelah mengatakan hal tersebut, Arsa mengantar Thalita langsung ke ruang dosen yang bertanggung jawab atas Serikat mahasiswa yang berada di kampus tersebut.
"Selamat siang pak. Mohon maaf mengganggu. Tapi Saya mau menyerahkan sesuatu. Ini adalah dana dari sponsor yang saya dapatkan untuk perlombaan yang akan diadakan di kampus kita. Total keseluruhan ada 30 juta." Talita mengeluarkan Amplop yang berisi uang sebanyak 30 juta itu beserta dengan surat perjanjian yang diberikan oleh pihak sponsor dan meletakkannya di meja yang berada di depannya.
"Talita... kamu mendapatkan dana sebesar 30 juta dari sponsorship? sungguh luar biasa." dosen yang bertanggung jawab tersebut sangat terkejut. Ia langsung tersenyum dan mengucungkan jempol pada Talita. Wajar saja jika dosen tersebut merasa terkejut karena memang sangat sulit untuk mendapatkan dana sebesar 30 juta dari pihak sponsor yang mau menyumbangkan.
Di saat itu pula, dosen yang bernama pak Hendi tersebut mengambil surat perjanjian antara kampus dan pihak sponsor. Ia sangat penasaran. Perusahaan mana yang mau dengan sukarela menyumbangkan dana sebesar itu.
"Kendi grub? " Apa yang dilihat oleh pak Hendi benar-benar membuatnya heran. Iya tidak menyangka jika pihak sponsor yang dimaksudkan oleh Talita adalah sebuah perusahaan besar yang bernama Kendi Group.
"Wow... Talita, kamu... Aku tidak percaya kamu mendapat sponsor dari Kendi Group." Pak Hendi hanya bisa menelan ludah. Iya tak habis pikir kenapa Kendi Grup mensponsori acara yang akan di adakan oleh pihak kampus mereka. Dosen itu bahkan tak bisa membayangkan. Hal ini merupakan suatu kehormatan kepada pihak kampus karena telah disponsori oleh Kendi Group.
"Saya hanya sedang beruntung saja pak Hendi." Talita pun tersenyum.
"Bagaimanapun juga, Ini adalah sebuah pencapaian yang sangat luar biasa Talita. Sebagai hadiahnya, aku akan membantumu untuk mendapatkan beasiswa tingkat 1 dan penghargaan mahasiswa terbaik tahun ini. Selain itu kamu juga akan dipromosikan sebagai calon ketua Serikat mahasiswa di kampus ini." Ucap pak Hendi.
"Sebelumnya saya mohon maaf Pak Hendi. Saya akan mengajukan permohonan untuk keluar dari serikat mahasiswa ini karena sebuah alasan pribadi." kata Talita dengan tiba-tiba. pak Hendi pun yang mendengar jika Thalita ingin keluar dari keanggotaan Serikat mahasiswa itu merasa terkejut. Namun Ia juga tidak bisa menahan mahasiswa itu untuk mengatakan keputusannya. Jadi, pak Hendi pun menyetujui permohonan pengunduran diri dari Talita. Alasan Talita keluar dari serikat mahasiswa tersebut adalah ia tidak bisa melihat setiap anggota apalagi ketua yang merasa dirinya sangat berkuasa di dalamnya. Jadi daripada harus mengorbankan dirinya, Talita lebih memilih untuk mundur.
"Arsa... Terima kasih telah memberikan bantuan yang teramat besar hari ini. untuk itu, aku ingin mengundang kamu makan malam. Aku mengundang kamu untuk datang ke rumahku malam ini. Aku akan memasak spesial untuk kamu." kata Talita sambil tersenyum.
"Kamu mengundang aku untuk makan-makan di rumahmu?" Arsa merasa tertegun dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Talita. ia berdiam diri sejenak untuk mencerna kata-kata itu. Karena sebenarnya Arsa sangat terkejut. Iya mengira jika Talita hanya akan mentraktirnya untuk makan malam di sebuah rumah makan atau di restoran. Tapi pada kenyataannya, Talita malah mengundang Arsa untuk datang ke rumahnya. Tapi dalam hati Arsa, sebenarnya ia lebih memilih untuk datang ke rumah Talita dan menyantap makanan yang telah dimasak oleh gadis itu. Namun ia tak berani untuk mengatakan hal tersebut kepada Talita.
"Kenapa? Kamu tidak mau?" tanya Talita.
"Kenapa aku harus tidak mau? Aku pasti mau lah." Arsa menjawab dengan cepat dan sambil tersenyum. Pernah di suatu waktu, Arsa mengagumi Talita yang iya pandang sebagai seorang Dewi di matanya. Dan Arsa juga berfikir jika dulu dirinya tidak pantas bersanding sengan seorang Dewi seperti Talita. Tapi Kini, Arsa tiba-tiba saja menerima undangan dari sang dewi untuk pergi ke rumahnya dan melakukan makan malam bersama.
"Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa jam 6:30 malam di gerbang kampus." Talita pun berkata dengan senyum berseri di wajahnya.