NovelToon NovelToon
Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Selingkuh
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9: Membersihkan Sisa Benang

Malam setelah badai di butik itu adalah malam pertama Arini tidur dengan nyenyak dalam hitungan bulan. Meskipun hatinya masih terasa seperti kain yang baru saja dicuci dengan cairan kimia keras—perih dan kaku—setidaknya ia tidak lagi harus berbagi tempat tidur dengan kebohongan. Di rumah ibunya yang asri, Arini terbangun oleh aroma kopi dan suara kicau burung, sebuah kontras yang tajam dengan keheningan mencekam di rumah mewahnya bersama Adrian.

Namun, Arini tahu bahwa wanita kuat tidak boleh terlena oleh ketenangan sesaat. Adrian bukan tipe pria yang akan menyerah begitu saja ketika sumber uangnya diputus.

Pukul sepuluh pagi, Arini sudah berada di kantornya. Suasana di L’Atelier Arini terasa berbeda. Kabar tentang kejadian semalam telah menyebar seperti api di atas kain kering. Para karyawan bekerja dengan kepala menunduk, namun Arini bisa merasakan tatapan kagum sekaligus ngeri dari mereka. Ia berjalan menuju ruangannya dengan dagu terangkat, mengenakan setelan kerja berwarna hitam tajam yang memancarkan otoritas.

Di atas mejanya, sudah ada tumpukan berkas dari Rendra. "Adrian mencoba mencairkan beberapa aset di bank pagi ini, tapi semuanya gagal," ujar Rendra yang sudah menunggu di dalam ruangan. "Dia sekarang terjepit. Utang judinya mulai ditagih oleh pihak-pihak yang tidak mengenal kompromi."

Arini menyesap kopinya tanpa ekspresi. "Biarkan saja. Itu konsekuensi dari pola yang dia buat sendiri. Bagaimana dengan Maya?"

"Dia menghilang dari apartemennya semalam. Tapi aku sudah memastikan namanya masuk dalam daftar hitam di seluruh asosiasi perancang busana. Dia tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan, bahkan sebagai penjahit tepi jalan sekalipun, di kota ini," jawab Rendra tegas.

Tiba-tiba, pintu ruangan Arini terbuka dengan kasar. Adrian masuk dengan penampilan yang berantakan. Rambutnya yang biasa tersisir rapi kini mencuat ke mana-mana, dan matanya merah karena kurang tidur. Ia mengabaikan sekretaris Arini yang berusaha menghalanginya.

"Arini! Kita harus bicara!" teriak Adrian. Suaranya serak, penuh dengan keputusasaan yang dibungkus amarah.

Arini memberikan isyarat kepada Rendra dan sekretarisnya untuk keluar. Ia ingin menyelesaikan ini secara pribadi. "Duduklah, Adrian. Kau merusak pemandangan di kantorku," ucap Arini dingin sembari meletakkan cangkirnya.

Adrian tidak duduk. Ia justru memukul meja Arini dengan tangan terkepal. "Kau membekukan rekeningku! Bagaimana aku bisa hidup? Bagaimana aku bisa membayar utang-utangku? Kau ingin melihatku mati di tangan para penagih utang itu, hah?"

Arini bersandar di kursinya, menatap Adrian dengan tatapan yang sangat datar. "Lucu sekali kau bertanya soal cara hidup, Adrian. Bukankah selama ini kau hidup dari uangku? Sekarang, setelah aku menarik kembali dukunganku, kau merasa dunia tidak adil? Kau menggunakan uang perusahaan untuk bersenang-senang dengan Maya, dan sekarang kau memintaku bertanggung jawab atas lubang yang kau gali sendiri?"

"Aku suamimu, Arini! Secara hukum, aku punya hak atas harta bersama!"

"Harta bersama?" Arini tersenyum sinis, lalu menyodorkan sebuah dokumen yang sudah disiapkan Rendra. "Baca ini baik-baik. Perjanjian pra-nikah yang kau tandangani dengan penuh percaya diri lima tahun lalu menyatakan bahwa seluruh aset yang berasal dari warisan dan usaha pribadiku tetap menjadi milikku sepenuhnya. Dan jangan lupa, aku punya bukti penggelapan dana yang kau lakukan. Jika kau berani menggugat harta bersama, aku akan memastikan kau membaca dokumen itu di balik jeruji besi."

Adrian terdiam, tubuhnya bergetar. Ia baru menyadari bahwa selama ini Arini tidak hanya menjahit gaun, tapi juga sedang menjahit jebakan hukum yang sangat rapat untuknya. Ia merasa seperti tikus yang masuk ke dalam mesin jahit raksasa; setiap langkahnya hanya akan membuatnya tertusuk jarum lebih dalam.

"Arini, tolong... jangan lakukan ini. Aku bisa berubah," rintih Adrian, kini mencoba taktik memelas. Ia berlutut di depan meja Arini, mencoba meraih tangan istrinya.

Arini menarik tangannya dengan cepat, seolah baru saja menyentuh sesuatu yang menjijikkan. "Perubahanmu sudah terlambat, Adrian. Benangmu sudah putus. Sekarang, keluar dari sini sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu seperti sampah."

Saat Adrian keluar dengan langkah lunglai, Arini merasakan sedikit getaran di tangannya. Ia bukan robot; ia adalah manusia yang pernah mencintai pria itu. Namun, ia segera mengepalkan tangannya kuat-kuyat. Wanita kuat tidak boleh membiarkan rasa kasihan mengacaukan jahitan keadilan yang sedang ia buat.

Ia mengambil sebuah pola busana baru dan mulai mencoretnya dengan tegas. "Satu benang khianat dibuang, satu luka mulai tertutup," gumamnya pada diri sendiri.

1
Yulitajasper
Cerita yang 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!