Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 - Tawaran Gila Astrid
"Aku bisa membantumu. Tapi kita harus pacaran dulu," kata Astrid.
"Hah? Pacaran? Aku bahkan nggak butuh bantuanmu," sahut Rangga.
Astrid tersenyum, tanpa diduga dia memegang wajah Rangga, lalu menempelkan bibirnya ke bibir cowok tersebut. Mata Rangga sontak membulat sempurna. Ia tak menyangka Astrid akan menciumnya tanpa permisi begitu.
"Hei!" Rangga sigap mendorong Astrid, hingga ciuman mereka terhenti. Ia memang syok sekali dengan ulah gadis itu.
"Aku akan jelaskan bantuanku nanti. Tapi kau harus jadi pacarku dulu," ucap Astrid. Dia terkesan tenang sekali. Ia malah kembali mencium bibir Rangga. Kali ini Astrid bahkan memberi pagutan ke bibir lelaki tersebut.
Rangga benar-benar tak memahami Astrid. Aneh sekali, tapi di sisi lain, dia sedang terangsang sekarang, dan dipancing sedikit saja, maka dirinya sulit menolak.
Alhasil Rangga membalas ciuman Astrid. Bibir keduanya kini saling melumat satu sama lain. Mereka sesekali saling memiringkan kepala agar ciuman bisa dilakukan dengan leluasa.
Ciuman Rangga dan Astrid kala itu cukup lama. Bibir mereka saling menyatu erat. Lidah keduanya bergulat dengan antusias dan panas. Membuat mereka mulai sulit bernafas.
Tangan Rangga juga perlahan melingkar di pinggul Astrid. Sementara kedua tangan Astrid mencengkeram erat kaos baju Rangga. Suara decapan lidah mereka yang beradu terdengar jelas.
Merasa kalau Astrid seakan telah menyerahkan diri, Rangga mulai berani. Satu tangannya meremas payu dara Astrid, sedangkan yang satunya mencoba menyentuh organ intim.
Namun Astrid mendadak menarik dirinya menjauh. Melepas tautan bibirnya dari mulut Rangga. Ia bernafas berat sejenak dan berkata, "Kalau mau lebih, kita harus buat persiapannya terlebih dahulu..."
"Maksudmu?" Rangga bertanya dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Kalau begitu, ayo kita bicara. Kita ke gubuk kecil milik pamanku yuk!" ajak Astrid seraya menggenggam tangan Rangga. Tanpa menunggu jawaban Rangga, dia langsung menyeret cowok itu ikut dengannya.
Rangga hanya bisa menggaruk kepalanya karena bingung. Sungguh, menurutnya wanita adalah makhluk paling sulit ditebak di dunia ini.
Saat hampir dekat dengan gubuk yang dituju, hujan mendadak turun. Rangga dan Astrid bergegas berlari menuju gubuk. Di sana mereka duduk sekaligus berteduh.
"Sekarang ceritakan padaku, apa kau menyukai kakak iparmu?" tanya Astrid.
"Entahlah, mungkin..." Rangga tak tahu harus mengatakan apa.
"Kalau jantungmu selalu berdebar saat melihatnya, maka itu namanya suka."
"Bisa dibilang begitu. Lagian Kak Dita cantik banget."
"Cantik banget kau bilang? Perasaan cantikan aku loh."
"Terserah kau mau bilang apa, tapi dimataku ya begitu!" tegas Rangga sambil mendekatkan wajahnya ke hadapan Astrid. Dia tak bisa membantah kecantikan gadis itu. Akan tetapi, menurutnya Dita lebih menarik.
"Tapi dia kakak iparmu. Dia istri kakakmu. Kau mau menjalin hubungan dengannya?" timpal Astrid.
"Ya... Cinta nggak harus memiliki kan?"
Astrid tergelak geli. "Ini bukan masalah memiliki atau tidak. Tapi nafsu, apalagi kalian kan tinggal serumah. Hubungan terlarang bisa terjadi kapan saja. Nah di sinilah aku akan membantumu," tuturnya.
"Gimana caranya?" Rangga jadi penasaran.
"Ya dengan pacaran sama aku. Kau bisa melampiaskan nafsumu padaku," kata Astrid.
"Kau cewek yang aneh sekali. Mudah sekali kayaknya kau menawariku hal begitu. Apa cewek-cewek kota emang begitu?" balas Rangga dengan kening yang mengernyit.
"Kalau di kota lebih parah dan nggak semua cewek kota begitu. Tapi ini sebenarnya bukan masalah budaya kota atau desa. Tapi karena kau adalah perwujudan pacar khayalanku selama ini. Aku akan lakukan apapun untuk memilikimu. Termasuk memberikan hal paling berharga dalam diriku," jelas Astrid panjang lebar.
"Apa sepenting itu? Tapi aku juga bukan cowok semudah itu," sahut Rangga.
"Benarkah? Tapi pas dipancing ciuman tadi kepancing kok," bantah Astrid.
"I-itu karena aku terbawa suasana aja," kilah Rangga.
"Pokoknya kalau kau terangsang dengan kakak iparmu, datanglah padaku. Jangan sampai hubungan terlarang itu terjadi. Masalahnya sepertinya Kak Dita juga tertarik padamu. Karena saat tadi aku lihat dia duduk di pantatmu sambil memejamkan mata keenakan gitu."
"Benarkah?" tanya Rangga memastikan.
Astrid mengangguk. "Sekarang pilihannya ada di tanganmu. Mau bantuanku, menjalin hubungan dengan kakak iparmu, atau kau pindah saja dari rumahmu yang mana itu sepertinya sulit dilakukan dalam waktu cepat."
Rangga membisu. Dia menghela nafas panjang. Membiarkan suara gemercik hujan menenangkan pikirannya.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari