NovelToon NovelToon
Teman Level Adalah Pokoknya

Teman Level Adalah Pokoknya

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Teen Angst / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4
Nilai: 5
Nama Author: Firmanshxx969

Firman (22) punya satu prinsip dalam hidupnya: "Jangan pernah berharap sama manusia, maka kamu tidak akan kecewa." Pengkhianatan di masa lalu mengubahnya menjadi jurnalis yang dingin dan skeptis terhadap komitmen. Baginya, cinta adalah variabel yang tidak rasional.

​Di sebuah lapangan badminton di Samarinda, ia bertemu Yasmin (22). Seorang dokter muda yang lembut namun memiliki tembok yang sama tingginya dengan Firman. Yasmin adalah ahli dalam mengobati fisik, tapi ia sendiri gagal menyembuhkan luka akibat ditinggalkan tanpa penjelasan.

​Mereka tidak menjanjikan selamanya. Mereka hanya sepakat untuk berada di "level" yang sama sebagai teman diskusi, teman batin, namun tanpa ikatan yang mencekik. Namun, ketika masa lalu mulai kembali menagih janji dan jarak antar kota (Bontang hingga Labuan Bajo) mulai menguji, mampukah mereka tetap di level yang aman? Ataukah mereka harus memilih: Berhenti sebelum terluka, atau berani hancur demi satu kesempatan bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firmanshxx969, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15: PERTARUHAN DI MEJA PERUNDINGAN

Pagi di Samarinda biasanya disambut dengan riuh rendah suara kendaraan yang menuju pusat kota, namun di koridor utama RSUD, kesunyian yang mencekam justru terasa lebih memulikan telinga. Yasmin berjalan dengan langkah yang terasa seberat timah. Ia tidak lagi mengenakan jas putih kebanggaannya. Di tangannya, hanya ada sepucuk surat panggilan dari komite etik rumah sakit.

Berita itu menyebar lebih cepat dari infeksi virus. Di grup-grup WhatsApp perawat dan dokter, nama "Yasmin Paramitha" kini bersanding dengan kata "Malpraktik" dan "Pelarian". Tatapan-tatapan yang dulunya penuh hormat, kini berganti menjadi bisik-bisik yang tajam dan tatapan menghakimi.

Di ujung selasar, Firman berdiri bersandar pada dinding, memerhatikan Yasmin dari kejauhan. Wajahnya masih kaku, sisa kekecewaan semalam belum sepenuhnya luntur. Namun, melihat punggung Yasmin yang gemetar saat memasuki ruang direktur, sesuatu di dalam dada Firman berdenyut menyakitkan.

“Gue nggak bisa diam saja, Ren,” gumam Firman pada Rendy melalui telepon yang masih menempel di telinganya.

“Tapi Man, lo baru saja bilang kalau lo butuh waktu. Lo kecewa dia bohong, kan?” suara Rendy terdengar cemas dari seberang sana.

“Kecewa itu urusan perasaan gue. Tapi ketidakadilan ini urusan integritas gue sebagai jurnalis. Dan sebagai... teman levelnya,” Firman mematikan sambungan telepon.

Ia baru saja mendapatkan informasi dari kontaknya di Surabaya. Ayah Sarah, pengusaha besar yang menjadi donatur utama di RS Bhayangkara, ternyata menyimpan laporan teknis asli tentang kerusakan mesin anastesi di malam kejadian itu. Laporan yang bisa membersihkan nama Yasmin dalam sekejap. Dan satu-satunya cara mendapatkan itu adalah melalui Sarah.

Satu Jam Kemudian, di Kamar Rawat Sarah.

Sarah sedang duduk di tempat tidurnya, menikmati buah potong yang disiapkan perawat, ketika Firman melangkah masuk. Ada senyum kemenangan yang tersungging di bibirnya saat melihat wajah Firman yang tampak frustrasi.

“Aku tahu kamu bakal datang kembali, Firman,” ucap Sarah tenang. “Gimana? Sudah baca berita soal dokter kesayanganmu?”

Firman menarik kursi, duduk tepat di depan Sarah. Jarak mereka dekat, namun bagi Firman, ada jurang kebencian yang memisahkan mereka. “Berapa harga laporan itu, Sar?”

Sarah berhenti mengunyah. Matanya berkilat. “Oh, jadi kamu sudah tahu? Cepat juga ya insting jurnalis kamu bekerja.”

“Jangan berbelit-belit. Ayahmu memegang bukti kalau Yasmin nggak bersalah. Kamu sengaja membocorkan masa lalunya ke rumah sakit sini untuk menghancurkannya. Sekarang, apa yang kamu mau supaya kamu menyerahkan bukti itu?” Firman menatap Sarah tanpa kedip.

Sarah meletakkan piring buahnya. Ia mencondongkan tubuh ke arah Firman. “Sederhana, Firman. Aku mau kita kembali ke masa di mana nggak ada dokter itu di antara kita. Temani aku sampai aku sembuh total. Batalkan semua niat kamu untuk berhubungan dengan dia. Dan di hari pernikahanku nanti... aku mau kamu yang berdiri di sana sebagai saksi, melihat kalau aku sudah 'bahagia', agar kamu tahu apa yang kamu sia-siakan.”

Firman mengepalkan tangannya di bawah meja. Permintaan yang sangat manipulatif. Sarah tidak menginginkan cintanya, dia hanya ingin menghancurkan harga diri Firman dan Yasmin secara bersamaan.

“Hanya itu?” tanya Firman, suaranya terdengar sangat rendah.

“Dan satu lagi,” Sarah tersenyum licik. “Katakan pada Yasmin di depan mukanya sendiri, kalau kamu membantu dia cuma karena rasa kasihan. Bukan karena level apa pun yang kalian banggakan itu.”

Di dalam ruang direktur, Yasmin tertunduk lesu.

“Dokter Yasmin, kami sangat menghargai dedikasi Anda di IGD selama ini. Namun, laporan yang masuk dari Surabaya ini terlalu berat. Untuk menjaga nama baik rumah sakit, kami terpaksa menonaktifkan Anda sampai penyelidikan ini selesai,” ucap sang Direktur dengan nada yang berusaha tetap sopan.

Yasmin hanya mengangguk pelan. Ia tidak punya tenaga untuk membela diri. Saat ia keluar dari ruangan itu, ia merasa dunianya benar-benar runtuh. Ia berjalan menuju loker, mengambil tasnya, dan berniat untuk pergi secepat mungkin dari tempat itu.

Namun, di lorong menuju parkiran, ia bertemu dengan Firman.

Firman berdiri menunggunya dengan wajah yang lebih dingin dari biasanya. Yasmin mencoba menghindar, namun Firman menahan lengannya.

“Kita perlu bicara, Yas,” ucap Firman.

Mereka berjalan menuju taman belakang rumah sakit yang sepi. Angin sore bertiup kencang, menerbangkan beberapa helai rambut Yasmin yang berantakan.

“Mas... kalau kamu mau bahas soal kebohonganku lagi, tolong jangan sekarang. Aku sudah kehilangan segalanya hari ini,” bisik Yasmin, matanya yang sembab menatap rumput di bawah kaki mereka.

Firman diam sejenak, menatap profil samping wajah Yasmin. Ia ingin sekali memeluknya, bilang kalau semuanya akan baik-baik saja. Tapi ia teringat janjinya pada Sarah. Ia harus melakukan ini demi bukti itu. Demi masa depan Yasmin.

“Saya sudah bicara dengan Sarah,” kata Firman datar.

Yasmin mendongak, matanya membelalak. “Untuk apa?”

“Dia punya bukti yang bisa bersihkan nama kamu di Surabaya. Dan saya akan mengambil bukti itu,” Firman menjeda kalimatnya, dadanya terasa sesak. “Tapi saya melakukannya bukan karena level kita, Yas. Saya melakukannya karena saya berutang budi kamu sudah selamatkan nyawa Sarah semalam. Anggap saja ini bayaran untuk profesionalisme kamu.”

Yasmin tertegun. Kalimat Firman terasa seperti tamparan yang lebih keras dari keputusan direktur tadi. “Bayaran? Jadi... semua ini cuma soal utang budi?”

“Ya,” Firman berbohong. Ia menatap mata Yasmin dengan tatapan paling dingin yang bisa ia ciptakan. “Setelah bukti ini saya dapatkan dan nama kamu bersih, urusan kita selesai. Saya rasa level 'Teman Level' ini memang ide yang buruk sejak awal. Kita nggak pernah berada di level yang sama, Yasmin. Kamu dengan masa lalu medis kamu yang berantakan, dan saya dengan jurnalisme saya yang butuh fakta bersih.”

Air mata Yasmin kembali tumpah. Kali ini, rasanya lebih perih dari apa pun. “Begitu ya... Jadi benar kata Sarah. Aku cuma ban serep buat kamu sembuh dari dia.”

“Terserah kamu mau anggap apa,” Firman berbalik, tidak sanggup melihat air mata itu lebih lama lagi. “Pulanglah. Jangan kembali ke rumah sakit sampai saya bawa buktinya.”

Firman berjalan menjauh dengan langkah cepat. Begitu ia sampai di balik dinding gedung, ia memukul tembok dengan keras hingga buku jarinya berdarah. Ia membenci dirinya sendiri. Ia membenci kenyataan bahwa ia harus menyakiti Yasmin untuk menyelamatkannya.

Malam itu, Samarinda diguyur hujan deras.

Yasmin duduk di lantai kamarnya yang gelap. Ia meremas surat penonaktifannya. Di kepalanya, kata-kata Firman berputar-putar seperti badai. “Hanya bayaran untuk profesionalisme kamu.”

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal.

[Nomor Tidak Dikenal]: Kamu lihat sendiri, kan? Firman akhirnya memilih untuk kembali demi aku. Dia bahkan rela melakukan apa saja asal aku mau kasih bukti itu. Kamu kalah, Yasmin. Kamu nggak akan pernah menang melawan sejarah.

Yasmin tidak membalas. Ia hanya mematikan ponselnya dan meringkuk di sudut tempat tidur. Ia merasa sangat sendirian. Di kota yang asing ini, orang yang paling ia percayai justru menjadi orang yang paling dalam melukainya.

Sementara itu, Firman sedang berada di sebuah kafe remang-remang, menunggu ayah Sarah. Ia membawa perekam suara tersembunyi dan semua data investigasi yang ia miliki. Ia tidak berencana hanya "bernegosiasi" dengan Sarah. Ia berencana melakukan apa yang seorang jurnalis lakukan: melakukan serangan balik yang mematikan.

“Kalau saya harus masuk ke neraka buat bersihkan nama kamu, saya bakal lakukan, Yas,” batin Firman sambil menatap rintik hujan di kaca jendela kafe.

Ia tidak tahu bahwa di saat yang sama, Rendy menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan. Rendy menelepon Firman berkali-kali, namun Firman tidak mengangkatnya.

“Man! Angkat! Kasus di Surabaya itu bukan cuma soal alat rusak! Ada keterlibatan rumah sakit dalam penggelapan asuransi, dan Yasmin sengaja dijadikan tumbal karena dia residen yang paling jujur! Firman, ayah Sarah terlibat lebih dalam dari yang kita duga!”

Permainan ini baru saja menjadi jauh lebih berbahaya. Bukan lagi soal cinta segitiga, tapi soal konspirasi besar yang bisa mengancam nyawa mereka berdua.

Firman yang sedang bernegosiasi dengan ayah Sarah tiba-tiba dikepung oleh beberapa pria berbadan besar di kafe tersebut. Ayah Sarah menyadari Firman membawa perekam suara. Di saat yang sama, Yasmin yang putus asa memutuskan untuk pergi ke bandara malam itu juga untuk kembali ke Surabaya dan menyerahkan diri sepenuhnya pada hukum, tanpa tahu Firman sedang bertaruh nyawa untuknya. Akankah Firman selamat dari kepungan itu? Dan mampukah ia mengejar Yasmin ke bandara sebelum perempuan itu melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!