NovelToon NovelToon
Aku Mengandung Anak Majikanku

Aku Mengandung Anak Majikanku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:21.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yayuk Handayani

Suatu tragedi buruk menyebabkan Adinda mengandung anak majikannya.

Adinda Zilvanya Kanzu, seorang gadis kampung yang demi memenuhi semua kebutuhan hidupnya dan juga sang ayah, mengharuskan ia harus bekerja di ibu kota. Namun siapa sangka, pekerjaan di kota yang begitu ia dambakan dapat memberikan nasib hidup yang lebih baik, tetapi malah justru mengantarkannya pada suatu malam yang sangat kelam.

Akibat dari malam yang kelam itu, Adinda harus kehilangan kesuciannya akibat dari ketidaksadaran majikannya sendiri, dan menyebabkan ia harus mengandung anak dari majikannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Ayah

Selamat Membaca

🌹🌹🌹🌹🌹

Detik terus berganti menjadi menit, menit terus berganti menjadi jam. Pertambahan waktu pun mengiring waktu itu sendiri untuk terus berjalan menuju akhir waktu yang tak pernah usai.

Berbeda kini dengan waktu yang dilalui oleh dua insan anak manusia ini. Waktu yang dilalui bagi mereka adalah sebuah kepastian jika kedua insan itu akan segera tiba di tempat yang ingin mereka gapai.

Tanpa terasa waktu kini sudah menunjukkan pukul empat sore, yang artinya sudah hampir lima jam lamanya Al dan juga Adinda berada di dalam mobil mewah itu.

Gadis berhijab yang tengah hamil muda itu baru saja terlelap setelah tadi sempat mampir untuk melakukan sholat Ashar di masjid.

Mungkin karena perjalanan yang cukup memakan waktu membuat tubuh Adinda terasa lelah.

Melihat Adinda yang tidur terlelap karena kelelahan membuat Al merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia menggunakan jet pribadinya agar bisa lebih cepat sampai dalam mengantar Adinda.

" Kenapa kamu bodoh sekali Al, dia kan sedang hamil seharusnya kamu mengantarnya dengan jet pribadimu bukan dengan mobil ". Gumam Al yang merutuki dirinya sendiri.

Di lain tempat, Sintia yang sudah tahu pasti jika suaminya Al yang kemungkinan akan kembali esok hari merasa sangat gelisah.

Kekhawatirannya jika Al akan terus memperhatikan Adinda serasa bagaikan momok yang menghantui, karena jika sampai hal itu terus terjadi bukan tidak mungkin jika Al mengetahui fakta yang sebenarnya, yaitu sebuah fakta yang dapat meluluhlantahkan hidupnya karena sudah berani membohongi seorang Alexander. Ternyata usahanya untuk menjauhkan Adinda dari Al tidak membuahkan hasil, benar - benar sia - sia.

" Bagaimana ini?, semua usaha sudah aku lakukan agar Al bisa aku pengaruhi, tapi semuanya tidak ada yang berhasil. Aku harus menggunakan cara apalagi agar Al bisa aku pengaruhi? ". Guman Sintia yang sangat cemas.

Sintia masih terus berpikir dan berpikir, menemukan cara untuk mendapatkan seorang Alexander. Hingga sebuah ide yang cukup cemerlang telah muncul di otak kecilnya.

Klek..... Sintia menjentikkan jarinya.

" Hem, aku tahu sekarang siapa yang bisa membantuku, mama mertua, ya, hanya dia. Hem..... tunggu saja tuan Al, sebentar lagi kamu pasti bisa aku miliki ". Gumam Sintia dengan senyum liciknya.

Tanpa terasa waktu kini sudah mulai menunjukkan pukul 05:15 sore, dan sebentar lagi Adinda dan juga Al akan segera sampai ke tempat yang mereka tuju.

Gadis berhijab yang sudah terlelap selama lebih dari dua jam itu akhirnya mulai tersadar dari alam bawah sadarnya.

Adinda mengerjap - ngerjapkan kelopak matanya berusaha meraih kesadarannya secara penuh, hingga akhirnya benar - benar tersadar.

Dipandangnya setiap sisi jalanan. Adinda menyadari jika ini adalah jalan menuju kampungnya, rupanya dirinya sudah hampir sampai.

" Kamu sudah bangun? ". Seru Al.

" Eh, iya tuan, maaf tuan saya ketiduran ". Sahut Adinda yang merasa tak enak hati.

Bagaimana bisa dirinya tidur dengan begitu nyaman, sedangkan majikannya sendiri menyetir untuk mengantar dirinya. Sungguh Adinda sangat merasa malu dan bersalah.

" Tidak apa - apa ". Sahut Al dengan sedikit tersenyum.

" Ini kita sudah hampir sampai di desamu, memangnya berapa meter lagi jalanan yang harus kita tempuh Adinda? ". Tanya Al.

" Emm..... setelah melewati desa ini, kita masih harus melewati satu kampung lagi tuan, tapi mobil tuan tidak bisa masuk, karena jalanan disana sangat sempit, kalaupun ada kendaraan yang bisa masuk hanya kendaraan roda dua saja tuan ". Sahut Adinda menjelaskan.

Al pun mengangguk..... ". Berarti mobilku harus dititip di desa ini? ". Tanya Al memastikan.

" Iya tuan ". Sahut Adinda.

" Tapi disini ada ojek kan Adinda? ". Tanya Al.

" Iya tuan, setelah ini dipertigaan jalan di depan sana ada pangkalan ojek tuan " Sahut Adinda.

" Berarti mobilku dititipkan di depan sana saja ya? ". Tanya Al lagi untuk memastikan.

" Iya tuan, bisa dititipkan di rumah warga ". Sahut Adinda lagi.

Mobil hitam mewah itupun terus melaju hingga sampai dipertigaan jalan.

" Nah, sudah sampai, ayo ". Seru Al.

Disaat mobil mewah itu berada di desa itu, banyak pasang mata yang memandangnya, mereka berdecak kagum melihat kendaraan roda empat itu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Semua pasang mata yang ada di jalan pertigaan itu mulai dari tukang ojek sampai dengan orang - orang yang ada di warung, tak henti - hentinya menatap kagum pada sosok yang baru saja keluar dari mobil mewah itu. Sosok yang bak aktor Hollywood.

Jika biasanya mereka melihat para aktor Hollywood di TV saja, tapi kali ini mereka seperti melihatnya secara langsung, bahkan yang satu ini benar - benar sangat tampan.

" Adinda, aku rasa mobilku dititip di sini saja, dekat dengan warung, biar aku ijin dulu sama pemilik warung di sana ". Seru Al pada Adinda, setelah mereka keluar dari mobil.

" Boleh tuan, disini tempatnya aman kok tuan ". Sahut Adinda dan di respon anggukan oleh Al.

" Ya sudah, ayo kita ke tukang ojek yang mangkrak di dekat warung itu ". Ajak Al.

Adinda dan Al melangkah ingin mendekati para tukang ojek yang sedang mangkrak di tempatnya. Namun belum sempat langkahnya sampai di tempat yang dituju, tiba - tiba saja ada suara getaran handphone dari saku celana Al.

Drrtt..... drrtt..... drrtt.....

" Sebentar, sepertinya ada yang menelfonku ". Seru Al.

Al pun merogoh ponsel pintarnya itu dari saku celananya. Dilihatnya nama yang tertera di layar sana.

" Halo, iya ma? ". Sahut Al.

" Al, kamu dimana nak? ". Tanya Devina khawatir.

Al merasa bingung harus menjawab apa pada mamanya. Tidak mungkinkan jika dirinya mengatakan sedang mengantar Adinda, pasti mamanya bisa marah.

" Al, kamu ada dimana nak, kenapa sudah larut sore seperti ini kamu belum ada di rumah, ingat nak istri kamu saat ini sedang hamil, dia lebih butuh kamu Al ". Seru Devina menjelaskan.

" I, iya ma, Al, Al saat ini sedang ada di luar kota ma, ada urusan yang harus Al tangani ". Sahut Al yang sedikit berbohong.

" Ya Allah nak, ya kamu bilang dulu sama istri kamu nak, kalau kamu sedang pergi ke luar kota, kasihan Sintia menunggu kamu dari tadi ". Sahut Devina.

" Pokonya mama tidak mau tahu, malam ini sebelum pukul tujuh malam kamu sudah harus ada di rumah ". Perintah Devina telak.

Al merasa kesal dengan situasi ini, niat hati ingin mengantar Adinda untuk pulang tetapi malah tak kesampaian. Bagaimana bisa mamanya itu menelfon disaat - saat seperti ini, pasti ada sesuatu yang terjadi, apa mungkin Sintia yang mengatakan?.

" Baiklah ma, Al akan segera pulang ". Sahut Al pada akhirnya.

" Ya sudah cepat pulang ". Sahut nya.

Panggilan telfon itupun telah berakhir. Dengan perasaan kecewa, mau tidak mau Al harus segera pulang kembali ke rumahnya. Entah kenapa sangat berat rasanya bagi Al untuk meninggalkan Adinda, apalagi dengan kondisinya yang saat ini tengah mengandung.

" Haahh..... ". Al menghela nafasnya.

" Adinda ". Panggil Al.

" Iya tuan ". Sahutnya.

" Maaf, sepertinya aku tidak bisa mengantarmu sampai ke rumah ". Ucap Al lirih.

Sangat terlihat jelas di wajah pria blasteran itu ada guratan kesedihan.

Adinda tersenyum..... " Tidak apa - apa tuan, tuan sudah mengantar saya sampai sejauh ini ". Sahut Adinda.

" Aku harus segera pulang sekarang, apa kamu tidak apa - apa kalau naik ojek itu ". Ucap Al.

" Iya tuan, tidak apa - apa, saya akan naik ojek, lagipula saya sudah mengenal mereka, jadi tuan tenang saja ". Sahut Adinda, karena melihat tuannya seperti khawatir padanya.

" Baiklah hati - hati ". Sahut Al lagi, dan ia pun berlalu meninggalkan Adinda di sana, lalu memasuki mobilnya.

Dan disinilah mereka, dua insan yang awalnya bersama, kini harus berpisah karena suatu keadaan.

Sejujurnya di dalam perasaan terdalamnya Adinda sangat merasa sedih harus berjauhan dengan ayah dari anak - anaknya. Meski rasa traumannya masih ada bahkan mungkin akan tetap ada di hatinya, namun juga tidak bisa dipungkiri jika selama ini Adinda juga merindukan ayah dari anak - anaknya.

Ya, selama satu bulan ini, entah mengapa setiap malam ketika Adinda hendak memejamkan mata, selalu saja teringat akan wajah Al. Adinda sendiri juga tidak mengerti mengapa ia memiliki perasaan seperti ini. Dan setelah dirinya sering berbicara pada tuan Alnya, dari sinilah dirinya memahami, jika kerinduan yang sering ia rasakan setiap malamnya adalah karena kedua anak kembarnyalah yang merindukan ayah kandungnya.

Adinda terus memandang ke arah mobil mewah yang sudah hampir tak dapat dijangkau oleh indra penglihatannya itu. Mungkin, ini adalah pertemuan terakhirnya dengan ayah dari anak - anaknya.

Adinda menundukkan kepalanya, ia mengarahkan pandangannya itu ke perutnya yang masih terlihat rata. Diusapnya perutnya itu dengan lembut seolah ingin memberikan kekuatan pada kedua buah hatinya agar lebih sabar dan kuat dalam menghadapi semua ini.

" Anak - anak mama, kalian baik - baik selalu ya sayang di perut mama, jangan bersedih, kalian harus kuat meski mungkin suatu hari nanti kalian lahir ke dunia ini tanpa adanya seorang papa yang akan menyambut kalian di dunia ini ".

" Ya Allah, jika memang seperti ini takdir yang Engkau tentukan untuk hidup hamba, yang harus mengandung tanpa adanya suami yang mendampingi hamba, hamba ikhlas Ya Allah ". Batin Adinda.

" Tuan, semoga tuan bisa hidup bahagia bersama kak Sintia. Saya janji tuan, saya akan menjaga dua malaikat kecil ini dengan baik ". Gumam Adinda dengan tetap mengelus perutnya.

Gadis berhijab itu masih tetap mengelus perutnya, ia masih belum tersadar jika dirinya saat ini tengah berada di sebuah tempat yang dimana banyak pasang mata yang memperhatikannya.

Hingga setelah beberapa saat kemudian barulah Adinda tersadar, jika tidak sepantasnya dirinya melakukan hal yang mungkin menjadi tanda tanya bagi sebagian orang.

" Astagfirullah, apa yang kamu lakukan Adinda, kamu kan mau pulang, mau bertemu ayah, kenapa tetap disini ". Gumam Adinda sambil menggelengkan kepalanya.

Kemudian Adinda kembali melangkah dan mendekat ke salah satu tukang ojek wanita yang memang sudah Adinda kenal dan memang sering mangkal di tempat itu.

" Assalamu'alaikum bu Tin ". Seru Adinda setelah dirinya sampai di dekat seorang pengendara ojek itu.

" Waalaikumsalam Adinda, wah kamu sudah pulang, apa kamu sedang cuti? ". Tanya bu Tin.

" Hemm..... tidak bu, Adinda sudah berhenti bekerja dan mau fokus ngurus ayah ". Sahut Adinda.

" Oh, iya sudah tidak apa - apa, ini rencananya kamu mau pulang ke rumah ayahmu? ". Sahut bu Tin.

" Iya bu ". Sahut Adinda.

" Ya sudah ayo naik, biar ibu antar ". Sahut bu Tin.

Adinda pun menaiki kendaraan ojek yang memang sudah menjadi langganannya itu. Kendaraan mesin dengan dua roda itu terus melaju menuju rumah Adinda. Hingga sekitar sepuluh menit lamanya barulah kendaraan ojek itu telah sampai di depan halaman kecil rumah Adinda.

" Nah, sudah sampai " Seru bu Tin.

" Terima kasih bu Tin, ini ongkosnya ". Ucap Adinda setelah turun dari ojek itu.

" Loh Adinda, ini tidak ada kembaliannya, uang kamu sembilan puluh ribu, sedangkan ibu baru punya penghasilan lima puluh ribu ". Sahut bu Tin bingung.

" Tidak apa - apa bu, uang kembaliannya untuk ibu saja ". Sahut Adinda.

" Walaaah..... terima kasih ya Adinda ". Seru bu Tin.

" Iya bu sama - sama, Adinda masuk dulu ya bu, mau ketemu sama ayah, Assalamu'alaikum ". Sahutnya.

" Waalaikum salam ". Sahut bu Tin.

" Heemm..... ternyata Adinda banyak uangnya ya setelah bekerja di kota, jadi ingin juga deh kerja di kota ". Gumam bu Tin.

Adindapun kembali melangkah menapaki setiap halaman rumah kecilnya. Rumah yang menjadi tempat dimana ia dirawat dan dibesarkan semenjak ia berusia lima tahun.

Tok..... tok..... tok.....

" Assalamu'alaikum ayah ". Seru Adinda.

Tok..... tok..... tok.....

" Ayah, Adinda pulang ". Serunya lagi.

Ceklek..... pintu pun dibuka.

Terlihatlah dibalik pintu yang dibuka itu menampilkan sosok pria paru baya yang tak lagi muda.

" Assalamu'alaikum ayah, Adinda pulang " Seru Adinda, dan langsung meraih punggung tangan kanan ayahnya untuk ia salami.

Pak Budi merasa sangat tetkejut melihat putrinya yang sudah pulang. Pasalnya putrinya Adinda sama sekali tidak mengabarinya.

" Ya Allah nak kamu pulang, waalaikum salam ". Sahut pak Budi tak menyangka dan langsung memeluk putri semata wayangnya itu.

" Iya, iya Adinda pulang ". Sahutnya dengan memeluk sang ayah juga.

" Adinda rindu ayah ". Sahutnya lagi.

Tidak ada kata - kata lagi yang terucap dari kedua belah bibir pria yang sudah lanjut usia itu. Rasa rindunya yang teramat sangat pada sang putri membuatnya tak mampu berkata - kata. Tanpa pak Budi sadari ada tetesan air mata keluar dari kedua kelopak matanya.

" Heemm..... ayah, ayah tidak menyuruh Adinda untuk masuk ". Seru Adinda pada akhirnya.

Dengan menghapus air matanya yang sempat terjatuh tadi, pria paru baya itupun melepas rengkuhannya dari sang putri.

" Oh iya, ayah sampai lupa, ayo nak mana kopermu biarkan ayah yang membawa masuk " . Seru pak Budi.

" Tidak perlu ayah, ini tidak terlalu berat kok, ayo ". Sahut Adinda.

Akhirnya ayah dan anak itupun bersama kembali setelah lima bulan lamanya sempat terpisah.

*****

Suasana di kediaman Alexander kini kembali menegang, entah apa yang terjadi kali ini. Sosok wanita yang sangat disayangi oleh putranya, kini seolah tak henti - hentinya menintrogasi sang putra yang bagaikan bak seorang tersangka.

" Al jawab mama nak, apa benar kamu mengantar Adinda?" Tanya Devina untuk yang kesekian kalinya.

" Iya ma ". Sahut Al setelah cukup lama diam.

" Ya Allah nak, kenapa kamu mengantar Adinda?, kalau kamu merasa kasihan karena Adinda sedang hamil dan harus pulang sendirian, kamu bisa menyuruh supir untuk mengantarnya, tidak perlu kamu mengantar sendiri Al, ingat nak di rumah kamu ada istri kamu yang sedang mengandung, dan dia lebih membutuhkan kamu nak ". Ucap Devina panjang lebar.

Mendengar istrinya yang sedari tadi terus mencecar putranya dengan pertanyaan yang sama, membuat Enriko tidak bisa berbuat apa - apa. Ia sangat paham betul bagaimana sifat istrinya jika menyangkut dengan hal yang semacam ini.

" Al, sekarang kamu jawab pertanyaan mama dengan jujur nak, apa kamu memiliki rasa pada Adinda? ". Tanya Devina pada akhirnya.

Deg..... seketika itu Al langsung mengalihkan tatapannya pada sang mama.

Bukan tanpa sebab Devina menanyakan hal itu pada putranya. Pasalnya Al adalah tipe anak yang selama ini tidak begitu suka jika harus berdekatan dengan banyak wanita, apalagi memberikan perhatian. Tetapi sekarang apa ini, putranya bahkan mengantarnya pulang sampai ke rumahnya.

Begitupun dengan Enriko sang papa, sebenarnya sedari tadi dirinya memang memikirkan tentang hal ini. Mengapa putranya itu sampai rela jauh - jauh untuk mengantar seorang wanita, apalagi wanita yang diantar itu adalah seorang asisten rumah tangga. Ini sama sekali tidak mencerminkan diri putranya.

" Al, jawab pertanyaan mama nak, apa kamu punya perasaan khusus pada Adinda? ". Tanya Devina lagi.

" Haahh..... ". Al menghela nafasnya dengan cukup dalam.

" Maafkan Al ma, Al merasa bertanggung jawab pada Adinda dan juga anak - anak yang dikandungnya". Sahut Al pada akhirnya.

Deg..... Sintia terkejut bukan main, ia mebelalakkan kedua bola matanya tak percaya. Apa maksud perkataan Al tadi, Apakah Al sudah mengetahui jika Adinda sedang mengandung anaknya.

Rasa cemas kini benar - benar membludak di hati Sintia. Wanita yang sedari tadi hanya diam menyaksikan introgasi dari Devina pada Al sudah tidak habis pikir lagi.

Sekarang Sintia sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab Al tetap bersikap dingin padanya. Tetapi tetap saja ini menjadi tanda tanya, mengapa Al bisa memiliki perasaan seperti itu?, jika memang Al sudah mengetahui semuanya lalu mengapa ia tidak mengakui semuanya?.

" Bertanggung jawab, bertanggung jawab bagaimana maksudmu Al? ". Tanya Devina yang merasa khawatir dengan perasaan anaknya.

" Iya ma, Al merasa bertanggung jawab pada Adinda, karena biar bagaimanapun dia hamil karena bekerja di rumah ini ". Kilah Al pada akhirnya.

Akhirnya Devina merasa lega setelah mendengar jawaban dari putranya. Ternyata putranya itu perduli pada ARTnya karena merasa bertanggung jawab atas masalah yang menimpa asistennya itu.

*****

Tanpa terasa waktu malam sudah berjalan hampir larut. Banyak insan yang ingin segera mengistirahatkan raganya tuk menjemput indahnya sangat mimpi.

" Ayah, ayah sudah minum obatnya? ". Tanya Adinda pada sang ayah yang sudah merebahkan diri untuk beristitahat.

" Sudah nak, ayah sudah minum obatnya ". Sahut pak Budi.

" Ya sudah, kalau begitu ayah istirahat ya, Adinda juga mau istirahat di kamar ". Sahutnya sambil menutup tubuh ayahnya itu dengan selimut.

Namun kali ini pak Budi tidak menyahut lagi kalimat dari putrinya. Ada sesuatu yang begitu menarik perhatiannya. Pak Budi merasa ada sesuatu yang tidak ada saat ia memandang putrinya.

" Adinda, sebentar nak ". Seru pak Budi.

" Iya yah ". Sahut Adinda.

" Dimana kalungmu?..... ".

Bersambung..........

Bagi temanan - teman yang berharap kedok Sintia terbongkar, harap bersabar ya, kita tunggu beberapa episode lagi 🙏❤❤❤

🌹🌹🌹🌹🌹

1
Tri Andy
ceritanya bagus 👍
Dedeh Rokayah
Lumayan
Dedeh Rokayah
Biasa
Sella Anggrainy
Luar biasa
Nafisa Aprilia
Lumayan
Nafisa Aprilia
Biasa
Shuhairi Nafsir
Goblok banget Al. kenapa nga bikini medical check out. Sama sintia
Normila Aspul Anwar
ayo Al, mata2 ai kegiatan sintia
Normila Aspul Anwar
thor buat adinda jdi kuat,,jgn lemah begitu...
Normila Aspul Anwar
peran adinda terlalu lemah min,,,jdi kasian
Normila Aspul Anwar
cari tau lagi Al,,jgn jadi bodoh
Hariaini Har
Lumayan
Wardani Lestari
Luar biasa
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
lah masa dengan mengancam baru bisa mengalahkan David.😏 David aja hanya menyuruh AL ke rumah sakit karena Diandra langsung mau 😌


yg bener" CEO disini adalah David ..dya bisa bermain dengan mengalahkan siapun dengan caranya gak pake ancaman segala. lah yg dikatakan CEO hebat malah sebaliknya ..L E M B E K.

apalagi Al..mending ganti aja pemeran utamanya kalau perlu karakternya. gak cocok.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
gak bisa diganti lah, kalaupun iya rasanya gak akan sama karena yg kedua itu acara rasa bersalah.


setelah kejadian ketololannya gw gak ada rasa suka dan simpati lagi sama AL..bukan lagi idola gw.

apapun yg dya lakukan baginya dya adalah pria plin plan yg digambarkan. cinta tulus gak ada hanya ucapan saja dan itu terselip kesalahan masa lalunya. dan gw udah gak mood untuk bacanya jadi gw skip aja😪

yg cwnya juga lembek..gak ada tegas"nya . yg satu labil yg satu lembek.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
idiiiii anak udah mau tiga tahun baru berasa kenyataan?

trus mimpinya dan setelah tau adinda lah yg memperkosanya. bukan kenyataan?

masa hanya vidio dya baru bilang mengetahui kenyataanya. dan lagi apa hubungannya vidio dengan bisa mbuat Al sadar tdk menyakiti istrinya lagi..emng rasa bersalah dan segala maafnya yg mungkin ribuan itu tdk bisa membuatnya gak menyakiti istrinya lagi?

helelehhhh bisa tapi dipaksa gak bisa

kalau cinta ,maka dya akan sadar bahwa dya punya istri. kalau rasa bersalah maka dya sadar bahwa istrinya gak lebih penting dari wanita masa lalu yg dicintainya.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
elleeeeh gak guna...hanya Karan vidio malah mau pulang. emng gak ada cinta di hati Al buat adinda dari vido dan sadarnya dia adalah bukti kalau dya hanya merasa bersalah pada pada adinda dengan sebagai penebusnya dengan menikahinya.


masa gergara vidio baru mau tegas...astagaaa..
knp CEOnya disini yg katanya di gini ,tegas ,berpendirian sama sekali gak ada pd diri Al.😪
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
apapun alasannya..tetap gak dibenarkan. karena Lo lebih peduli wanita lain ketimbang istri Lo.

bener" dah salah karma. adinda yg gakelakukan apa" malah dikasih karma seperti balasan dari Sintia saat itu dimana Al meninggalkannya.

emng othornya ini gak ada logikanya...masa adinda yang harusembayar perbuatan Al
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
bisa GK Thor..cari alasan yg masuk akal dikit aja. jangan berbelit kalau ujung"nya gak nyambung.


Lo kan sendiri menciptakan karakter Al sebagai orang sangat penting. Lo sendiri yg ceritain gmn Al memanjakan istri dan anak"nya...dengan diajak jalan" keluar rumah. gak mungkin seorang Al kalau sdh diluar rumah gak lepas darinpasang mata bawa anak lagi. mereka punya.mata yg.melihat kecuali orang "buta".

ya kalliiii gak ada yg ngeh itu anaknya apa kagak, secara mereka mirip ..kan Lo sendiri yg nulis.
masa gergara pernikahan belum sah ..ultah anaknya gak dirayain...

ya kaliiiii undang keluarga aja dirumah buat pesta gak bisa....haduewwww🤦
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
emng perlu lah pernikahan dirayakan setiap tahun namanya juga anniversary...bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!