NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insecure

Kabar baik datang saat Savinna sedang berada di jam terakhir kegiatan belajar mengajar. Rasanya, Savinna sangat tidak sabar menantikan bel pulang sekolah berbunyi karena ia ingin cepat-cepat bertemu dengan Kavi.

Ya, kabar tentang Kavi yang telah siuman itu sudah Savinna dapati langsung dari Rami. Savinna lah yang pertama kali diberitahu oleh Rami tentang sadarnya Kavi. Setelah itu barulah Rami memberitahukan kabar itu ke teman-teman Kavi yang lain.

Oh iya, gue harus kasih tau Cherry dan Kylie kalo mereka gak perlu jemput gue karena setelah ini gue bakal langsung pergi ke rumah sakit bareng Kak Nauval.

Savinna pun mengeluarkan ponselnya diam-diam untuk mengirimi pesan kepada kedua sahabatnya melalui group chat yang mereka punya.

Send.

Savinna kembali menyimpan ponselnya setelah pesan itu berhasil terkirim. Gadis itu kembali melirik jam dinding menanti bel sekolah yang sebentar lagi akan berbunyi.

Tinggal beberapa menit lagi, gue harus siap-siap dari sekarang.

Savinna mulai merapikan buku-bukunya yang tergeletak di meja, berikut pula dengan penanya. Ia masukkan semuanya ke dalam ransel ungu muda miliknya.

Katrina yang berada di sebelahnya pun tampak keheranan. Bel sekolah belum berbunyi, guru yang bersangkutan pun masih sibuk menjelaskan materi di depan papan tulis, tapi teman sebangkunya itu terlihat sudah siap untuk pulang sesegera mungkin.

“Na, are you okay?” tanya Katrina memastikan.

Savinna tersenyum sumringah, “Kak Fazriel udah siuman, gue mau buru-buru jenguk dia,” jelasnya seolah tahu jika teman sebangkunya itu pasti keheranan karena melihat dirinya yang terlalu terburu-buru.

Mendengar hal itu, Katrina tentu saja ikut senang. Sekarang Katrina pun paham, kenapa tiba-tiba Savinna tampak senang dan bersemangat padahal tadi pagi ia terlihat begitu lesu.

***

Alvero tiba pertama kali setelah mendapat kabar baik dari Rami sore itu. Ya, itu semua dikarenakan Alvero tengah dalam masa skorsnya, sama seperti Kavi.

“Sialan lo, bikin gue khawatir aja! Kenapa lo nggak ngelawan pas dikeroyok kemarin? Kenapa lo diam aja dan biarin mereka menghabisi lo sampai jadi kayak gini?” omel Alvero yang sebenarnya adalah bentuk rasa khawatirnya pada Kavi.

“Siapa bilang gue gak ngelawan? Mereka kalo nggak bawa senjata juga ... paling gue cuma bonyok doang.”

Kavi benar. Alvero pun tahu jika sahabatnya itu cukup pandai bela diri. Itu sebabnya mereka memilih untuk menggunakan senjata untuk menghajar Kavi sekaligus melumpuhkannya.

“Ver, gue mau ketemu Savinna,” rengek Kavi.

“Iya, gue tau. Sabar sedikit, sebentar lagi dia pasti datang sama Nauval.”

“Tapi...” ucap Kavi menggantung.

“Tapi apa?” tanya Alvero penasaran.

“Savinna pasti udah gak suka sama gue kan sekarang?” tebaknya.

“Apaan sih, sok tau banget lo. Lagian kenapa lo bisa bilang begitu coba?”

“Ya lo lihat aja gimana kondisi gue sekarang? Muka gue yang bonyok, kepala gue juga udah botak begini. Apa Savinna masih mau nerima kondisi gue ini?” tanya Kavi seolah tak yakin.

“Dia udah secinta itu sama lo, jadi gue rasa dia gak akan mandang itu semua.”

“Tapi gue tetep takut, Ver. Gue mau ketemu dia tapi gue takut.”

“Santai aja lah, nggak usah dijadiin pikiran. Lebam di muka lo masih bisa hilang dan rambut lo itu masih bisa tumbuh lagi nanti,” ucapnya menasihati.

Kavi terdiam setelah dinasehati oleh Alvero. Tapi terlihat jelas di wajahnya, jika Kavi masih tidak percaya diri untuk menemui Savinna yang mungkin akan tiba disini sebentar lagi.

“Batalin aja kali ya ketemuannya?” tanya Kavi sedikit ragu.

“Gila lo, mereka udah mau sampai. Lo mau ngecewain Savinna?”

Kavi kembali terdiam. Jelas saja ia tidak mau mengecewakan kekasihnya itu. Tapi kalau dipikir-pikir kembali, sampai kapan ia harus menghindari Savinna seperti ini? Kalau harus menunggu rambutnya kembali tumbuh atau menunggu luka lebamnya hilang sepenuhnya, maka Kavi harus menahan rindu hingga berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu lamanya.

Ceklek

“Assalamualaikum, Kak Fazriel!” sapa Savinna yang datang dengan masih menggunakan seragam sambil menggendong ransel di pundaknya. Gadis itu terlihat berlari kecil menghampiri ranjang Kavi dengan wajah yang sangat berseri.

“Waalaikumsalam..” jawab Kavi dan Alvero bersamaan.

“K-kamu.. udah sampai?” tanya Kavi gugup.

“Yaelah pakai ditanya, jelas-jelas manusianya udah ada disini.” sahut Alvero sedikit jengkel lantaran pertanyaan Kavi barusan terlihat sekali basa basinya.

Nauval yang datang bersama Savinna pun ikut terkekeh mendengarnya, “Kenapa nervous gitu, Kav? Kayak sama siapa aja.”

Kavi pun menghela napas, “Gue malu sama Savinna,” ungkapnya jujur.

“Loh kenapa malu sama aku? Kak Fazriel kan masih pakai baju,” jawab Savinna polos yang tentu saja mengundang gelak tawa bagi Nauval dan Alvero.

“Eum.. bukan gitu ... Kak Fazriel cuma malu sama kondisi Kak Fazriel sekarang.”

“Malu kenapa, Kak?” tanya Savinna lembut.

“Kak Fazriel jelek ‘kan?” tanya Kavi memastikan.

Savinna pun terdiam. Bukan karena ia mengiyakan perkataan Kavi barusan, tapi karena gadis itu terlalu malu untuk menjawabnya di depan Nauval dan Alvero. Tapi untungnya, Nauval segera peka dan memutuskan untuk keluar dari ruangan itu, agar keduanya lebih leluasa untuk melakukan obrolan.

“Kav, gue sama Alvero ke depan dulu deh ya, ada yang mau gue omongin berdua sama dia,” ucap Nauval beralibi.

“Ngomongin apaan dah?” tanya Alvero bingung.

“Udah ayo ikut dulu aja,” ajak Nauval sembari menarik lengan Alvero agar lelaki itu segera ikut keluar bersamanya.

Dan sekarang, suasana di ruangan itu pun menjadi hening. Savinna yang tak kunjung menjawab pertanyaan Kavi tadi membuat Kavi semakin yakin kalau saat ini ia sudah terlihat jelek di mata Savinna.

“Yaudah, Kak Fazriel sadar diri kok sekarang udah nggak ganteng lagi, kalo emang Savinna mau cari yang lebih ganteng dari Kak Fazriel juga gapapa.” ucap Kavi dengan nada pasrah.

“Ih, kenapa bilang begitu sih?” protes Savinna.

“Habisnya kamu nggak jawab-jawab. Berarti benar kan, Kak Fazriel udah jelek di mata kamu?”

“Enggak kok,” bantahnya membuat Kavi terdiam. “Kak Fazriel itu selalu ganteng di mata aku, mau dalam kondisi apapun itu, Kak Fazriel tetep ganteng,” lanjutnya.

“Bohong kamu ah,” balas Kavi masih meragukan ucapan Savinna.

“Serius aku. Kak Fazriel itu ganteeeeeeng banget. Lebih ganteng dari idola aku, Paulo Dybala,” ucap Savinna berusaha untuk membesarkan hati Kavi.

Kavi pun terkekeh pelan, bukan karena hanya formalitas saja, tapi karena tubuhnya belum begitu kuat untuk merespon sesuatu terlalu berlebihan. Bahkan saat terkekeh pelan seperti itu saja, luka-luka yang ada di kepalanya terasa nyeri kembali, “Bisa-bisanya Paulo Dybala kalah sama Kak Fazriel?”

“Bisa dong, pokoknya pacarku itu paling ganteng,” ucap Savinna sambil tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang rapi.

“Pacarku juga yang paling cantik,” balas Kavi memuji Savinna.

“Kalo dibanding Kak Amia, cantikan siapa?” tanya Savinna memastikan.

“Cantikan kamu lah, jauh!” jawab Kavi spontan.

“Kalo dibanding mantannya Kak Fazriel?” tanya Savinna lagi.

“Cantikan kamu, Sayang.”

“Bohong.”

“Beneran kok, kamu itu yang paling cantik. Udah gitu, kamu cantik luar dalam juga.” ucapnya meyakinkan Savinna.

Savinna pun tersenyum simpul sembari mengusap lengan Kavi lembut, "Jangan insecure lagi ya, Kak."

"Tapi, kamu gak akan ninggalin Kak Fazriel kan, Sav?" tanya Kavi memastikan.

"Selama aku gak ngelihat Kak Fazriel mencintai perempuan lain, aku gak punya alasan buat pergi ninggalin Kak Fazriel."

Kavi pun tersenyum lega mendengarnya, "Walaupun Savinna bukan perempuan pertama yang Kak Fazriel jadiin pacar, tapi Kak Fazriel pastiin Savinna jadi perempuan terakhir yang Kak Fazriel cintai," ucap Kavi meyakinkan Savinna.

"Janji?" tanya Savinna memastikan.

"Haruskah Kak Fazriel tanda tangan di atas materai?"

Savinna pun terkekeh, "Enggak usah, aku percaya kok."

Kavi berusaha untuk menggerakkan tangannya agar bisa meraih wajah Savinna. Savinna pun segera membungkuk mempermudah Kavi untuk menyentuh wajahnya.

Kavi pun mengusap lembut pipi Savinna sambil tersenyum menatap kedua manik mata gadis itu, "Kamu dapat salam."

Savinna mengernyit keheranan, "Dari siapa? Bukannya Kak Fazriel baru aja siuman?"

"Dari Kak Rania."

Savinna terdiam. Bingung harus merespon kalimat itu dengan kata-kata seperti apa.

"Kak Rania bilang, Savinna cantik."

Savinna tersenyum canggung, "M-makasih, Kak Rani."

Kavi pun kembali tersenyum, kali ini senyuman dan tatapannya terlihat sangat berbeda, seperti bukan Kavi.

"Sama-sama, Cantik."

Degh!

Savinna refleks mundur beberapa langkah menjauhi ranjang pasien yang tengah ditiduri oleh Kavi.

Suaranya? Kenapa berubah jadi suara perempuan?!

1
ibraaa
cemungut thorrr
RiunaKim: timaacii calon authorrr🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
ibraaa
Bab pertama bener2 bikin kesan yg baca mau dibaca berapa kalipunnn, pasti author nya juga sama ye kan wkwk
RiunaKim: ah tau aja
total 1 replies
Felicia amira
luar biasa
Felicia amira
up dong kak, suka banget sama cerita ini 🤗🤗🤗🙏
RiunaKim: ditunggu yaa, aku up setiap hari😁
total 1 replies
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
mcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!