Stella ditalak sang Suami, usai mereka melakukan malam pertama. Ketidakpercayaan sang suami membuat sang ayah murka dan mengusirnya dari rumah.
Stella terpuruk. Lalu, datanglah seorang pria penolong yang rela menerima kelebihan dan kekurangannya. Namun sang pria ternyata juga pemaksa.
Mungkinkah Stella mau kembali bersama sang mantan? Ataukah dia akan memilih hidup bersama pria yang selama ini menunggu cintanya?
Simak kisah rumit kehidupan Stella dalam PENJARA CINTA untuk STELLA, Happy reading😍😍😍 jangan lupa like, share n komennya ya.... semoga suka😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MERASA ADA YANG LAIN
Rosalinda melihat gelagat aneh Stella. Wanita yang belum lama bekerja padanya ini terlihat pucat. Ia pun menegurnya.
"Ste!"
"Ya Bu." Stella mengangkat kepalanya, menatap seseorang yang memanggilnya.
"Kamu sakit?" tanya Rosa.
"Nggak Bu, saya baik-baik saja. Cuma dari semalam mual, pengen muntah tapi nggak bisa," jawab Stella sambil mengelus perutnya.
"Kamu biasa dikerik nggak?" tanya Rosa.
"Nggak Bun, saya nggak biasa," jawab Stella jujur.
"Ya udah nanti kalau nggak kuat kamu balik ke rumah aja. Jangan telat makan ya, aku tinggal dulu," ucap Rosa sambil mencangklong tas tangannya dan mengambil botol minum di meja kerjanya.
"Siap, Bu," jawab Stella tanpa menghentikan pekerjaannya.
"Oaia Ste, kayaknya aku perginya agak lama. Tolong kamu awasi butik ya ... kalau ada apa-apa kabari aku, kamu pegang ponsel ini di situ ada nomerku dan abang. Kamu juga boleh minta bantuan abang kalau ada apa-apa," ucap Rosa, tak lupa wanita ini juga meninggalkan sebuah amplop untuk Stella sebagai upahnya selama bekerja padanya.
"Apa ini, Bu?" tanya Stella.
"Itu gaji pertama kamu, Ste. Selamat ya akhirnya gajian, yeee!" sorak Rosa seraya memeluk Stella. Lucu sekali, dia yang memberikan gaji ... kenapa dia juga yang kegirangan.
"Terima kasih, Bu," ucap Stella seraya menjabat tangan Rosalinda, yang tak lain adalah Bosnya.
"Sama-sama Ste, semoga kita bisa terus bekerja sama. Aku seneng kamu betah kerja sama aku. Aku harap, kita berdua bisa membesarkan butik ini dan kita berdua bisa go international," ucap Rosalinda sambil tersenyum bahagia.
"Insya Allah, Bu ... semoga saya tidak akan pernah mengecewakan Ibu," jawab Stella.
"Yang penting kamu selalu berusaha sebisamu, semampumu dan yang paling penting adalah selalu jujur pada diri sendiri. Pada hati, itu saja yang penting Ste. Percayalah semua akan baik-baik saja. Kalau pun kamu atau aku melakukan kesalahan, itu wajar. Yang penting mau memperbaiki dan tak malu meminta maaf, oke!" ucap Rosa sambil memegang kedua lengan Stella. Wanita ayu ini hanya mengangguk dan tersenyum, karena sejatinya ia setuju dengan ucaoan sang majikan
Selepas menasehati dan memberi pesan, Rosalinda pun beranjak dari kantornya dan pergi meninggalkan ruangan itu. Hari ini ia akan bertolak ke Bali untuk menghadiri event make up yang di selenggarakan oleh brand ternama dan dia adalah salah satu model sekaligus salah satu pemilik salah satu stand.
Sebenarnya ia ingin mengajak Stella, namun Stella juga tak bisa meninggalkan butik karena ada pelanggan yang akan datang mengambil barang pesanan mereka.
Stella kembali melanjutkan pekerjaannya. Sampai salah satu teman kerjanya memberi tahu jika sore telah tiba dan waktunya untuk menutup butik dan pulang ke tempat kos masing masing.
"Kak Ste, Nafa udah tutup butiknya. Ini kuncinya, Kak Ste mau bareng Nafa nggak?" tanya Nafa yang tak lain adalah taman kerja Stella di bagian Konter.
"Aku jalan kaki aja deh Fa, kan deket," tolak Stella pelan. Stella terlihat makin pucat. Keringat dingin keluar dari pelipis kepalanya.
"Baiklah Kak Ste, Nafa balik dulu ya. Oia, uangnya juga udah di stor sama Yani ya, sekalian dia nganterin pesenan pelangan. Ini ada sisa segini. Nafa tinggal aja apa gimana?" tanya Nafa sambil menyerahkan uang hasil penjualan hari ini.
"Masukin ke laci Ibu aja deh Fa. Tadi aku juga nggak di pesenin sih, takut juga akunya," jawab Stella, semakin merasa tak nyaman. Matanya berkunang-kunang.
"Oke deh, Nafa masukin laci Ibu aja." Nafa memasukan uang itu ke laci kerja Rosalinda kemudian menguncinya.
"Ini Kak kuncinya," ucap Nafa tanpa melihat Stella yang telah tergeletak di lantai.
Betapa terkejutnya Nafa ketika ia berbalik. Stella sudah tak sadarkan diri di lantai ruangan ini. Dengan cepat Nafa menepuk-nepuk pipi Stella berusaha menyadarkannya.
"Kak ... kakak, Kak Ste!" ucap Nafa terua berusaha menyadarkan Stella.
Gadis cantik ini pun langsung mengambil minyak kayu putih yang ada di tas pribadinya. Mengambil tisu da menuangkan sedikit minyak itu. Kemudian menempelkan benda itu di dekat indra penciuma Stella. Tak lama wanita ini pun sadar.
"Alhamdulilah ...." Nafa menghela napas lega.
"Kak Ste kenapa? pusing?" tanya Nafa ketika Stella sadar.
"Nggak tahu Fa, rasanya melayang badan. Mual, pusing," jawan Stella sembari berusaha bangun.
"Ya ampun Kak ... kalau sakit bilang, nanti Nafa anterin berobat. Jangan kayak nggak punya sodara gitu ah, kan Nafa adek kakak," ucap Nafa peduli.
"Makasih Fa, tapi aku nggak pa-pa! percayalah!" jawab Stella sembari tersenyum.
Kini Stella duduk di sofa ruangan itu, sedangkan Nafa mengambilkan minun untuk wanita yang telah ia anggap saudara ini. Baru Stella mendekatkan gelas itu ke mulutnya, tiba-tiba saja ia mual. Dengan cepat wanita ini lari ke kamar mandi dan menumpahkan semua isi perutnya. Membuat Nafa melongo bingung ...
Bersambung ...
Jangan lupa like n komennya ya gaes... thank u yang selalu mengikuti karya karyaku... salam sayang dari ku...
halooo Thor. ini yg pertama kali aq mampir di novelmu.