My Ex Husband

...Flash back 09....

...•••••••...

Klek!

Anna menekan handle pintu rumah nya, kemudian mendorong pintu itu perlahan. Samar suara rintihan Marni terdengar, sampai membuat prempuan itu terkejut dan lari kedalam kamar milik ibu nya itu.

"Buu!"panggil Anna.

Anna tersentak, dada nya bergemuruh, tubuh nya terasa lemas ketika melihat hidung Marni mengeluarkan banyak sekali darah.

"Ibu!"Anna berteriak, ia melempar tas nya begitu saja lalu menghampiri Marni.

"Kepala ibu sakit lagi."wanita itu merintih.

"Kenapa bisa begini? apa obat nya tidak ibu minum?"suara Anna bergetar.

"Anna, kepala ibu sakit."kata nya lagi.

"Bu!"mata Anna membulat, ketika Marni langsung tak sadarkan diri. "Bu, ... Ibu!"Anna berteriak, namun wanita paruh baya itu tetap tidak merespon.

"Tolong, .... Tolong! Ibu bangun, Bu!"gadis itu menangis kencang. Bahkan suara Anna yang terus berteriak, sampai terdengar ke luar.

David yang sedang duduk di sofa ruang keluarga pun sampai terkejut, lalu segera bergegas menuju kamar tamu yang Anna tempati.

Klek!

"Ibu! bangun Bu."suara Anna menggema di dalam kamar sana.

David menghampiri Anna dengan langkah kaki yang sedikit berlari.

"Ann?!"David menggoyangkan lengan Anna.

Namun prempuan itu tidak merespon, hingga Anna terus berteriak dengan mata yang terus tertutup dan keringat yang sudah terlihat membasahi kening.

"Anna! Anna bangunlah."David meninggikan suara nya.

Seketika Anna langsung membuka mata nya, menatap David dengan nafas yang menderu-deru.

Anna yang masih merasa ketakutan langsung memeluk tubuh David.

"Ibu bilang kepala nya sakit."ucap nya pelan.

"Kau hanya mimpi, tenanglah ada aku."David mengusap punggu Anna pelan.

Suara rintihan samar terdengar.

David sedikit menundukan kepala, mencoba melihat Anna yang saat ini menyembunyikan wajah di dada bidang nya.

"Sudahlah, ada aku."kata David yang langsung membuat Anna mengangguk, lalu menyusut air mata nya.

"David, Anna kenapa?"raut wajah Rosa terlihat sangat panik, apalagi ketika teriakan Anna sampai terdengar ke luar kamar.

Pria itu menolah, menatap sang ibu yang sudah duduk di tepi ranjang.

"Dia hanya mengigau."jelas David.

"Benarkah?"Rosa menatap Anna.

Gadis itu mengangguk, lalu segera melepaskan kedua tangan yang melilit di bahu David, lalu duduk.

"Hanya mimpi buruk Bu."kata David.

"Seperti nya, aku mau pulang saja."ucap Anna kepada Rosa.

Rosa merapatkan bibir nya kuat-kuat, lalu mengulurkan tangan nya untuk menyingkirkan rambut Anna yang tampak menggangguk wajah manis nya.

"Kenapa? apa yang membuat mu tidak nyama berada disini?"kata nya seraya menatap dalam iris coklat Anna.

Sesaat Anna terdiam, mencari alasan yang baru saja di tanyakan Rosa. Dan tiba-tiba mata nya beralih kepada David, hingga jantung nya kembali berdebar tidak karuan.

"Entah, mungkin di kontrakan sana ada barang-barang milik ibu. Setidak nya, ... Aku bisa sedikit mengobati rasa rindu ini."ucap nya penuh dusta, karena sesungguh nya kini Anna hanya ingin menghindari perasaan nya yang mulai tumbuh.

Ah, bukan. Mungkin sudah tumbuh dari sejak mereka pertama kali mulai berbicara banyak hal.

"Apa rumah ini tidak cukup nyaman untuk mu, Ann?"wanita itu menatap sendu Anna.

"Tentu tidak, ini rumah yang sangat nyaman. Hanya saja, ... Aku merasa kurang pantas berada disini. Rasa nya aneh!"jelas Anna kepada Rosa.

Sementara David hanya terdiam, dengan mata yang terus meneliti Anna.

Dia sedang berbohong? kenapa aku merasa dia terlihat gugup? David berbicara dalam hati.

"Semoga ini tidak menyinggung mu!"kata Rosa, lalu meraih tangan Anna dan menggenggam nya.

"Apa Anna baik-baik saja?"suara Daniel terdengar sangat jelas, sampai Rosa, Anna dan David menoleh ke arah pintu secara bersamaan.

"Aku baik."Anna tersenyum.

Pria tua itu berjalan masuk dengan perlahan, di bantu tongkat yang selalu ia kenakan agar bisa mengikis jarak di antara mereka.

"Ibu, mau bilang apa tadi?"Anna kembali menatap Rosa.

"Emm, ... Itu, apa? anu."ucap nya tergagap-gagap.

"Biar aku saja!"sergah Daniel yang kini sudah duduk di sofa kamar, tidak jauh dari mereka.

"Hmm?"Anna menjengit.

"Kalian kenapa sih!?"David memincingkan mata nya.

Daniel tidak merespon, dia hanya melirik lalu kembali menatap Anna.

"Jika kamu disini tidak merasa pantas karena merasa bukan siapa-siapa. Maka jadilah menantu kami, agar kamu merasa pantas."Daniel menatap Anna penuh permohonan.

David tersentak, sampai kedua bola mata nya membulat sempurna.

"Kalian mulai ngaco!"sergah David.

"Kami tidak sedang bertanya padamu, Dav. Tapi kepada Anna."Daniel menjawab.

Anna terdiam, dengan jantung yang hampir terlepas rasa nya.

"Yah!"David menghela nafas nya.

"David, ayah sedang menunggu jawaban Anna."sergah nya tampa memanglingkan pandangan dari gadis itu.

"Ann, bagaimana? anggap saja ini permintaan terakhir aku sebagai ayah mu?!"ujar Daniel.

"A-aku, aku! tidak tahu."kata nya.

"Ayah, aku sedang menunggu Mikaila!"cicit David.

"Sekali lagi, ayah bilang sedang tidak bertanya pada mu!"ucap Daniel, namun kini dia menatap putra nya tajam.

"Anna, bagaimana?"raut wajah Rosa sumringah.

"Aku, tidak tahu bu!"kata nya lagi, Anna merasa otak nya kosong.

"Ann, ayoklah! kita sama-sama mempunyai pasangan. Jadi, tidak mungkin."ucap David.

"Itu anda pak, saya tidak. Eh, ..."Anna langsung menutup mulut nya.

"Bagus, ayah jadikan itu sebagai jawaban."kata Daniel, dia tersenyum.

"Jawaban!"ujar kedua nya secara bersamaan.

Anna dan David saling menatap, dengan raut wajah tidak percaya.

"Ayah, ... Aku .."ucap David.

"Secepat nya kita adakan pesta pernikahan."tegas Daniel, lalu dia segera bangkit dan berjalan ke arah luar kamar meninggalkan dua anak muda yang terlihat kebingungan, bersama istrinya yang tersenyum senang.

David menghela nafas, lalu mengusap wajah nya dengan kasar ketika dia mulai merasa frustasi.

"Kenapa tidak menolak?"David menatap Anna.

"Saya tidak tau! kenapa bapak juga nggak nolak tadi!"sergah Anna.

"Aku nolak!"jawab nya.

"Anda tidak menolak tadi, tapi sedang menjelaskan perasaan anda."jelas Anna.

"Saya menolak yah!"David menaikan suara nya satu oktaf.

Bukan nya menengahi, Rosa hanya menatap kedua nya dengan rasa gemas yang mulai menyeruak di dalam hati nya.

Ya Tuhan, mereka akan menjadi pasangan yang saling mencintai, ya sanga-sangat mencintai satu sama lain. Rosa bermonolog.

"Anda bertele-tele!"kata Anna.

"Kamu yang bertele-tele!"sergah David.

"Hushh! sudah. Ayah tidak bisa di tolak, ingat?"Rosa terkekeh, lalu pergi meninggalkan kedua nya.

"Ya, baiklah. Tapi jangan menyesal jika nanti aku tidak mencintai mu, Ann."kata David ketika Rosa sudah berlalu pergi.

"Oke!"Anna berdecak pinggang. "Kalau begitu aku yang akan membuat anda mencintai saya!"ujar Anna kesal, hingga ia berteriak dan tidak menyadari ucapan nya.

"Hah!"David menahan senyum.

"Apa?"Anna menjengit.

"Kau bilang apa?"David semakin mendekat kan wajah nya.

"Apa nya yang apa?"cicit Anna.

Kemudian dia turun dari tempat tidur, dan segera berlari ke arah luar kamar.

Bibir tidak tahu diri! Anna terlihat menepuk bibir nya beberapa kali cukup kencang.

David membisu, ketika melihat Anna beranjak meninggalkan nya begitu saja.

Aih, gadis itu! Gumam David seraya menggelengkan kepala nya.

...••••••...

Jangan lupa dukungan nya! Berupa like, vote, kome, dan hadiah lain nya.

Tambahkan juga kedalam rak buku favorite kalian!!

Ig. @_anggika15

~Love you tomat~