Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilabrak Trio Centil
Lany, Shelly, dan Shevin. Tiga cewek yang tergabung dalam ikatan persahabatan itu memilih nama untuk gank mereka yakni "Trio Centil". Sesuai dengan namanya, tiga siswi dari kelas XI IPS 1 itu sangatlah centil, jutek, dan berkuasa di sekolah. Meski prestasi pas-pasan, tapi ketiganya berasal dari keluarga berada. Apalagi Shevin, Sang ketua gank, dia adalah seorang anak dari pemilik toko besi terbesar di Kaliangkrik. Tak heran jika gaya hidupnya selalu dipenuhi dengan kemewahan.
Trio Centil paling tak suka jika ada cewek lain, apa lagi adik kelasnya lebih populer dari mereka. Dia tak kan pernah membuat cewek tersebut merasa tenang bersekolah di Smandong. Tak heran jika banyak siswi baru pindah sekolah akibat ulah mereka.
"Shev... kamu tahu nggak ada gosip heboh banget di sekolah kita?" Kata Shelly pada sang ketua geng.
"Emang gosip apaan?" Tanya Shevin cuek, sambil memegang cermin ditangan kirinya lalu merapikan rambut lurusnya dengan tangan kanan.
"Jadi kamu belum tahu? Heeemm... seluruh sekolah aja udah tahu, Shev..." Shelly melanjutkan ucapannya.
Lany yang sedang duduk di samping Shevin sambil mainan ponsel ahirnya ikut bicara.
"Nggak cuma Shevin kali... aku juga belum tahu. Emang ada apaan?" Kata Lany penasaran.
Shelly pun bercerita pada kedua sahabatnya di dalam kelas saat pergantian jam belajar.
"Eh... dengerin yaaa... Riko... lho Shev... Riko." Kata Shelly.
Mendengar nama Riko, Shevin langsung tercengang, meletakkan cerminnya di atas meja.
"Riko? Kenapa sama Riko?" Shevin mulai penasaran.
Meski sudah tidak ada hubungan lagi sejak Riko memilih mutusin Shevin, gadis itu belum bisa move on. Dia masih mengejar-ngejar cinta Riko dan berharap Sang Ketua OSIS itu akan kembali padanya.
"Riko... berantem sama Lintang saat kemah liburan kemarin..." Kata Shelly.
"What's? Berantem?" Serempak dua sahabatnya itu histeris.
"Kamu tahu dari mana, Shel? Jangan-jangan cuma ngarang." Tanya Lany.
"Enak aja ngarang... emangnya aku biang gosip?" Tanya Shelly.
"Ya... mungkin..." Jawab Lany.
"Eh, Shelly... emang kamu denger berita itu dari siapa? Akurat nggak?" Tanya Shevin.
"Ya jelas akurat lah... Barusan aku ke kantor ngambil buku paket ke mejanya Bu Mila, dan aku denger di ruang guru lagi pada sibuk ngomongin Riko dan Lintang yang berantem di Silancur." Jelas Shelly.
Shevin mengangguk-anggukkan kepalanya lalu berkata,
"Oh... gadis kampung itu rupanya cari masalah ya?" Kedua sahabatnya tau bahwa yang dimaksud Shevin adalah Gendhis.
"Memang yaaa... gadis kampung nggak tahu diri. Sudah punya tunangan masih juga tebar pesona cari cowok lain." Lany mengompor-ngompori.
"Ini... nggak bisa di biarin! Kita mesti kasih pelajaran." Kata Shevin menggebu-gebu.
Dari pintu masuk, nampak Bu Mila tengah berjalan menuju meja guru.
"Selamat siang, anak-anak ku semuanya..." Sapa Bu Mila.
"Selamat siang, Bu Mila..." Jawab murid-murid.
Pelajaran pun dimulai.
*****
"Kring... kring... kring."
Bell istirahat berbunyi. Saat yang paling ditunggu semua siswa, tak terkecuali Shevin dan dua sahabatnya. Mereka sudah mengatur rencana sematang mungkin. Bahkan Shevin sudah sejak lama menunggu momen ini. Momen di mana dia bisa meluapkan ketidaksukaannya pada Gendhis. Dan sekarang dia punya alasan untuk itu.
Segera Trio Centil berjalan menuju ruang kelas Gendhis sebelum gadis itu meninggalkan kelasnya.
Shevin melihat Gendhis yang sedang duduk bersama teman-teman yang lain. Secepatnya dia menuju meja Gendhis dan langsung melontarkan kalimat cukup keras, membuat semua yang ada di kelas terdiam.
"Heh... cewek kampung!" Shevin memanggil Gendhis sambil berdiri di depan mejanya dengan Lany dan Shelly berdiri di samping Shevin.
"Ada apa, Kak?" Tanya Gendhis terkejut.
"Nggak usah sok ramah ya... jadi seperti ini caramu memikat Riko?" Ucap Shevin penuh emosi.
"Aku nggak ngerti maksud Kak Shevin apa..." Jawab Gendhis.
"Nggak usah pura-pura lugu deh... Kamu kan yang udah bikin Riko jadi berantem sama tunanganmu?" Shelly ikut bicara.
"Astaghfirullah... tenang... Gendhis... tenang..." Ucapnya dalam hati.
Semua yang ada di kelas seolah diam tak ada yang berani berkutik. Mereka nggak mau cari masalah dengan tiga cewek angkuh itu. Bagi mereka, Gendhis sama aja cari masalah dengan berurusan sama Riko.
"Kenapa kamu diem? Harusnya kamu sadar diri dong, kamu itu udah tunangan, lebih baik kamu jaga tunangan kamu biar nggak sok jagoan. Bukannya malah sibuk nggodain cowok lain..." Ucap Shevin.
"Lihat ini? Tau ini apa?" Shevin membawa sebuah cermin di tangan kanannya lalu dihadapkannya pada wajah Gendhis.
"Aku kasih tau ya, ini... namanya cermin. Gunanya untuk apa? Ya buat bercermin. Supaya kamu sadar kalau kamu nggak pantes deketin Riko! Ngaca dong... ngaca!!!" Ucap Shevin membuat Gendhis semakin terpuruk.
Gendhis masih menutup rapat mulutnya.
"Eh, kamu tahu kan siapa cewek Riko?" Tanya Lany pada Gendhis.
Gendhis hanya menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah kalau kamu tahu. Mulai sekarang..."
Belum sempat Shevin bicara tiba-tiba Riko sudah berdiri di sampingnya dan menarik tangan Shevin dari depan wajah Gendhis.
"Mulai sekarang apa?" Tanya Riko yang juga tengah menahan emosi.
"Riko?" Ketiga trio Centil itu terkejut melihat Riko yang muncul tiba-tiba di hadapan mereka.
Ternyata Tina yang memberi tahu Riko kalau trio Centil itu sedak melabrak Gendhis. Tanpa pikir panjang Riko langsung menuju ruang kelas itu.
"Shevin... harus berapa kali aku buat kamu ngerti, kita sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi, berhenti mengikuti ku. Berhenti mengganggu Gendhis. Asal kamu tau, bukan Gendhis yang menggoda ku, tapi aku... yang ngejar Gendhis." Ucap Riko penuh bara api.
"Riko...! Apa kamu sadar dengan ucapan mu itu? Gadis yang kamu kejar ini adalah gadis kampung yang sangat kolot karena masih mau dijodohin gitu aja sama orang tuanya, bahkan saat usia mereka masih sangat kecil." Kata Shevin.
"Cukup, Kak...! Sudah cukup Kak Shevin berkata hal buruk tentang ku. Tapi aku nggak akan biarin Kak Shevin bicara lebih dari ini tentang orang tuaku. Memang... aku cuma gadis kampung, tapi bukan berarti Kakak boleh bicara semaunya. Aku nggak pernah sekalipun menggoda siapapun. Bahkan sampai sekarang, aku masih menghormati keputusan orang tua kami dengan tidak pernah berfikir untuk mengecewakan mereka. Permisi...!!!" Gendhis pun berlalu pergi meninggalkan kelas.
"Gendhis... tunggu Gendhis..." Riko berusaha mengejar Gendhis.
"Riko... Riko... berhenti, Riko...!" Shevin berusaha menghentikan tapi Sang Ketua OSIS itu sudah berlalu mengejar pujaan hatinya.
Gendhis berjalan sangat cepat menuju taman belakang sekolah. Rokok masih terus mengejarnya.
"Gendhis... Gendhis... tunggu, Dis..." Pinta Riko.
Gendhis berhenti lalu berkata,
"Apa lagi sih, Mas? Apa lagi yang kamu harapkan dari aku? Bukankah semuanya sudah jelas? Apa Mas Riko belum juga puas dengan menyeret ku pada permasalahan saat di ruang Pak Agung tadi?" Tanya Gendhis.
"Dis... aku cuma pengen minta maaf... aku nggak bermaksud..." Riko belum sempat melanjutkan ucapannya.
"Sudah lah, Mas... tolong tinggalkan aku sendiri...!" Pinta Gendhis.
"Tapi... Dis..." Tawar Riko.
"Mas Riko... apa Mas Riko nggak denger? Aku lagi pengen sendiri...!" Gendhis meminta.
Akhirnya Riko pun berlalu pergi, tinggallah dirinya duduk seorang diri di kursi bawah pohon kersen nan rindang. Ingin rasanya ia meneteskan air mata, tapi segera ia tahan. Ia tak ingin ada yang melihatnya seperti itu.
"Ya Allah... sekarang apa lagi ini... kenapa semua orang marah sama Gendhis? Kenapa semua menyalahkan Gendhis?" Dalam hati kecilnya terus berkecamuk. Berharap semua akan kembali seperti sedia kala.
*****
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?